Max Weber pernah mengadakan penelitian sosialkeagamaan yang menfokuskan pada pengaruh stratifikasi social ekonomi terhadap sifat agama seseorang. Ada lima golongan yang sifat keagamaan Weber, yaitu:
- Golongan petani. Menurut Weber mereka lebih religius. Hal-hal yang diperhatikan dalam menyampaikan pesan dakwah adalah dengan cara yang sederhana dan menghindarkan hal-hal yang abstrak, menggunakan lambang dan perumpamaan yang ada di lingkungan, dan tidak terikat dengan waktu dan tenaga.
- Golongan pengrajin dan pedagang kecil. Sifat agamanya dilandasi pada perhitungan ekonomi dan rasional. Mereka lebih suka doa-doa yang memperlancar rejeki serta etika agama tentang bisnis. Mereka akan menolak keagamaan yang tidak rasional.
- Golongan karyawan. Mereka cenderung mencari untung dan kenyamanan (opportinistic utilitarian). Makin tinggi kedudukan seseorang, ketaatan beragamanya semakin cenderung berbentuk formalitas.
- Golongan kaum buruh. Mereka lebih menyuarakan teologi pembebasan. Mereka mengecam segala bentuk penindasan, ketidakadilan.
- Golongan elit dan hartawan. Kecenderungan agama kaum ini lebih santai. Mereka haus kehormatan, sehingga menyukai pujian agama atas kekayaan mereka. Mereka setuju dengan doktrin Qodariyah, karena menghargai tindakan individu, kekayaan mereka adalah hasil kerja mereka. Karena masih menikmati kekayaan tersebut,maka mereka mudah menunda ketaatan beragama untuk hari tua.
Selanjutnya, antropologi dakwah bertujuan mencari batasan lebih empiris terhadap kajian dakwah dari sebuah keharusan teologis menjadi keharusan antropologis (kemanusiaan). Antropologi dakwah juga  bertujuan mencari batasan lebih empiris terhadap kajian dakwah dari sebuah keharusan sosial menjadi keharusan personal. Antropologi dakwah bertujuan membantu tercapainya tujuan dakwah yang berbasis budaya yang ada pada manusia dengan segenap cipta, rasa, dan karsa.