Jika mendapat nomor satu, para pendukung gampang sekali membuat tagline atau bahasa iklan. Toh sudah menjadi nomor satu. Bagaimana jika mendapat nomor dua? No problem, karena angka itu, jika dipresentasikan lewat jari melambangkan huruf 'V' artinya 'Victory'. Kubu Jokowi-Ma'ruf---khususnya relawan---ngebet ingin dapat nomor ini karena kemenangan pada pilpres terdahulu yang mendapat nomor saya sama sehingga gampang berkata, "Salam dua jari!"
Bagi saya pribadi, menjadi nomor satu atau nomor dua, masing-masing punya plus minusnya. Apa minus jadi nomor satu? Di samping jadi bahan ejakan, "Tidak ada kecap yang nomor 2", menjadi yang nomor puncak bisa backfire. Kok bisa? Merasa nyaman dan tidak ada celah untuk mengembangkan diri.
Jika saya dapat nomor dua---bukan sekadar urutan, tetapi benar-benar kenyataan di lapangan---nomor itu memberi saya kesempatan untuk berusaha lebih keras lagi agar kelak bisa menjadi nomor satu. Lawan kata dari baik, bukanlah buruk, melainkan sempurna. Kok bisa? Soalnya ketika kita merasa sudah sempurna, buat apa capek-capek berusaha lagi?
Bagi Prabowo-Sandi maupun Jokowi-Ma'ruf, dan para pendukungnya, saya berharap nomor urut berapa pun yang mereka peroleh, hendaklah tetap menomor satukan kepentingan bangsa dan negara.
- Xavier Quentin Pranata, yang senang melihat rajutan benang warna-warni yang membuat selendang nusantara bertambah indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H