“Ada berita duka” balas Otto gugup.
Spontan jantung kakanya seakan berhenti berdetak. Ia mulai panik....Tubuhnya mendadak dingin.... Darahnya seakan terserap keluar dari tubuhnya.
"Siapa yang meninggal?”
“Kaka Yulianus telah meninggal dunia.” Jawab Otto menanggis.
HP itu terlepas dari tangan istri Yulianus dan jatuh dengan suara keras ke lantai. Ia mendadak lemas dan tidak bisa menopang tubuhnya. Ia jatuh terkapar di lantai. Ia tidak punya tenaga untuk berbicara ataupun bergerak. Napasnya terputus-putus. Kedua tangannya memegang dada, berusaha menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerbu dirinya. Ia merasa dingin. Dingin sekali. Begitu dinginnya sampai tubuhnya gemetar hebat. Pandangannya buram, pendengarannya tidak jelas, seakan telinganya disumbat, namun samar-samar ia bisa mendengar tangisan anaknya yang kagit melihat keadaanya.
Kepalanya berputar-putar. Ia mendongak dan melihat perabotan disekelilingnya seakan nyaris jatuh dan menimpahnya. Ia menarik napas sekali lagi. Hal terakhir yang didengarnya sebelum kesadarannya menghilang seluruhnya adalah suara para tetangganya. Lalu segalanya menjadi gelap.
Yang pertama dilihatnya ketika ia sadarkan diri adalah langit-langit putih. Bukan langit-langit kamar.
“Dimana suami ku?” Tanya dia pada sanak keluarga yang berdatangan. Semua diam. Tak ada yangmengeluarkan sepatah katapun.
Kemudian ia dan anaknya ditopang oleh keluarga ke tempat jasad suaminya berada.
Yulianus suaminya, ditemukan dalam keadaan tak bernyawa lagi dengan jasad mengapung di sebuah kali kecil di jalan baru yang menghubungkan kampung Dagauto-Enarotali dalam keadaan bugil dengan bekas goresan di bagian leher dan bagian belakang tubuh. Tempat penemuan mayat tak jauh dari airport.
Melihat jasad bapa yang tengah mengapung, spontan anaknya kagit dan melompat dari atas jembatan ke kali dan memeluk jasad bapanya,