Kontroversi  kebaya crop top saat ini mencerminkan ketegangan antara tradisi dan modernitas. Di sisi lain, perubahan ini dapat dilihat sebagai upaya  memperbarui dan menjaga relevansi kebaya dalam menghadapi perubahan zaman. Tetapi juga ada kekhawatiran tersendiri karena akulturasi budaya tersebut dapat mengancam hilangnya makna asli dari pakaian adat tersebut.Â
Kebaya crop top juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana kita mendefinisikan identitas budaya di era globalisasi. Karena mengingat semakin besarnya pengaruh budaya asing, penting bagi masyarakat untuk menemukan cara yang tepat untuk melestarikan warisan budaya sambil menerima inovasi.
Pesan  dan argumen penulis
Dalam menghadapi perdebatan ini, menurut pendapat penulis. masuknya budaya asing ke Indonesia yang kemudian di aplikasikan ke budaya Indonesia itu boleh boleh saja asalkan tetap mempertahankan nilai-nilai yang dikandung dalam kebaya tradisional. Hal tersebut karena saat ini kita sedang berada di era globalisasi yang dimana zaman sudah sangat berkembang dan semakin mudah akses masuknya budaya asing. Tetapi diluar sana juga banyak orang yang tidak suka dengan hadirnya perubahan budaya tradisional.Â
Hal inilah yang menyebut sebuah perdebatan panjang. Untuk mengatasi perdebatan tersebut kita harus memiliki pemikiran yang terbuka. Kita harus bisa menemukan keseimbangan antara menghormati tradisi atau membuka diri terhadap perubahan. Pada akhirnya nanti pilihan untuk menggunakan kebaya tradisional atau crop top itu hak individu. Tetapi kita harus memperhatikan pilihan kita. Kita harus memperhatikan makna yang terkandung dalam kebaya yang kita pilih. Serta menjaga dialog terbuka tentang bagaimana kita melestarikan budaya tradisional ini di era modern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H