Mohon tunggu...
Sunan Doro
Sunan Doro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Linux Lover

Linux Defender, Android Supporter, Coffee Lover

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

#013 Bulan Sabit di Ufuk Republik

14 Agustus 2014   23:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:31 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://ak7.picdn.net/

#012

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="http://ak7.picdn.net/"][/caption]

Dikeroyok dua jagoan Kembang Soka, si Jari Maut bertempur kian hati-hati, melawan dua orang yang sangat marah dan penuh kenekadan harus dihadapi dengan kepala dingin. Gerakan si Jari Maut mantap, memainkan jurus-jurus warisan Kanjeng Pangeran Yudhaningrat, membendung badai serangan mematikan. Dengan lebih memperhatikan gerakan RB Kusuma yang lebih berbahaya, keris Kembang Soka bukan hanya tajam, namun juga mengandung racun ganas, sekali tergores tajamnya keris, tidak akan mudah ditolong.

Lewat limapuluh jurus, RB Kusuma melompat ke belakang, berdiri tegak memandang lawan pada jarak 37 meter. Sementara Danang terus menyerang dengan tusukan-tusukan kuat beraroma maut. Ditinggalkan RB Kusuma, si Jari Maut merasakan tekanan berkurang. Segera Ia melancarkan kombinasi pukulan beruntun beserta tendangan susul-menyusul, menampar dua kali ujung lengan Danang, menangkap pisau panjang di tangan kanan, Danang terkesiap, pisau seakan berhenti dijepit jepitan baja. Belum sempat menyadari apa yang terjadi, tendangan lurus bertenaga menghantam lambung kirinya, tubuh Danang terlontar sejauh lima meter, jatuh terduduk diatas tanah berumput, kepala pening, perut mual. Danang tidak mampu bangkit, Ia bersila, mengatur nafas guna mengusir pening dan mual. Sementara RB Kusuma, mengangkat keris Kembang Soka ke atas kepala, mengheningkan cipta sejenak, menarik nafas sangat dalam. Tangan kiri menyilang depan dada, kaki tegak lurus terpentang. Perlahan RB Kusuma mendongakkan kepala memandang langit, tangan kanan berputar pelan enam kali. Hawa panas menggelora ke seluruh unat nadi. Jari Maut, berdiri tegak merangkap dua tangan ke depan dada, mata terpejam. Ia menduga RB Kusuma bersiap melontarkan ilmu pamungkas, Jari Maut bersiap, menyalurkan tenaga sigar bumi di kedua tangan dan mengirim tenaga bledhek seketi ke ke sekujur jari jemari.

Jari Maut terkesima melihat keris di tangan RB Kusuma seakan memancarkan sinar kebiruan, ujungnya bergetar-getar. Sebelum menyerbu ke rumah RB Kusuma, si Jari Maut telah beberapa bulan melakukan penyelidikan, termasuk mengumpulkan informasi tentang RB Kusuma, ketua Persaudaraan Kembang Soka ini memiliki aji Kawah Tinuwuh, pengerahan aji kawah tinuwuh akan membuat kedua tangan RB Kusuma bagaikan lahar panas yang sanggup menghancurkan apa saja, batu, baja, besi akan gosong bagaikan dilanda lahar panas gunung berapi. Aroma maut mengurung halaman luas di belakang rumah RB Kusuma. Danang masih berjuang memulihkan tenaga, perut dan rongga dadanya terguncang, meskipun tidak menimbulkan luka dalam.

Beberapa kejap kemudian, RB Kusuma melompat tanpa suara, siku kiri ditekuk ke belakang, tangan kanan menyabet keris bersinar kebiruan. Jari Maut meraskan seleret hawa panas menerjang, sebelum serangan RB Kusuma benar-benar datang, pandangan mata waspada, seluruh indera bersiaga. Gerakan RB Kusuma tidak secepat sebelumnya, akan tetapi kelambanan ini menjadi isyarat, tubuh dan senjatanya sudah dipenuhi hawa sakti. Jari Maut diam siaga, menundukkan kepala mengangkat tangan menangkis serangan, Ia tidak mau ceroboh untuk langsung menapaki keris Kembang Soka, tanpa keyakinan mampu menahan. Tangkisan diarahkan ke genggaman tangan RB Kusuma, dukkk ... suara tidak terlalu keras benturan dua kepalan tangan kanan, namun akibatnya luar biasa, kuda-kuda Jari Maut tegempur mundur, sementara RB Kusuma terlontar ke belakang, Ia harus berjungkir balik untuk mengurangi dorongan tenaga dan mendarat dengan kedua kaki. Dari benturan ini dapat dilihat RB Kusuma kalah setingkat dalam hal tenaga. Sementara Jari Maut merasa tangannya dijalari hawa panas, segera Ia mengatur nafas, mendorong tenaga sakti untuk mengusir panas di lengan kanan.

Setelah saling menjajagi kekuatan, mereke mengatur strategi masing-masing. RB Kusuma kembali menyerang, keris Kembang Soka bergerak indah, membentuk gelombang sinar panjang, susul menyusul, mengepung seluruh jurusan, mengurung lawan, hampir tidak ada celah sedikitpun. Jari Maut menatap tajam, melompat tinggi secepat kilat, melancarkan serangan-serangan ganas dari sisi atas. Meskipun hanya serangan tangan kosong, RB Kusuma tidak berani menganggap ringan, Ia telah melihat bagaimana Rangkuti dan Prihantosa dirobohkan. Keduanya saling serang, tangkis menangkis, dorong mendorong. dua jagoan ini bertempur bagaikan dua bayangan setan, saling belit diiringi bentakan-bentakan. Serangan demi serangan seluruhnya menyiratkan irama kematian, hawa maut bergentayangan.

Danang mulai pulih kesadaran, tidak ada lagi rasa pening dan mual, namun harus diakui tubuhnya mulai dijalari kelelahan. Pandang matanya silau menyaksikan perang tanding dua manusia linuwih. Ia tidak berani demikian saja terjun dalam pertempuran, karena boleh jadi kehadiran dirinya bukan akan membantu melainkan merepotkan. Pikiran Danang berputar mencari akal, memeras seluruh kecerdasan, memikirkan apa hal terbaik bisa Ia lakukan untuk membantu Raden Bagus Kusuma. Danang bergeser ke samping, terus mengamati pertempuran, sangat sulit baginya untuk membedakan mana bayangan RB Kusuma mana bayangan si Jari Maut, saking cepatnya mereka bergerak, hanya sesekali Danang bisa menandai, bayangan dengan sinar keris membiru adalah RB Kusuma. Pada satu kesempatan Jari Maut terpaksa melompat ke samping menghindari sabetan keris Kembang Soka, Ia terkejut karena mendadak Danang menyerang dengan dua gulungan pisau panjang, secara indah Jari Maut melontarkan tubuh ke belakang, melanjutkan gerakan menghindar ke samping, sabetan pisau Danang lewat beberapa sentimeter diatas dadanya. Jari Maut harus menjatuhkan diri berguling menjauh, karena RB Kusuma sudah memburu dengan tebasan panjang keris Kembang Soka.

Berdebar dada Jari Maut, hampir saja keris Kembang Soka menebas lehernya. Baru saja Ia melompat berdiri, RB Kusuma kembali melancarkan serangan susul-menyusul, melihat Jari Maut kehilangan keseimbangan Ia tidak ingin membuang peluang. Sekali lagi Jari Maut harus melompat jauh untuk mengindar, karena Danang pun sudah maju menusukkan dua pisau panjang secara bersamaan. Jari Maut hinggap diatas tembok halaman
"Mau lari kemana kau ..." RB Kusuma berteriak.
Jari Maut bertolak pinggang dan tertawa pendek. Mendadak sontak Jari Maut meluncur, tubuhnya lurus bagaikan lembing, dua tangan menyorong ke depan dengan telapak terbuka. RB Kusuma tersenyum, Danang siaga sekitar lima meter di sebelah kiri gurunya. Sambil memusatkan seluruh tenaga Kawah Tinuwuh ke tangan kanan, keris Kembang Soka digenggam erat, ujungnya menghadap ke tanah. RB Kusuma membiarkan dua tangan Jari Maut mendekat, secepat kilat RB Kusuma menebas bermaksud membuntungi kedua lengan si Jari Maut. Senyum tipis menghias bibir si Jari Maut, secepat kilat Ia menarik kedua tangan, tubuhnya melengkung dan berputar 360 derajat, dan terdengar suara berderak, secara tak terduga si Jari Maut menendang dengan kedua kaki ke arah Danang, gerakan yang sama sekali tidak disangka-sangka itu tepat mengenai dada Danang, tubuh danang terhempas ke belakang dan remuk menyambar dinding. Danang bahkan tidak sempat bersuara, tubuhnya merosok ke bawah dan nyawa pun melayang.

"Bangsattt ..." Teriak RB Kusuma penuh emosi, keris Kembang Soka melesat cepat menyambar si Jari Maut yang baru saja menjejakkan kaki di atas tanah. Tiga kali si Jari Maut bersalto ke belakang, menghindar serangan RB Kusuma. Saat kaki menjejakkan tanah si Jari Maut langsung menyerang bertubi-tubi. RB Kusuma kaget, bergerak mundur sambil terus menebaskan keris Kembang Soka ke depan. Namun si Jari Maut dengan indah menghindar, menyelusup kedalam rangkaian gulungan perisai keris, sebuah sabetan dengan telapak tangan miring, mengarah tepat ke ubun-ubun, RB Kusuma tersentak melihat serangan tak terduga ini, tak ada waktu lagi untuk menangkis, RB Kusuma sempat memiringkan kepala ke kiri, tak urung pundaknya terkena pukulan telapak terbuka, RB Kusuma menggaduh dan terjerembab, bergulingan beberapa kali. Si Jari Maut tak membuang kesempatan, dengan loncatan panjang kedua kakinya meluncur ke arah RB Kusuma yang bergulingan. RB Kusuma terbelalak melihat dia kaki mengarah langsung bagaikan roket berkecepatan tinggi

"Dess..." tubuh itu berguling-guling beberapa kali, berhenti di semak pohon bunga-bungaan. si Jari Maut bangkit dalam kekagetan yang amat sangat, entah darimana datangnya tau-tahu pundaknya diterpa kekuatan besar saat Ia hendak menyudahi perlawanan RB Kusuma. Jari Maut menggoyang kepala mengusir pening. Terkesima melihat seorang kakek berpakaian petani, membawa tongkat bambu kuning terkekeh-kekeh, berdiri diantara dia dan RB Kusuma.
"Anak mas, Jangan takut saya datang ..." si kakek berbicara sambil pringas pringis, Ia mendatangi RB Kusuma, mengulurkan tangan dan menarik RB Kusuma berdiri, "mari kita bereskan bedebah ini" kata kakek itu lebih lanjut.
"Paman Gandamanik" RB Kusuma berseru girang.
kakek Gandamanik terkekeh

Gandamanik pada masa muda dikenal sebagai "Iblis Cadas Pangeran", Ia sahabat Surya Kusuma, kakek RB Kusuma. Gandamanik masih terhitung uwak guru RB Kusuma, karena Ia kakak seperguruan Kyai Rahmat, guru RB Kusuma. Oleh kakeknya RB Kusuma dikirim untuk berguru pada Kyai Rahmat di Garut, Kyai Rahmat seorang ulama besar nan sakti. Kyai Rahmat bersedia menerima RB Kusuma sebagai murid atas bujukan Surya Kusuma, dengan sedikit menipu. Setelah lima tahun berguru pada Kyai Rahmat, RB Kusuma diajak gurunya memerangi ki Gandamanik yang menyeleweng menjadi pelindung para garong dan rampok di Cadas Pangeran. Gandamanik dan Kyai Rahmat adalah saudara seperguruan, namun Gandamanik tergoda oleh gemerlap kenikmatan dunia sehingga bathin yang lemah menyeretnya ke dunia hitam. Atas perintah gurunya dengan ilmu khusus sebagai bekal Kyai Rahmat akhirnya menemukan Gandamanik. Tapi saat ia tengah mendesak Gandamanik, muncul Surya Kusuma membantu Gandamanik, Kyai Rahmat terdesak dan hanya bisa bertahan. Atas bujukan kakeknya, RB Kusuma akhirnya membantu mengeroyok Kyai Rahmat. Kyai Rahmat sangat marah, namun tidak mampu menghadapi tiga orang culas yang berilmu tinggi, Kyai Rahmat melarikan diri dengan membawa luka parah di dada kiri dan luka mendalam dalam bathinnya. Ia mengasingkan diri dan tak pernah lagi terdengar khabar beritanya. Sesungguhnya Gandamanik dan Surya Kusuma tidak akan mampu mengalahkan Kyai Rahmat, namun dengan turunnya RB Kusuma ke gelanggang memukul bathin kyai Rahmat. Penyesalan tiada tara, karena Ia telah menurunkan aji Kawah Tinuwuh yang sangat ampuh kepada RB Kusuma.

RB Kusuma memang sempat mengirim pesan kepada uwak gurunya ini untuk meminta bantuan berjaga-jaga mengingat situasi penuh ketidak pastian dan tidak tahu musuh seperti apa yang membayangi. Gandamanik hidup tenteram dengan banyak gundik yang selalu berganti-ganti. RB Kusuma menimbun kenikmatan kepada Uwak Gurunya untuk mencegah ki Gandamanik berkeliaran mengumbar kenikmatan atau menjadi pelindung para garong dan rampok. Gandamanik tentu saja sangat senang menjadi "peliharaan" RB Kusuma, tanpa kerja tanpa melakukan apapun, segala kebutuhannya dicukupi, terutama kesenangannya pada gadis-gadis muda.

Dukungan ki Gandamanik pula yang membuat Persaudaraan Kembang Soka bersinar dan disegani, tidak ada lawan yang selamat bila ki Gandamanik turun tangan, iblis sakti ini memiliki kekebalan tidak lumrah manusia, aji Kawah Tinuwuh sudah diperkuat dengan berbagai laku ilmu hitam, antara lain dengan meminum darah bayi perempuan berumur tidak lebih dari tujuh hari yang lahir pada Kamis Wage. Gandamanik kejam melebihi iblis, bila ada anggota Persaudaraan Kembang Soka menyeleweng atau membocorkan rahasia, dan RB Kusuma meminta Gandamanik memburunya, maka anggota tersebut akan dibunuh dengan ditarik jantungnya saat masih hidup. Tidak ada yang tahu persis usia ki Gandamanik, tapi Ia sudah tuwa, tidak kurang dari 80 tahun.

Si Jari Maut bangkit, bahunya ngilu, meskipun hanya luka luar. Ia tidak menyangka dibokong oleh si iblis cadas pangeran. Rasanya seperti kejatuhan gunung saat Ia diserang tadi. Jari Maut mengatur nafas dan bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan, segebrakan tadi Ia bisa menduga bahwa kakek petani itu memiliki tenaga luar biasa kuat. Gandamanik tanpa basa-basi langsung mengayunkan tongkat bambu kuning, disusul RB Kusuma menyerang deras dengan keris Kembang Soka, semangat RB Kusuma meningkat berlipat ganda, kehadiran Gandamanik membangkitkan nyali dan keyakinan dalam dirinya. Kali ini akan dengan mudah melibas si Jari Maut yang sudah membuatnya jatuh bangun.

Pukulan-pukulan jarak jauh ki Gandamanik, diselingi tebasan tongkat bambu kuning ditambah bergulung-gulung sinar keris Kembang Soka mendesaak si Jari Maut secara hebat, Jari Maut hanya bisa bertahan, dua kali gebukan tongkat bambu kuning menghajar punggungnya, bukan cuma rasa perih di kulit, tapi guncangan tenaga dalam seakan merontokkan isi dadanya. Jari Maut mengerahkan seluruh kemampuan, bertahan sebisa mungkin sambil sesekali membentur pukulan ki Gandamanik dengan aji Bledhek Seketi. Pukulan bledhek seketi mengagetkan ki Gandamanik, seumur hidup baru kali ini Ia meraskan lawan setanding. ki Gandamanik menjadi girang bukan main, sudah puluhan tahun tidak pernah menemukan tandingan, kini menghadapi lawan tangguh kegembiraannya muncul. "Kamu boleh juga ngger, mari kita bemain-main" ujar ki Gandamanik kepada Jari Maut.
"Uwak, kita harus segera membunuhnya, dia sangat berbahaya" teriak RB Kusuma melihat ki Gandamanik mempermainkan si Jari Maut.
"Sudah lama tulang tua ini tidak berlatih anak mas, ini kesempatan untuk melemaskan otot" Jawab Gandamanik sambil terus terkekeh-kekeh. RB Kusuma hanya menahan kedongkolan. Menghadapi tokoh tuwa yang mungkin sudah setengah pikun ini amat rumit. Sementara bagi ki Gandamanik, hal ini bagaikan menemukan alat permainan yang menyenangkan.

Si Jari Maut menyadari, hanya karena ki Gandamanik memandang rendah padanya, Ia masih bisa selamat dikeroyok dua, bila iblis cadas pangeran ini langsung mengerahkan ilmunya, Ia akan sangat sulit untuk keluar dari pertempuran dengan selamat. Meskipun tidak mudah bagi ki Gandamanik dan RB Kusuma untuk mengalahkan si Jari Maut, tapi lambat laun, sudah bisa dipastikan si Jari Maut kalah dalam banyak hal. Andaikan bertarung satu lawan satu, bisa jadi ki Gandamanik akan mengalahkan Jari Maut, tapi butuh waktu sangat lama, karena tenaga dalam sigar bumi dan pukulan bledhek seketi seimbang dengan kawah tinuwuh ki Gandamanik. Hanya saja gerakan ki Gandamanik sudah mendarah daging, serta menang pengalaman juga kelicikan dan keanehan gerak ilmu ki Gandamanik sangat membingungkan. Gerakan bambu kuning ki Gandamanik menyebar aroma kegalapan yang magis, membuat lawan merasa sangat ngeri dan dirayapi ketakutan luar biasa

Hari menjelang pagi, si Jari Maut sudah bertempur sekitar enam jam, kelelahan mulai merayap, beberapa pukulan membuat tubuh sakit-sakit, meskipun tidak menjatuhkan. Ia terdesak sangat hebat, kemanapun si Jari Maut menghindar selalu bisa dikejar, apalagi RB Kusuma yang menyerang untuk menghabisi. Kondisi Jari Maut dalam ancaman kritis, sementara ki Gandamanik bagaikan kucing mempermainkan tikus, dia hanya menyerang bila melihat RB Kusuma terdesak. "luar biasa.." suara ki Gandamanik mengagumi gerak dan pukulan si Jari Maut.

Setiap kali si Jari Maut mampu mendesak RB Kusuma, tongkat bambu kuning atau kepalan tangan ki Gandamanik menghalangi serangan si Jari Maut, sehingga si Jari maut benar-benar repot. Pada suatu kesempatan si jari Maut melihat ki Gandamanik hanya berdiri berjaga, sementara RB Kusuma melancarkan serangan beraroma kematian. Secara berani dan mendadak si Jari Maut mengalihkan serangan pada ki Gandamanik, sebuah pukulan Bledhek seketi meluncur ke arah dada Gandamanik. Kaget luar biasa ki Gandamanik, tidak menduga serangan datang, otomatis tangan kirinya terangkat menapaki bledhek seketi dengan aji kawah tinuwuh, benturan keras menggetarkan alam sekitar, RB Kusuma merasakan desakan tenaga akibat benturan itu, ki Gandamanik terjengkang dan tubuh si Jari Maut terlempar. RB Kusuma melihat kesempatan emas segera menebaskan keris Kembang Soka sekuat tenaga, kali ini dipastikan tubuh Jari Maut akan terpotong dua, karena dalam kondisi tidak berdaya.

Terdengar suara logam berbenturan sangat keras, tubuh melayang dan berguling-guling. RB Kusuma kaget luar biasa, kegirangan hati melihat kerisnya begitu dekat dengan perut si Jari maut yang melayang tak berdaya, tiba-tiba saja seperti menghantam bukit karang dan terpental, satu dorongan kuat mengenai pinggang membuat RB Kusuma tersungkur, secara reflek RB Kusuma bergulingan menghindari serangan selanjutnya.
"Kiranya Iblis Cadas Pangeran bermain-main dengan anak ingusan"
Kaget semua orang, ki Gandamanik sudh tegak kembali setelah menangkis bledhek seketi si Jari Maut, Ia merasakan tenaganya membalik. Sementara si Jari Maut sudah bangkit dan berdiri siaga. RB Kusuma pun kembali berdiri tegak, meski nafas sedikit ngos-ngosan. Tak jauh dari situ, sosok langsing berdiri, matanya melirik pada si Jari Maut, "kamu boleh juga bisa menandingi tua bangka Gandamanik".
si Jari Maut menatap perempuan berumur 40 tahunan, cantik dengan tubuh padat dan sintal.
Gandamanik melotot menelan ludah, Ia seorang penggemar perempuan, pemuja kepuasan seksual, melihat perempuan manis seksi didepannya, air liur berhambusan. Gandamanik terkekeh senang "Siapa engkau gerangan, Dewi pagi atau Peri Hutan?"
RB Kusuma terheran, tidak sedikitpun mengenal perempuan ini, semakin heran karena bisa mengenali uwak gurunya. Sedikit sekali tokoh yang mengenal Gandamanik, apalagi mengenal nama aslinya.
"Hei Nona siapa kamu, yang kenal aku" Tanya Gandamanik masih cengar cengir. RB Kusuma mendongkol melihat kelakuan uwaknya, benar-benar gak bisa melihat kulit licin. Perempuan itu tertawa, suaranya merdu, keluar dari bibir padat merangsang. Mata coklat dihias alis tebal, berpadu dengan hidung kecil mancung, sungguh sangat cantik. Pakaian ketat warna hitam, mencetak tubuh sintal, dada montok tersembunyi.
"Siapa tidak kenal Gandamanik, iblis cadas pangeran, play boy murahan" si Jari Maut tersenyum mendengar ki Gandamanik dimaki play boy murahan oleh gadis itu.
Gandamanik pringas pingis, menggaruk kepala, mencoba mengingat ingat siapa gerangan perempuan cantik ini. Namun tidak sanggup. Bagaimanapun Ia merasa canggung, sebagai tokoh tua, dipermainkan oleh gadis muda, berbicara seakan pada kawan lama.

Tiba-tiba saja iblis cadas pangeran mengayun tongkat bambu kuning dengan gerakan sekenanya ke arah nona baju hitam, si Jari Maut terkesiap, meski gerakan sekedarnya, Ia bisa mengenali jurus ampuh mengandung tenaga dalam, sudah dirasakan kuatnya aji kawah tinuwuh. Tubuh molek itu pasti akan hancur lebur bagai patung lilin dilalap api bila tersentuh tongkat bambu kuning. Nona Baju hitam, tertawa kecil melihat serangan kilat dan curang datang, dengan indah tubuh gemulai bergeser ke belakang tanpa mengerakkan kaki, seakan menggunakan sepatu roda. Seleret sinar hitam menghantam tongkat ki Gandamanik, dan pada waktu yang sama sejumput kain hitam mematuk hidungnya. Gandamanik terkejut luar biasa, terutama hawa dingin yang merayap saat tongkatnya ditangkis, menyusup langsung ke tulang sumsum. Buru-buru Gandamanik mengerahkan tenaga dalam mengusir hawa dingin mencekam.

"Apa hubunganmu dengan Dewi Angan Angan...?" Tanya Gandamanik tampak jerih. RB Kusuma terkejut melihat uwaknya memperlihatkan kejerihan saat menyebut nama Dewi Angan Angan.
"Kamu sudah tuwa bangka masih saja curang" Nona baju hitam berkata ketus sambil memonyongkan bibir mengejek. Tak urung meski monyong nona baju hitam terlihat makin cantik.
Ki Gandamanik alias Iblis Cadas Pangeran benar-benar bingung, serangan curang tadi Ia lakukan untuk menjajagi dan melihat gerak silat Nona Baju hitam, siapa tahu Ia bisa mengenali. Tak mengira pukulan penuh tenaga Kawah Tinuwuh dilawan dengan satu gebrakan saja. Gandamanik merasa kecut,merasakan susupan hawa dingin menggigit menerobos pertahanan kawah tinuwuh. Ini saja sudah cukup, bahwa tenaga dalam nona baju hitam, jauh lebih kuat.
Bersambung ...
#014

Catatan : Tulisan berikut ini seluruhnya FIKTIF, sebuah FIKSI kreasi Penulis. Persamaan Nama, Peristiwa, Tempat tidak lebih hanya sebagai bingkai cerita. Tidak ada maksud dan tujuan untuk mendiskreditkan siapapun atau pihak manapun, segala usul, saran, kritik, keberatan agar menghubungi penulis. Kompasiana tidak bertanggung jawab atas Isi tulisan. Selamat menikmati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun