Mohon tunggu...
Uhan Subhan
Uhan Subhan Mohon Tunggu... Pengajar dan Petualang -

penulis. pengajar. petualang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak-sajak Badui U. Subhan - 2013

13 Mei 2014   16:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:33 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sajak-sajak ini pernah dimuat di Harian Umum Radar Banten, 30 Maret 2013

DI MUARA

badai datang, dalam hatimu,
sebelum mercusuar
menyala.

waktu, seperti juga hidupmu,
tersapu dari pantai
yang damai.

sementara, di puncak gunung
gelap, senyap.
segala lenyap.

di muara, di sisa senja,
kau menunduk.
kian merunduk.

/Banten, 2012

SESEORANG BERDOA

seseorang berdoa, mungkin kamu,
dalam gelap kamar.

tuhan yang tak mudah dijangkau,
seperti cakrawala,
jangan beri aku cahaya

seperti musa
di puncak tursina.

tuhan, menjauhlah
dari keluh kesah
nafsuku.

seseorang berdoa, mungkin aku,
singkat
dan menggigil.

/Banten, 2012

FRAGMEN DI BULAN JANUARI

kau tiba-tiba datang
dan berbisik:
ini januari dan aku akan
berhenti bernyanyi.

matahari belum tinggi.
belum habis secangkir kopi.
apakah kau bahagia?

tidak, ini januari,

dan selama hidupku
tak ingin aku bahagia.
sebab itu, aku
menjumpaimu.

apakah kau bahagia
dalam duka?

ini januari.
kuharap esok, lusa, dan seterusnya
adalah januari.

/Banten, 2012


BAGIMU

aku tak pandai merayu,
tak seperti cahaya lampu
bagi laron-laron
sehabis hujan.

“betulkah?”

aku hanya sepercik api
yang kelak menghanguskan rambut,
kulit, daging, tulang,
dan hatimu.

“mestikah?”

/Banten, 2012

KENANGAN


hingga kini aku percaya:

kenangan
bukanlah kesenangan
kenangan
bukanlah kemenangan

hingga kini aku percaya:

kau tak pernah percaya.

/Banten, 2012


TENTANG ESOK

aku tahu,
esok bukan hanya milikku.

kembang jambu batu
akan mekar, tapi kembang kertas
akan gugur
dan tersapu.

aku tahu, lusa
bukan hanya aku yang punya.

buah jambu batu
dimakan kelelawar, tapi mengkudu
akan lebat dan bau.

/Banten, 2012


EPISODE RUMAH
-kepada dei

aku akan segera berkemas
dan berlari ke jalan tanpa rambu.
di sini hanya ada cemas
dan tangis redam seorang ibu.

tak perlu kau tanya
apa tengah terjadi.

aku rela diriku tergilas,
koyak, dan raib bersama debu.
di sini tak ada yang lebih ganas
ketimbang lelaki tua berhati batu.

tak perlu kau tanya
siapa sebenarnya aku.

/Banten, 2012


PERPISAHAN
-neka

apa yang memaksa kita berpisah
tak lain samudera gelisah
seperti kontingen malam
terburai oleh mimpi-mimpi lebam

kau dan aku bersepakat menjauh
sebelum tiba musim keluh
sebab hanya dengan jarak
cinta kian berbiak

/Banten, 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun