Mohon tunggu...
Syarif Dhanurendra
Syarif Dhanurendra Mohon Tunggu... Jurnalis - www.caksyarif.my.id

Pura-pura jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Memancing di Sungai Brantas Pakai Pancing Jaring

4 Juni 2022   12:06 Diperbarui: 6 Juni 2022   21:46 2030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi memancing dengan jaring. (sumber: pixabay.com/svenvogelgesang)

Kalau berbicara mengenai memancing di air tawar, di desa saya lebih enak kalau mancing di Singai Brantas, orang-orang di desaku menyebutnya "Kali Brantas".

Ada banyak cara untuk memancing di Sungai Brantas ini. Mulai dari adanya pancing jaring, pancing yang tidak pakai umpan atau jarum, tapi pakai semacam jaring untuk menangkap ikannya. Pancing jaring juga memerlukan senar dalam pemakaiannya.

Jenis Pancing jaring ini cukup banyak dipakai di daerah saya. Pancing jaring ini juga cukup memuaskan. Sebab, tidak sedikit pula ikan-ikan yang tertangkap oleh jaring.

Cara memakainya hampir sama dengan pancing biasa. Jaring dikaitkan ke senar. Ada reel, pelampung, dan joran. Atur posisi melempar kail, lemparkan di tengah sungai Brantas. Kemudian terus ulurkan senar pancing menggunakan reel.

Tentu teknik mengatur pelampung dan kedalaman jaring juga harus diatur. Karena sungai Brantas di desa saya cukup dalam, maka tidak perlu khawatir jaring akan nyangkut di bebatan sungai atau tanah padas.

Selain menggunakan jaring, Kompasianer juga bisa menggunakan kail seperti biasanya. Umpannya juga bermacam-macam. Ada yang menggunakan lumut brantas, tempe, dll.

Ikan di sungai Brantas di kampung saya masing sangat banyak. Mulai dari ikan rengkik, trawas, bader, dll.

Untuk warga Jawa Timur, Sungai Brantas merupakan berkah. Dari kaki Gunung Arjuna di Malang, sungai besar( bengawan) Brantas bersama 39 anak sungainya menggeliat serta membentang di 15 kabupaten di Jawa Timur. 

Legenda Sungai Brantas tidak dapat dilepaskan dari Kediri. Dilansir dari Kompas. com, dikisahkan di masa kemudian, kawasan Kediri merupakan suatu kerajaan besar bernama Kerajaan Medang yang dikala itu dipandu oleh Prabu Airlangga.

Si Prabu berasal dari Bali serta jadi Raja Medang sehabis menikahi seseorang gadis Raja medang. Prabu Airlangga diketahui selaku wujud yang religius. 

Di kala umurnya telah senja, dia memilah jadi seseorang pertapa. Dia juga menyerahkan tahta kerajaan kepada gadis permaisuri yang berama Dyah Sangmawijaya. Tetapi Dyah menolak sebab pula memilah jadi pertapa semacam bapaknya.

Prabu Airlangga kesimpulannya membagikan tahta kepada putra dari selirnya. Dari selirnya, dia mempunyai 2 putra ialah Raden Jayanagara serta Raden Jayengrana. Prabu merasa bimbang serta supaya adil, dia memohon batuan Empu Baradha buat membagi Kerajaan Medang jadi 2 bagian buat kedua putranya.

Dengan kesaktiannya Empu Baradha juga terbang dengan bawa kendi yang berisi air. Dia setelah itu menumpahkan air kendi itu dari angkasa persis di tengah- tengah Kerajaa Medang. Ajaibnya, tanah yang terserang air dari kendi tersebut berganti jadi sungai yang saat ini diketahui dengan Sungai Brantas.

Kerajaan Medang juga saat ini dibagi jadi 2 daerah yang dibatasi Sungai Brantas. Bagian sebelah timur diserahkan kepada Raden Jayengrana yang diberi nama Kerajaan Jenggala. Sebaliknya bagian barat sungai diberikan kepada Raden Jayanagara yang diberi nama Kerajaan Kadiri ataupun yang saat ini diketahui dengan nama Kediri.

Dilansir dari novel Sungai selaku Pusat Peradaban, ditemui kehidupan Homo Wajakensis daerah Wajak, sesuatu lembah di Brantas Hulu yang sangat produktif yang posisinya di dekat Tulungangung. Perihal itu menujukkan kalau Sungai Brantas mempunyai sejarah yang sangat panjang baik secara sosial, politik, ekonomi, kebudayaan serta militer.

Apalagi Sungai Brantas jadi saksi masa kerajaan yang timbul silih berubah, mulai dari Kerajaan Mataram Mpu Sindok( akhir abad ke- 9 Masehi) sampai masa akhir Kerajaan Majapahit di abad ke- 16 Masehi. Di masa Kerajaan Mapapahit, Si Raja Hayam Wuruk menghasilkan Prasasti Canggu( 1358 Masehi).

Prasasti tersebut mengatakan hak- hak istimewa pada penjaga tempat penyebarangan di Sungai Brantas. Baca pula: Hayam Wuruk, Raja Terbanyak Kerajaan Majapahit Dikala ini Canggu terletak di Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto yang terletak di selama aliran Sungai Kalimas (cabang dari Sungai Brantas).

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Di masa kemudian, desa- desa di pinggir sungai( nitipradesa) yang jadi posisi panambangan merupakan wilayah perdikan selaku imbalan atas kewajiban menyeberangkan penduduk serta orang dagang secara cuma- cuma. 

Dengan metode itu, masyarakat dilibatkan buat melindungi sarana penyeberangan, kata Meter Dwi Cahyono, arkeolog dari Universitas Negara Malang, Selasa (15/3/ 2011).

Dalam prasasti tersebut tercatat terdapat 34 desa panambangan di Sungai Brantas serta 44 desa panambangan di Bengawan Solo.

Kepustakaan Inggris menyebut prasasti itu dengan sebutan ferry charter. Ialah titik- titik panambangan yang jadi semacam pelabuhan transit untuk perahu- perahu yang berlayar dari Pelabuhan Ujung Galuh (Surabaya) ke bunda kota Majapahit.

Bersumber pada kabar Cina dari Dinasti Ming (abad ke- 14 Masehi), tiap kapal asing yang hendak mengarah Majapahit awal kali singgah di Pelabuhan Tuban, Gresik, kemudian Surabaya, serta kesimpulannya ke Majapahit. Dari Surabaya, jung (kapal) asing tidak dapat masuk ke pedalaman.

Mereka memakai perahu yang lebih kecil serta berlayar ke Canggu yang berjarak dekat 40 km. Canggu kala itu pelabuhan dengan pasar yang ramai didatangi para orang dagang. Dekat tahun 1942, penduduk Desa Canggu menciptakan perahu rusak serta dari cerita tutur, perahu tersebut merupakan kepunyaan Dampu Awang yang rusak dikala meninggalkan Pelabuhan Canggu.

Tidak hanya itu di Desa Canggu ditemui makam tua di pemakaman Dusung Kedung Sumur. Makam itu dipercaya kepunyaan Cheng Hwie ataupun Shang Hwie, saudagar asal Cina. 

Sisa- sisa makam tua itu masih dapat dikenali dengan memandang batu nisannya yang dibuat dari batu bata merah dengan tebal 6 sentimeter, lebar 20 sentimeter, serta panjang 30 sentimeter.

Mbah Misno( 59), juru kunci Makam Kedung Sumur, meyakini kalau Pelabuhan Canggu yang dibentuk pada 1271 oleh Raja Singasari Wisnuwardhana terletak di desanya. Pada 1960- an, di Kedung Sumur pernah timbul bangkai perahu kayu jati tengkurap dikala seseorang masyarakat menggali tanah buat tempat buangan sampah.

Sedangkan itu Dwi Cahyono, arkeolog dari Universitas Negara Malang berkata Wisnuwardhana membangun pelabuhan di Canggu sebab lokasinya terletak di ujung percabangan Sungai Brantas saat sebelum rusak jadi Sungai Kalimas serta Sungai Porong.

" Lokasinya strategis. Di sana mereka membangun benteng buat melindungi pertahanan sekalian buat menarik cukai," ucapnya.

Raja- raja setelah Wisnuwardhana tinggal meneruskan kebijakan itu. Puncaknya pasti terjalin pada masa Kerajaan Majapahit. Kala itu Canggu jadi pelabuhan pedalaman yang ramai didatangi orang dagang dari banyak bangsa.

Perihal senada pula disampai Sejarawan Universitas Negara Surabaya, Aminuddin Kasdi. Dia berkata, kejayaan transportasi sungai itu menampilkan uraian raja- raja pada masa tersebut terhadap berartinya laut serta sungai.

Bengawan Brantas menghidupi 17 juta masyarakat di selama aliran airnya. Mempunyai panjang aliran 1. 400 km dengan 39 anak sungai menjadikan Brantas selaku nadi kehidupan. Air yang mengalir penuhi bendungan serta waduk. Dari situlah bermacam- macam kebutuhan, di antara lain irigasi pertanian, tercukupi.

Dilansir dari Kompas. id, dari informasi Perum Jasa Tirta I, penduduk Wilayah Aliran Sungai Brantas menggapai 17 juta orang. Sebagian dari mereka menggantungkan hidup dari Brantas, mulai dari hulu, bagian tengah, hingga hilir di Surabaya serta Sidoarjo. Informasi 2012, air Brantas juga menghidupi 345. 000 hektar lahan.

Brantas pula jadi sumber tenaga untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) serta pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) yang ikut menyuplai pasokan listrik pada sistem pembangkitan Jawa- Bali. Terdapat belasan PLTA serta PLTMH di selama wilayah aliran, antara lain PLTA Lodoyo, PLTA Karangkates, PLTA Kesamben, serta PLTA Jatimlerek.

Di hilir, semenjak dahulu Brantas diandalkan selaku sumber air bersih warga baik yang dikelola oleh industri wilayah air minum (PDAM) ataupun secara swakelola. 

Di wilayah hilir, penggunanya antara lain PDAM Surya Sembada Surabaya, PDAM Delta Tirta Sidoarjo, PDAM Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto, serta Gresik. Wilayah tersebut tidak mempunyai sumber air pegunungan buat menyuplai kebutuhan rumah tangga serta dunia usaha tercantum industri.

Manajer Tata Usaha serta Humas PDAM Surya Sembada Surabaya Diah Ayu Anggraeni berkata, jumlah pelanggannya di kala ini menggapai 588. 000 pelanggan. Kebanyakan pelanggan rumah tangga dengan komposisi 70- 80 persen serta cuma sebagian kecil yang berasal dari dunia usaha tercantum industri.

Dengan anggapan tiap pelanggan rumah tangga mempunyai 4 anggota keluarga, total 2, 3 juta jiwa menggantungkan kebutuhan air bersihnya pada PDAM Surabaya. 

Jumlah pelanggan ini terus bertumbuh tiap tahun bersamaan perkembangan jumlah penduduk dengan tingkatan mengkonsumsi air dalam negeri ataupun rumah tangga 28, 30 m kubik per bulan per pelanggan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun