Mohon tunggu...
Syarif Dhanurendra
Syarif Dhanurendra Mohon Tunggu... Jurnalis - www.caksyarif.my.id

Pura-pura jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Memancing di Sungai Brantas Pakai Pancing Jaring

4 Juni 2022   12:06 Diperbarui: 6 Juni 2022   21:46 2030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepustakaan Inggris menyebut prasasti itu dengan sebutan ferry charter. Ialah titik- titik panambangan yang jadi semacam pelabuhan transit untuk perahu- perahu yang berlayar dari Pelabuhan Ujung Galuh (Surabaya) ke bunda kota Majapahit.

Bersumber pada kabar Cina dari Dinasti Ming (abad ke- 14 Masehi), tiap kapal asing yang hendak mengarah Majapahit awal kali singgah di Pelabuhan Tuban, Gresik, kemudian Surabaya, serta kesimpulannya ke Majapahit. Dari Surabaya, jung (kapal) asing tidak dapat masuk ke pedalaman.

Mereka memakai perahu yang lebih kecil serta berlayar ke Canggu yang berjarak dekat 40 km. Canggu kala itu pelabuhan dengan pasar yang ramai didatangi para orang dagang. Dekat tahun 1942, penduduk Desa Canggu menciptakan perahu rusak serta dari cerita tutur, perahu tersebut merupakan kepunyaan Dampu Awang yang rusak dikala meninggalkan Pelabuhan Canggu.

Tidak hanya itu di Desa Canggu ditemui makam tua di pemakaman Dusung Kedung Sumur. Makam itu dipercaya kepunyaan Cheng Hwie ataupun Shang Hwie, saudagar asal Cina. 

Sisa- sisa makam tua itu masih dapat dikenali dengan memandang batu nisannya yang dibuat dari batu bata merah dengan tebal 6 sentimeter, lebar 20 sentimeter, serta panjang 30 sentimeter.

Mbah Misno( 59), juru kunci Makam Kedung Sumur, meyakini kalau Pelabuhan Canggu yang dibentuk pada 1271 oleh Raja Singasari Wisnuwardhana terletak di desanya. Pada 1960- an, di Kedung Sumur pernah timbul bangkai perahu kayu jati tengkurap dikala seseorang masyarakat menggali tanah buat tempat buangan sampah.

Sedangkan itu Dwi Cahyono, arkeolog dari Universitas Negara Malang berkata Wisnuwardhana membangun pelabuhan di Canggu sebab lokasinya terletak di ujung percabangan Sungai Brantas saat sebelum rusak jadi Sungai Kalimas serta Sungai Porong.

" Lokasinya strategis. Di sana mereka membangun benteng buat melindungi pertahanan sekalian buat menarik cukai," ucapnya.

Raja- raja setelah Wisnuwardhana tinggal meneruskan kebijakan itu. Puncaknya pasti terjalin pada masa Kerajaan Majapahit. Kala itu Canggu jadi pelabuhan pedalaman yang ramai didatangi orang dagang dari banyak bangsa.

Perihal senada pula disampai Sejarawan Universitas Negara Surabaya, Aminuddin Kasdi. Dia berkata, kejayaan transportasi sungai itu menampilkan uraian raja- raja pada masa tersebut terhadap berartinya laut serta sungai.

Bengawan Brantas menghidupi 17 juta masyarakat di selama aliran airnya. Mempunyai panjang aliran 1. 400 km dengan 39 anak sungai menjadikan Brantas selaku nadi kehidupan. Air yang mengalir penuhi bendungan serta waduk. Dari situlah bermacam- macam kebutuhan, di antara lain irigasi pertanian, tercukupi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun