Mohon tunggu...
Syarif Dhanurendra
Syarif Dhanurendra Mohon Tunggu... Jurnalis - www.caksyarif.my.id

Pura-pura jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Catatan Enam Tahun Berproses di IPNU, Perjuangan Belum Berakhir

25 Februari 2018   17:48 Diperbarui: 7 Juli 2019   07:33 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.facebook.com/muhasyarifcom

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) adalah organisasi kepemudaan yang beranggotakan pelajar dengan usia maksimal 27 tahun (ART NU Pasal 19 ayat 6). IPNU juga merupakan salah satu dari sekian banyak Badan Otonom dari Nahdlatul Ulama (NU). 

Seperti halnya organisasi kepemudaan lainnya, IPNU juga masih belum sepenuhnya dikenal oleh masyarakat, kecuali para aktifis sosial keagamaan atau pun aktifis mahasiswa.

Mengenai IPNU di kalangan Mahasiswa, mungkin Malang bisa jadi acuannya. Sebagai mahasiswa UM, aku juga punya informasi mengenai Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT) IPNU. Di Malang, IPNU bisa dibilang lumayan banyak peminatnya. Beberapa kampus di malang sudah ada yang mendirikan komisariat, antara lain: Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Maliki Malang), Universitas Islam Malang (UNISMA), dan Universitas Raden Rahmat (UNIRA). 

Malang adalah salah satu kota yang memiliki jumlah kampus terbanyak di Indonesia, selain Jakarta, Bandung, Yogjakarta, dan Surabaya. Apa lagi kampus Islam, sangat banyak. Jadi, sangat wajar jika di Malang bisa berdiri 5 PKPT. Diantara ke-5 PKPT tersebut, PKPT UM-lah yang paling muda, berdiri tahun 2015.

Lain halnya di Malang, Nganjuk malah sebaliknya. Cuman ada satu PKPT di Nganjuk, yaitu PKPT Institut Agama Islam Pangeran Diponegoro (IAI Padie). Kampus di Nganjuk (tempat asalku), sangatlah sedikit. Bahkan, tidak ada satu pun kampus negeri di sana. Jadi, cuman ada satu PKPT itu sudah lebih dari cukup, dari pada tak ada sama sekali. Rekan-rekanku di PKPT IAI Padie sangat kuapresiasi, karena mau berjuang untuk IPNU. Padahal, semua ini tak ada uangnya.

Awal Berkenalan dengan IPNU

Tahun 2012 (enam tahun yang lalu) adalah tahun di mana aku mulai berkenalan dengan IPNU. Sebenarnya, lebih tepatnya adalah dikenalkan dengan IPNU. Yaitu dikenalkan oleh saudara sepupuku yang saat itu menjabat sebagai Ketua IPNU Ranting Dadapan periode 2010-2012, Rekan Ahmad Nur Wahid. Sebelum Wahid memperkenalkanku dengan IPNU, sebenarnya aku sudah sering mendengar nama IPNU dari kakak pertamaku, Zuhal (Ketua IPNU Ranting Dadapan 2008-2010). Tapi, kakak pertamaku belum punya kemauan untuk mengenalkanku dengan IPNU. "Sampean jek gung wayahe melu IPNU," demikian kata kakak pertamaku itu. Memang benar, saat itu aku masih kelas VI MI dan awal masuk MTs. 

Namun, aku iri dengan teman-temanku yang lain. Karena, di beberapa dusun di desaku, ada anak MTs yang sudah ikut IPNU-an. Tapi dengan aku tidak (belum) terlibat di-IPNU itulah, aku bisa fokus sekolah di MTsN; fokus di OSIS dan Pramuka. Dalam akademik, aku masuk peringkat III terbaik dari sekitar 240 siswa seangkatan (pengumuman saat wisuda); di OSIS aku menjadi Pengurus Harian; dan di Pramuka, aku menjadi salah satu aktor 10 aktifis Pramuka Putra seangkatan (Aku, Syukron, Andi, Chasby, Bagas, Arul, Yoyok, Rijal, Maksum, Sya'ir).

Tahun 2012 adalah tahun peralihan masa sekolahku dari jenjang SLTP ke SLTA. Awal aku mengenal IPNU adalah ketika aku mengikuti Latihan Kader Muda (Lakmud) IPNU di MA Al Khidmah, sekitar bulan Juni 2012. Sebenarnya, secara administratif, aku masih belum memenuhi syarat mengikuti Lakmud. Sebab, aku belum mengikuti Masa Kesetiaan Anggota (Makesta). Akan tetapi, inilah IPNU, semua aturan dari Pusat bisa bersifat fleksibel sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah masing-masing. Nganjuk bisa dibilang sebagai daerah yang krisis akan kader. 

Banyak anggota yang perannya seperti siluman: kadang nongol, kadang hilang, dan kadang pengurus juga tidak kenal dengan anggota itu. Jadi, menerima kader untuk mengikuti Lakmud dulu, tanpa ikut Makesta sebelumnya, adalah salah satu solusi menyikapi kasus tersebut.

Lakmud adalah jenjang kaderisasi formal tingkat kedua di IPNU. Paling tinggi adalah Lakut (Latihan Kader Utama). Dari Lakmud ini, kader akan digodok sedemikian rupa selama tiga hari untuk mengunyah materi-materi tentang organisasi, kepemimpinan, dan ideologi yang ada di IPNU. Alumni IPNU ditargenkan menjadi kader yang militan, bisa mengajak anggota baru dan merangkul anggota di desa masing-masing. 

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dari Lakmud itu kemudian aku 'mengenal' yang namanya Scientific Problem Solving, Teknik Persidangan, Teknik Pembuatan Proposal, dan prinsip-prinsip keagamaan dalam Nahdlatul Ulama. Semua hanya sebatas mengenal, sebab penguasaan materi akan didapatkan setelah terjun langsung ke lapangan. Ada banyak teman sengakatan Lakmudku waktu itu, antara lain: Wahid, Fiqhy, Enik, Sya'ir (saudara kembarku), Yusub Bahtiar, Anis K. J., Rozik, Miftakhul Khoiri, Arik, Amir, Mundzir, Muzdalifah, dan Gus Bahar Ali. Kemudian untuk salah satu tim pelatih lapangannya adalah Ndan Thoib.

Di tahun 2012 pula, aku menemui momentum yang tak terlupakan dengan IPNU, yaitu: terpilih sebagai Ketua Pimpinan Ranting IPNU Desa Dadapan periode 2012-2014. Seingatku, aku terpilih antara bulan Agustus-November 2012. Momen pemilihan itu berada di Rumah Rekan Wahid, tepatnya saat Rutinan Ranting Dadapan di hari Jum'at Pahing. Entah apa alasan mereka, kenapa mereka memilihku menjadi Ketua Ranting, aku tidak tahu itu. Namun, kini aku sadar, mungkin dulu sudah disetting oleh sepupuku sendiri, Wahid (Ketua Ranting sebelumku).

Berproses di IPNU Sejak 2012 hingga 2018

Waktu enam tahun bukanlah sesingkat dan semudah mengedipkan mata. Berproses di IPNU selama enam tahun pasti menemukan ratusan kisah penuh keunikan. Seperti halnya sekolah SMP dan SMA, juga enam tahun yang penuh warna kehidupan. Berproses di IPNU akan mengenal yang namanya ikatan persudaraan, kesetiaan, kebersamaan, marah, senang, bahkan kekecewaan, yang semua itu akan membentuk karakter individu menuju masa kedewasaan.

Dua tahun menjadi Ketua Ranting (2012-2014), kulakukan semaksimal mungkin. Jika sebelumnya Rutinan Jum'at Pahing tidak aktif, namun di periodeku (alhamdulillah) aktif lagi dan tidak pernah bolong. Namun, itu tidak semata-mata prestasiku, karena yang bekerja bukanlah 100% aku, tapi kami semua, terutama Rekan Wahid (sepupuku). Sebagai Ketua Demisioner, dia sangat tlaten membimbing dan menemaniku menjalankan roda organisasi. Setiap mau Rutinan, dia sering membantuku mengloby Ta'mir Masjid yang akan ditempati rutinan. 

Kemudian, Anis K. J. (Ketua IPPNU Ranting Dadapan terpilih seperiode denganku) juga lebih berperan penting dari pada aku. Namun, setahun kemudian, Anis K. J. mengundurkan diri dari jabatan Ketua karena sesuatu hal yang dapat dipertanggungjawabkan. Akhirnya, digantikan oleh Rekanita Yurika Novi Liana sebagai Pejabat Ketua (Pj. Ketua) meneruskan periode kepengurusan Rekanita Anis.

Ranting adalah tingkat kepengurusan paling awal di IPNU (pada masa itu), untuk itu, menjaga kotinuitas dalam kegiatan rutin adalah fokus utamanya. Semakin istiqomah dalam menjalankan agenda kegiatan rutin, walau pun satu bulan sekali (atau bahkan dua bulan sekali), itu sudah lebih dari cukup. Sebab, dengan adanya rutinan, para anggota-anggota IPNU akan memiliki kegiatan yang dapat mempertemukan dengan sesama anggota di forum resmi IPNU.

Setelah selesai menjadi Ketua Ranting, kemudian aku diamanahi sebagi Wakil Ketua I yang membidangi Departeman Organisasi dan Pengembangan Kaderisasi di tingkat kepengurusan Pimpinan Anak Cabang (PAC), yaitu periode 2014-2016. Akan tetapi, aku merasa masih memiliki kewajiban untuk tetap membantu kepengurusan Ranting. Akhirnya, kuputuskan untuk menyerahkan diri di Ranting untuk menjabat sebagai Sekretaris. 

Pada awalnya, Ketua PAC mempertanyakan keputusanku itu, "bar dadi ketua, kog,dadi sekretaris tow, Mas? (setelah jadi ketua, kenapa sekarang jadi sekretaris, Mas?)" tanya Ketua PAC. Aku tahu itu melangar Peraturan Organisasi, namun, setelah kujelaskan niat dan kondisi di lapangan, akhirnya dia menyetujui keputusanku itu. Toh, semua ini demi keberlangsungan IPNU di Rantingku (kepentingan bersama).

Tahun 2014-2016 adalah periode kedua dari kepemimpinan Rekan Wahid di PAC. Sebagai kader yang berkualitas, ia akhirnya terpilih menjadi Ketua lagi saat Konferancab 2014. 

Pada tahun 2012, sebenarnya posisi jumlah suara terbanyak saat pemilihan Ketua PAC dalam Konferancab adalah Rekan Juni Prasetiawan, namun dia menolak dengan tanpa mengurangi rasa hormat kepada peserta konferensi, akhirnya Pimpinan Sidang mengabulkan pengunduran dirinya, dan mengesahkan Rekan Wahid sebagai Ketua PAC (karena memperoleh suara terbanyak kedua setelah Rekan Juni).

Rekan Juni adalah mentor terbaikku dalam dunia kaderisasi. Selama 2012 hingga 2014, dia membimbingku masuk ke dunia kaderisasi dengan sangat baik. Kemungkinan, posisiku di Waka. I PAC 2014-2016 adalah atas rekomendasi dari Rekan Juni.

Selama berproses di IPNU, hal yang mendominasi memoriku adalah tentang kepelatihan. Sebab, aku paling suka dengan suasana pelatihan. Berikut ini adalah berbagai pelatihan yang pernah ku ikuti di IPNU:

  1. Latihan Kader Muda (Lakmud) di Ngronggot tahun 2012 sbg Peserta
  2. Elite Special Trainer (EST) di Prambon tahun 2013 sbg Peserta
  3. Dikpel di Ngronggot tahun 2013 sbg Ketupel sekaligus Peserta
  4. Makesta Koalisi Timur PAC Ngronggot tahun 2013 sbg Panitia
  5. Makesta Koalisi Barat PAC Ngronggot 2013 sbg Pelatih
  6. EST tahun 2014 di SMK NU Pace sbg Pelatih
  7. Makesta di MTs Al Fattah Sawahan Nganjuk 2014 sbg Pelatih
  8. Makesta di MA Al Hidayah Termas tahun 2014 sbg Pelatih
  9. Lakmud PAC Ngronggot tahun 2014 sbg Panitia
  10. Latihan Kader Utama (Lakut) tahun 2014 di Kayen Kidul - Kab. Kediri sbg Peserta
  11. Latihan Kader Ulama (Lakut) tahun 2014 di Nganjuk sbg Panitia
  12. Dikpel di Ngronggot tahun 2015 sbg Steering Committee
  13. Makesta Tiga Koalisi di PAC Ngronggot 2015 sbg Steering Committee
  14. Trining Of Triner (TOT) PC Nganjuk tahun 2015 di Ngronggot sbg Peserta
  15. EST di Ngronggot tahun 2015 sbg Pelatih
  16. Makesta di salah satu MTs di Gondang tahun 2015 sbg Pelatih
  17. Lakmud di MA Al Hidayah Termas 2016 sbg Pelatih
  18. Latihan Pelatih (Latpel) tingkat I PC Nganjuk tahun 2016 sbg Ketua Panitia
  19. Makesta Raya PAC Ngronggot 2017 sbg Steering Committee
  20. Makesta Prambon di El Farabi thn 2018 sbg Pelatih (Tugas di Pos Jerit Malam)
  21. Makesta Tanjunganom di SMKN thn 2018 sbg Pelatih (Tugas di Pos Jerit Malam)

Selain itu, pada periode kepengurusan 2014-2016 PC IPNU Nganjuk, aku dimasukkan sebagai anggota Tim Kaderisasi Pimpinan Cabang untuk tingkat Pelatihan Lakmud. Selain aku, dalam tim tersebut ada banyak orang, antara lain: Misbah (Waka Kaderisasi PC IPNU saat itu), Ririn (Waka Kaderisasi PC IPPNU saat itu), Fiqhy, Rully, Arik, dan ditambah alumni Latpel I: Syafi'i Sulaiman, Amir, Tito, Iswanto, dan Evi.

Perjuangan Belum Berakhir

Setelah Demisioner sebagai Waka. I PAC IPNU Kec. Ngronggot, aku tak lantas hilang begitu saja. Walau pun tidak masuk ke kepengurusan Pimpinan Cabang (sebab aku tidak lagi berada di Nganjuk, yaitu sekarang di Malang), namun aku masih tidak bisa lepas bagitu saja dari PAC. Kemudian, tahun 2016 aku masih masuk di kepengurusan PAC sebagai anggota bidang kaderisasi untuk satu masa periode lagi. Jika dihitung, sebanarnya aku tiga periode menjabat di PAC, yaitu: (1) periode 2012-2014 sebagai anggota bidang kaderisasi; (2) periode 2014-2016 sebagai Waka. I; dan (3) periode 2016-2018 kembali sebagai anggota bidang kadrisasi.

Hal ini kumaksudkan untuk tetap mengikatku sebagai kader IPNU. Sebab, itu sudah menjadi prinsipku: "ikut organisasi secara totalitas atau tidak ikut sama sekali". Selain itu, ini juga panggilan hati terdalamku. Sebagai kader IPNU yang telah mengikuti tiga jenjang kaderisasi secara utuh (Makesta, Lakmud, dan Lakut), maka sudah seyogyanya aku menunjukkan militansi dan loyatilasku terhadap IPNU.

Sejak tahun 2016 aku berhijrah ke Malang, aku masih tetap menjaga komunikasi dengan IPNU di kampung halaman, entah itu dengan Ranting, PAC, atau pun PC. Di Malang, aku juga tetap mendampingi Kaderisasi PAC dan Kepengurusan Ranting menggunakan komunikasi digital. Dan setiap aku pulang kampung (satu bulan sekali), selalu kuhabiskan malamku bersama pengurus PAC dan Pengurus Ranting secara bergiliran.

Kemudian, untuk memenuhi tugas dan kewajibanku yang diamanatkan oleh organisasi (sebagai pengurus bidang kaderisasi dan pembina Ranting), aku fokus terhadap dua hal. Pertama, mengawal Ranting yang hidup, terutama Ranting Dadapan. Kedua, berkontribusi dalam publikasi kegiatan Ranting, PAC, maupun PC melalui media massa.

Namun, aku juga sadar diri, bahwa walau bagaimana pun, sebesar apa pun sumbangsihku di tempat rantau, masih tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang ada di lokasi secara langsung. Sehingga, amat sangat naif jika aku memarginalkan rekan-rekanku seperjuangan di Nganjuk sana dengan segelintir usahaku di sini (Malang).

Jadi, sebagai kader yang lahir dari Ranting Dadapan sehingga kini bisa seperti ini, kusampaikan: "semangat berjuang, dan mohon maaf karena kini aku tidak lagi bisa 100% berjuang dan berproses bersama kalian seperti dulu".

Namun, dapat kupastikan bahwa aku akan tetap bersama IPNU. Dan perjuanganku (kita) belum berakhir sampai detik ini, dan sampai kapan pun. Aku dan IPNU (kita dan IPNU) sudah terlanjur saling mencintai. Tidak ada satu alasan pun untuk kita perpisah, di mana pun dan kapan pun itu.

Tujuh Senior IPNU Paling Berpengaruh Bagi Diriku

Sebenarnya, tulisan ini tidak baik untuk kutulis. Sebab, ini nanti akan menjadi awal kecemburuan sosial antar seniorku di IPNU. Karena, sebenarnya, semua Seniorku di IPNU memiliki pengaruh kuat masing-masing di bidang mereka masing-masing pula. Tidak ada yang lebih mendominasi atau pun yang lebih unggul, semua berjalan sebagai tupoksi (tugas pokok, dan fungsi) masing-masing Senior.

Jadi, Senior atau orang yang lebih dulu masuk di IPNU dan/atau alumni, juga memiliki ke khasan masing-masing. Ada yang kuat di bidang kaderisasi, ada pula di keagaman, olah raga dan seni, dan lain sebagainya. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap senior dan/atau alumni yang tidak tercantum di tulisan ini, berikut ini adalah senior dan/atau alumni IPNU paling berpengaruh bagiku:

Juni Prasetiawan

Rekan Juni adalah orang yang bagiku sangat berpengaruh. Karena dialah kemudian akur terjebur ke jurang kaderisasi. Semua itu berawal saat aku berada di anggota bidang kaderisasi, dan dia adalah ketua yang membidangi itu. Pada tahun 2013, aku diikutkan pelatihan EST. Kemudian, karena itulah aku sering terbang ke pelatihan-pelatihan Makesta di berbagai kecamatan di Kab. Nganjuk. Puncaknya adalah saat ia mengirimku mengikuti Lakut (2014) di Kayen Kidul -- Kab. Kediri. Di Lakut tersebut, militansi dan loyaltasku sebagai kader IPNU mulai ditata ulang. Sehingga setelah selesai Lakut, aku terasa terlahir kembali sebagai orang baru yang berbeda dari sebelumnya, yang lebih matang mengenai kaderisasi dan penguatan ideologi.

Ahmad Nur Wahid

Rekan Wahid bukanlah anggota IPNU seangkatanku, dia dua tahun lebih dulu masuk IPNU dari pada aku. Yang istimewa darinya adalah dua hal: (1) pelatihan kaderisasi formal IPNU diikutinya secara urut sesuai peraturan yang ada, mulai dari Makesta (2009), Lakmud (2012), dan Lakut (2014); dan (2) prinsipnya bahwa mengutamakan uswatun hasanah ialah lebih penting dari pada mauidhoh hasanah. Hal yang paling berpengaruh darinya kepadaku ada 3 hal: Pertama, karena ia menjadikanku (mengatur agar aku menjadi) ketua ranting pada tahun 2012, dan kemudian tahun 2014 mengangkatku sebagai Waka. I di PAC, membuatku tahu (lumayan) banyak hal tentang IPNU; Kedua, ia mengajarkanku (secara tidak langsung) tentang ilmu kepemimpinan yang bertipe karismatik, walau pun (di sisi lain) juga paternalis; dan Ketiga, adalah ilmu yang kudapatkan berupa prinsip di atas (bahwa mengutamakan uswatun hasanah ialah lebih penting dari pada mauidhoh hasanah).

Abdullah Asaduddin dan Misbahul Amin

Orang yang sering ku sapa Pak Udin dan Pak Amin ini merupakan alumni yang sangat perhatian dengan pengurus yang sedang menjabat. Setiap kali ada pelatihan, atau kegiatan besar, mereka sering menghadirinya dan ikut andil di dalamnya sesuai dengan kapasitas masing-masing. Pak Udin dan Pak Amin adalah orang kaderisasi. Beliau berdua merupakan senior yang sering ku datangi jika butuh arahan-arahan mengenai kaderisasi atau untuk meminta mengisi kegiatan kaderisasi. Kematangan mereka dalam mengonsep pelatihan sangatlah mumpuni. Dulu, beliau berdua adalah Tim Kadrisasi PC Nganjuk di periode beliau masing-masing.

Wahyu Irvana dan Mufarrihul Hazin

Walaupun mereka berdua tidak berdomisili di Ngronggot (Ndan Wahyu di Baron dan Mas Farih di Kediri), tetapi mereka cukup memiliki andil dalam sejarah perjalananku di IPNU. Secara berturut-turut, peran mereka adalah (1) Ndan Wahyu, adalah pelatihku EST tahun 2013 yang kemudian mengenalkanku tentang 'khas masing-masing pelatih', dan konsep 'Skala Prioritas Kegiatan';  (2) Mas Farih, adalah Pelatihku dalam Lakut (2014) full selama tiga hari, yang mendoktrin diriku dengan sangat kuat tentang IPNU, dan memperlihatkanku teknik fasilitator yang sangat baik.

Nuzal Fandra

Mas Fandra adalah Sekjend PAC IPNU Kec. Ngronggot pada periode 2010-2012. Kemudian, dia juga menjadi Sekjend PC IPNU Kab. Nganjuk periode 2012-2014. Dari pengalamannya bergelut di dunia administrasi itulah, ia kemudian masuk menjadi salah satu orang yang paling berpengaruh bagiku. Pasalnya, seluruh soft file dan ilmu mengenai keadministrasian yang kudapatkan, sebagian besar didominasi darinya. Darinya (secara tidak langsung) aku belajar membuat kepala surat, penomoran surat, bahkan hingga membuat draft Rencana Peranturan Pimpinan Ranting tahun 2017.

Dokumentasi dan Beberapa Catatanku Mengenai IPNU

Dokumentasi di Youtube dalam akun MUHA SYARIFUDDIN



 Catatan di Blog INFOKOM BERGERAK

Link untuk menuju blog tersebut adalah https://ipnuippnu-ngronggot.blogspot.co.id/

Catatan di Kompasiana Atas nama Syarif Mugiwara

Link untuk menuju laman tersebut adalah https://www.kompasiana.com/wwwmuhasyarifcom

Malang, 25 Februari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun