Tujuh Senior IPNU Paling Berpengaruh Bagi Diriku
Sebenarnya, tulisan ini tidak baik untuk kutulis. Sebab, ini nanti akan menjadi awal kecemburuan sosial antar seniorku di IPNU. Karena, sebenarnya, semua Seniorku di IPNU memiliki pengaruh kuat masing-masing di bidang mereka masing-masing pula. Tidak ada yang lebih mendominasi atau pun yang lebih unggul, semua berjalan sebagai tupoksi (tugas pokok, dan fungsi) masing-masing Senior.
Jadi, Senior atau orang yang lebih dulu masuk di IPNU dan/atau alumni, juga memiliki ke khasan masing-masing. Ada yang kuat di bidang kaderisasi, ada pula di keagaman, olah raga dan seni, dan lain sebagainya. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap senior dan/atau alumni yang tidak tercantum di tulisan ini, berikut ini adalah senior dan/atau alumni IPNU paling berpengaruh bagiku:
Juni Prasetiawan
Rekan Juni adalah orang yang bagiku sangat berpengaruh. Karena dialah kemudian akur terjebur ke jurang kaderisasi. Semua itu berawal saat aku berada di anggota bidang kaderisasi, dan dia adalah ketua yang membidangi itu. Pada tahun 2013, aku diikutkan pelatihan EST. Kemudian, karena itulah aku sering terbang ke pelatihan-pelatihan Makesta di berbagai kecamatan di Kab. Nganjuk. Puncaknya adalah saat ia mengirimku mengikuti Lakut (2014) di Kayen Kidul -- Kab. Kediri. Di Lakut tersebut, militansi dan loyaltasku sebagai kader IPNU mulai ditata ulang. Sehingga setelah selesai Lakut, aku terasa terlahir kembali sebagai orang baru yang berbeda dari sebelumnya, yang lebih matang mengenai kaderisasi dan penguatan ideologi.
Ahmad Nur Wahid
Rekan Wahid bukanlah anggota IPNU seangkatanku, dia dua tahun lebih dulu masuk IPNU dari pada aku. Yang istimewa darinya adalah dua hal: (1) pelatihan kaderisasi formal IPNU diikutinya secara urut sesuai peraturan yang ada, mulai dari Makesta (2009), Lakmud (2012), dan Lakut (2014); dan (2) prinsipnya bahwa mengutamakan uswatun hasanah ialah lebih penting dari pada mauidhoh hasanah. Hal yang paling berpengaruh darinya kepadaku ada 3 hal: Pertama, karena ia menjadikanku (mengatur agar aku menjadi) ketua ranting pada tahun 2012, dan kemudian tahun 2014 mengangkatku sebagai Waka. I di PAC, membuatku tahu (lumayan) banyak hal tentang IPNU; Kedua, ia mengajarkanku (secara tidak langsung) tentang ilmu kepemimpinan yang bertipe karismatik, walau pun (di sisi lain) juga paternalis; dan Ketiga, adalah ilmu yang kudapatkan berupa prinsip di atas (bahwa mengutamakan uswatun hasanah ialah lebih penting dari pada mauidhoh hasanah).
Abdullah Asaduddin dan Misbahul Amin
Orang yang sering ku sapa Pak Udin dan Pak Amin ini merupakan alumni yang sangat perhatian dengan pengurus yang sedang menjabat. Setiap kali ada pelatihan, atau kegiatan besar, mereka sering menghadirinya dan ikut andil di dalamnya sesuai dengan kapasitas masing-masing. Pak Udin dan Pak Amin adalah orang kaderisasi. Beliau berdua merupakan senior yang sering ku datangi jika butuh arahan-arahan mengenai kaderisasi atau untuk meminta mengisi kegiatan kaderisasi. Kematangan mereka dalam mengonsep pelatihan sangatlah mumpuni. Dulu, beliau berdua adalah Tim Kadrisasi PC Nganjuk di periode beliau masing-masing.
Wahyu Irvana dan Mufarrihul Hazin
Walaupun mereka berdua tidak berdomisili di Ngronggot (Ndan Wahyu di Baron dan Mas Farih di Kediri), tetapi mereka cukup memiliki andil dalam sejarah perjalananku di IPNU. Secara berturut-turut, peran mereka adalah (1) Ndan Wahyu, adalah pelatihku EST tahun 2013 yang kemudian mengenalkanku tentang 'khas masing-masing pelatih', dan konsep 'Skala Prioritas Kegiatan'; Â (2) Mas Farih, adalah Pelatihku dalam Lakut (2014) full selama tiga hari, yang mendoktrin diriku dengan sangat kuat tentang IPNU, dan memperlihatkanku teknik fasilitator yang sangat baik.