Mohon tunggu...
Aris Kurniyawan
Aris Kurniyawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang pemerhati kehidupan spiritual dan kemanusiaan.Sedang belajar mencintai film dan fotografi. "Contemplationem Aliis Tradere"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Iklan dan Pembebasan Tubuh Perempuan, Sebuah Usaha Humanisasi Menurut Pemikiran Simone De Beauvoir

4 Februari 2012   11:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:04 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Sketsa Awal

Ditengah derasnya arus modernisasi tentunya kita semua mengamati bahwa iklan adalah fenomena yang amat biasa kita jumpai. Dari aktivitas kita sehari-hari mulai dari bekerja, sekolah, menonton TV, Travelling, Ngenet, Nge-Mall, iklan selalu kita jumpai. Ketika menonton TV hampir 90% iklan selalu menjadi menu utama. Saat berbelanja di Mall berapa banyak iklan yang kita jumpai dalam perjalanan ketika berbelanja? Hidup manusia jaman ini selalu disesaki dengan iklan. Parahnya lagi di kampus atau sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar dan bebas dari iklan ternyata iklanpun hadir disana.

Iklan sudah masuk, berinteraksi dan menjadi bagian keseharian kita atau dalam bahasa Pierre Bourdieu disebut sebagai habitus. Iklan adalah sebuah habitus baru yang tanpa harus selalu disadari menjadi keseharian kita semua. Iklan masuk tanpa permisi dan menanyakan kesediaan serta kesiapan kita untuk menerima kehadiranya. Akhirnya iklan menjadi media dimana gambaran hidup manusia terpampang dengan jelas. Mode, gaya hidup, kelas-kelas sosial dan politik, semuanya tercermin dalam iklan. Iklan menjadi kekuatan sosial, spirit dalam bekerja, bahkan iklan adalah sebuah ideologi baru. Satuhal yang tidak boleh terlupakan dari pengamatan kita, iklan ternyata juga menjadi representasi perempuan secara khusus tubuhnya. Dari sekian banyak iklan yang ditayangkan atau terpampang dalam berbagai media, tubuh perempuan selalu ambil bagian di dalamnya. Iklan menjadikan tubuh perempuan menjadi “milik publik”, dalam bahasa yang khas feminisme radikal “milik publik” berarti eksploitasi atas tubuh perempuan.

Tulisan ini mencoba menguarai fenomena iklan sebagai bagian dari budaya pop yang mencoba menindas tubuh perempuan. Mengapa iklan menindas tubuh perempuan? Jawabanya sederhana, karena iklan menampilkan tubuh perempuan sebagai objek. Dengan menampilkan tubuh perempuan dalam ruang publik tidak berarti bahwa perempuan itu menjadi pribadi yang bebas, justru dalam kerangka yang semacam ini perempuan mengalami penindasan. Inilah yang akan diuraikan dalam tulisan ini. Usaha pembebasan tubuh perempuan adalah sebuah humanisasi atau mengembalikan manusia menjadi subjek. Pembebasan tubuh perempuan dari iklan adalah sebuah keharusan, alasanya karena iklan teryata justru mengalienasi perempuan dari ruang publik. Meminjam gagasan Teori Kritis dan Kritik Ideologi Marcusian, iklan merupakan alat kekuasaan, instrumen ideologi kelas penguasa untuk melaksanakan dan mengabadikan alienasi dan perbudakan terhadap individu dan masyarakat. Dengan pisau bedah feminisme Eksistensialis Simone de Beauvoir, tulisan ini akan menguraikan mengapa perempuan mengalami penindasan dan usaha humanisme macam apa yang akan menjawab persoalan ini? Kebebasan macam apa yang akan dijelaskan oleh Simone de Beauvoir?

B. Simone de Beauvoir dan Latar Belakang Pemikiranya.

Beauvoir adalah seorang filsuf feminis Prancis yang menyerukan mengenai pembebasan perempuan. Simone-Ernestine-Lucie-Marie Bertrand de Beauvoir lahir pada 9 Januari 1908 di Paris dari pasangan Bertrand de Beauvoir dan Françoise Brasseur. Beauvoir lahir dalam kalangan borjuis Prancis. Dididik dalam iklim religus Katolik yang taat oleh ibunya, namun pada usia 14 tahun ia memutuskan menjadi ateis. Belajar di sekolah Katolik khusus untuk perempuan di Adeline Désir dan menyelesaikan studinya hingga usia 17 tahun. Dia kemudian belajar matematika di Institut Catholique dan sastra serta bahasa di Institut Sainte-Marie. Lulus ujian pada 1926 untuk Sertifikat Studi Perguruan Tinggi dalam sastra Perancis dan Latin, sebelum memulai studinya tentang filsafat pada tahun 1927. Lalu ia belajar filsafat di Sorbonne, Beauvoir lulus dengan Sertifikat Sejarah Filsafat, Filsafat Umum, Yunani, dan Logika pada tahun 1927, dan pada tahun 1928, dalam Etika, Sosiologi, dan Psikologi. Dia mendapat gelar diploma dengan Tesis tentang Leibniz dan menyelesaikan praktek mengajar di Lycée Janson-de-Sailly dengan sesama mahasiswa, Merleau-Ponty dan Claude Lévi-Strauss, keduanya adalah teman dialog dalam pemikiran filosofis.

Pada tahun yang sama ia mempersiapkan diri untuk Philosophy aggrégation di Ecole Normale Supérieure (E.N.S), bersamaan dengan akhir kuliahnya di Sorbonne. Ketika mengambil Philosophy aggrégation untuk yang kedua kalinya, ia bertemu dengan Jean Paul Sartre. Pertemuan dengan Sartre ini berlanjut hingga akhirnya mereka menjalin hubungan sebagai “kekasih”, bahkan selama hidupnya mereka berdua hidup bersama meski tanpa ikatan perkawinan.

Karya-karya yang diterbitkan antara lain: Pyrrhus et Cinéas, Les Bouches Inutiles, Pour Une Morale de I’ambiguïté, (The Ethics of Ambiguity), Le Deuxiéme Sexe, (The Second Sex), La Mandarins. Ia bersama Jean Paul Sartre mendirikan“Reassemblement Démocratique Révolutionnaire” (RDR). Beauvoir hidup dengan Sartre hingga Sartre meninggal, mereka juga memiliki anak dari hasil hubungan ‘kumpul kebo’ karena mereka tidak memiliki ikatan perkawinan. Pada tanggal 15 April 1980 Jean Paul Sartre meninggal dunia, lalu 6 tahun kemudian Beauvoir meninggal dunia pada tanggal 14 April 1986.

Riwayat singkat Beauvoir begitu menarik karena dalam usia yang masih belia ia sudah menjadi ateis, tidak menikah tetapi hanya menjalin hubungan kekasih dengan Sartre. Separuh hidupnya ia habisakan bersama dengan Sartre, maka tidak jarang gagasan Beauvoir sedikit banyak juga mendapat pengaruh dari Sartre, bahkan mereka saling mempengaruhi. Sartre adalah filsuf eksistensialis yang mengobarkan konsep mengenai kebebasan dan humanisme, bahkan eksistensi adalah kebebasan itu sendiri. Gagasan ini sedikit banyak juga menjadi sumber dari gagasan Beauvoir dalam tulisan-tulisanya, secara khusus dalam The Ethic of Ambiguity.

Situasi masyarakat Prancis secara khusus perempuan waktu itu berada dalam situasi yang mengelisahkan. Perempuan selalu berada di bawah pria, inferior, tersubordinasi dan teralienasi. Beauvoir menyebut situasi perempuan atau perempuan itu sendiri sebagai “ Yang Lain”. Gagasan perempuan sebagai “Yang Lain” muncul karena perempuan tidak pernah mendapatkan kedudukan yang sama dengan laki-laki. Perempuan didefinisi sebagai “Utero” atau rahim. Dimata budaya patriakat perempuan hanyalah rahim yang fungsinya melahirkan, tidak lebih dari itu. Definisi ini ditemukan Beauvoir ketika ia bertanya “Apakah perempuan itu?” Bagi Beauvoir ketika perempuan hanya dipahami dan dimaknai sebagai rahim, maka perempuan tidak ada bedanya benda-benda.

Ketika perempuan disebut sebagai “Yang Lain” maka perempuan dalam disposisi ini menjadi emblem dari ketertindasan. Perempuan ditindas oleh budaya patrikat. Penindasan ini dikenakan pada tubuh perempuan yang disebut utero oleh karena itu tubuh perempuan harus dibebaskan. Konsep pembebasan tubuh yang dipikirkan oleh Beauvoir ia adopsi dari gagasan Sarte mengenai Etre-pour soi. Etre-pour soi (ada untuk dirinya sendiri) adalah kesadaran yang sifatnya menidak dan pengada yang sadar akan dirinya sendiri. Etre-pour soi adalah Ada yang memiliki kesadaran akan sesuatu di luar dirinya. Gagasan Etre-pour soi ini adalah gagasan yang mampu membangun kesadaran perempuan untuk menjadi subjek. Dengan menjadi subjek inilah perempuan memiliki eksistensinya yaitu kebebasan. Inilah sesungguhnya humanisme yang ingin dibangun oleh Beauvoir, membebaskan perempuan dari objek menuju subjek yang bebas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun