Mohon tunggu...
Danny PH Siagian
Danny PH Siagian Mohon Tunggu... Dosen - Menulis, Menulis dan Menulis

Jurnalis dan Dosen

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Aktivitas Bisnis Makin Andalkan Digital dan Inovasi Saat Wabah Corona Menerjang

10 April 2020   10:27 Diperbarui: 10 April 2020   10:32 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak dapat dipungkiri, mewabahnya virus Corona (Covid 19) sekarang ini, jelas meluluh-lantakkan aktivitas bisnis besar hingga kecil. Roda perekonomianpun sangat terasa berat perputarannya. Karena sudah hampir 2 (dua) bulan berbagai pembatasan antar orang per orang maupun kelompok (social distancing) diberlakukan, hingga terakhir penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) oleh Pemerintah Pusat.

Namun yang menjadi pertanyaan, apakah bisnis harus berhenti mengikuti kesulitan yang ada? Tentu tidak. Selaku pebisnis memang harus dipaksa mencari celah diantara celah yang ada. Prinsipnya, bisnis harus tetap berjalan, bagaimanapun sulitnya situasi dan kondisi.

Sebab jangan lupa, masyarakat tetap memiliki kebutuhan (needs) dalam memenuhi kehidupannya. Terutama kebutuhan primer yang berkaitan dengan konsumsi rumah tangga, seperti sembako (sembilan bahan pokok), dan kebutuhan sekunder lainnya. Maka secara otomatis, aktivitas permintaan (demand) dan penawaran (supply) itu harus tetap berjalan. Disinilah kuncinya.   

Maka, betapapun sulitnya kondisi sekarang ini, para pelaku usaha harus mampu melakukan manuver pola bisnisnya. Apalagi yang sebelumnya masih berpola konvensional, harus segera merubah polanya kepada cara-cara pemasaran (marketing) dan pelayanan (services) yang bersifat digital. 

Sebab penggunaan digital, sudah menjadi kebiasaan (habit) bagi 150 juta-an pengguna internet aktif (sekitar 56% dari total jumlah penduduk Indonesia).

Pentingnya Data dan Strategi Online

Dalam menjalankan pola-pola marketing digital, memang harus membutuhkan data dan strategi. Sebab data menjadi sasaran penawaran produk (sebagai calon konsumen) dan strategi itu merupakan cara-cara yang dibutuhkan dan sesuai dengan produk yang ingin disampaikan terhadap konsumen.

Memang, jika para pebisnis sebelumnya sudah memiliki 'big data', setidaknya nomor call atau WhatssApp (WA), tentu akan lebih unggul dibandingkan mereka yang minim data. 

Oleh sebab itu, bagi para pelaku bisnis yang masih minim data calon konsumen, harus secepat mungkin melakukan pencarian data pada saat yang bersamaan dengan menciptakan pola-pola komunikasi yang sesuai.

Dengan data pelanggan atau relasi yang ada, maka para pelaku bisnis dapat mengelolanya dalam berbagai bentuk cara. Misalnya: dari mulai melakukan japri (jaringan pribadi) WhattsApp untuk menawarkan produk-produk; Membuat group WhtatsApp khusus penawararan paket diskon; hingga membuat website khusus, maupun membuat Blog.

Selain itu, menggunakan medsos (media sosial) seperti: instagram (IG), facebook, tweeter hingga youtube, menjadi salah satu strategi media yang harus segera dimanfaatkan. Pembuatan materi-materi komunikasi dengan bahasa komunikasi yang menarik, tentu menjadi sangat dibutuhkan.

Salah satu strategi yang perlu dipertimbangkan antara lain: Membuat pengemasan produk atau membuat paket-paket khusus dalam satu kemasan yang terdiri dari beberapa jenis produk. 

Misalnya, menggabungkan beberapa produk menjadi satu kemasan (satu paket), dengan menetapkan harga diskon tertentu, atau menggratiskan ongkir (ongkos kirim).

Pertimbangannya adalah, menciptakan kesadaran (awareness) calon pembeli supaya tidak bolak-balik melakukan pembelian, dalam situasi yang terbatas akibat 'social distancing' dan beberapa pembatasan keluar rumah. 

Tentu, sebagai wirausahawan (enterpreuner), dengan melakukan pengemasan beberapa produk dalam satu paket, akan memiliki prospek yang lebih berpeluang, dibandingkan menawarkan satu per satu jenis produk. Sebab itu, perlu dipertimbangkan pula pemberian diskon sebagai daya tarik. Tentu, ditambah dengan bahasa komunikasi yang lebih memikat.

Strategi media digital lainnya dapat juga dilakukan dengan cara membuat kemasan berita sebagai pengganti iklan yang selama ini dikenal sebagai cara berpromosi. 

Tentu, cara berpromosi sekarang ini juga harus dengan bahasa komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Prinsipnya lebih menyentuh dan persuasif.

Media online mainstream maupun non mainstream, menjadi salah satu pilihan, dengan mengemas pemberitaan dari beberapa sudut, yang dapat dijadikan tema penawaran produk, sebagai pengganti iklan. Misalnya, hari ini diberitakan adanya paket khusus penawaran satu paket yang terdiri dari beberapa jenis produk tadi. 

Lusa, dibuat pemberitaan yang sifatnya memotivasi calon pembeli, misalnya dengan bahasa komunikasi: sebelum harga naik, dan lain sebagainya.

Bukan hanya bisnis sektor formal yang dapat melakukan inovsasi dan kreativitas pemasaeran digitalnya. Bisnis informal juga tentu bisa, dengan beradaptasi terhadap pilihan fasilitas maupun aplikasi digital. Sebab pada prinsipnya, tetap ada kebutuhan masyarakat sehari-hari. Apalagi menjelang bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri 24-25 Mei 2020 yang akan datang.

Misalnya: Sebuah bengkel sepeda motor yang tadinya sifatnya menunggu pelanggan datang, dapat menghubungi pelanggan dengan menawarkan kepada pelanggannya, apakah perlu datang ke rumah utuk service atau ganti oli di rumah

Atau bisa juga warung penjual gado-gado atau warung pecal, Warung soto, Warung kopi pilihan (rasa khusus), dan lain-lain juga sangat mungkin melakukan cara-cara marketing digital. Prinsipnya, melalui media digital, produk ditawarkan dan diantar ke rumah konsumen.

Tentu dengan asumsi, yang berada dalam jangkauan kompleks perumahan, atau radius terdekat dari lokasi penjual. Yang jika diantar oleh anggota pihak penjual, masih mudah di-cover, atau dengan aplikasi gojek atau grab, dapat memesan antaran produk ke rumah konsumen, dengan ongkir yang tidak terlalu mahal.

Banyak cara yang perlu inovasi dan kreativitas yang dibutuhkan dalam kondisi masih berjangkitnya virus Corona. Sebab menurut BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), bisa jadi hingga akhir bulan Juni 2020 wabah virus Corona menurun. 

Jika menghitung hari, masih ada 80-an hari lagi. Itupun jika masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta yang paling tinggi jumlah yang terjangkit, mampu secara bersama membendung merebaknya wabah tersebut.

Prinsipnya, bagaimana memanfaatkan kemampuan digital, agar bisnis tetap jalan. Sebab bisnis harus tetap jalan, kendati peluangnya celah diantara celah sekalipun. Bisnis harus andalkan digital, inovatif dan kreatif. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun