Tak Singgung RadikalismeÂ
Dalam pidato yang kurang lebih 15 menit dan tidak monoton itu, anehnya sama sekali tidak menyinggung soal politik, sosial, pertahanan keamanan, pendidikan tinggi, lingkungan hidup dan lain-lain. Apalagi soal radikalisme yang nyata-nyata menjadi ancaman terhadap rongrongan ideologi Negara.
Padahal, situasi terakhir menjelang pelantikan, demo mahasiswa dan maraknya pengaruh terpaparnya radikalisme yang ditemukan, makin menimbulkan ketidaktenteraman masyarakat.Â
Ditambah lagi dengan tertusuknya Menkopolhukam, jenderal TNI (Purn) Wiranto, oleh seseorang yang terindikasi jaringan teroris, yang bagi sebagian orang nyinyir menjadi bahan olok-olok.
Namun, Presiden Jokowi nampaknya meyakini, hal itu akan tetap ditanggulangi secara intensive dari sisi pertahanan dan keamanan. Karena, secara sepintas Jokowi juga mengatakan, bawa peningkatan kualitas SDM harus didukung oleh ekosistem politik yang kondusif dan dengan ekosistem ekonomi yang kondusif.
Memang, jika rakyat Indonesia masih saja berkutat dalam perselisihan dan pertengkaran yang tidak mendukung terhadap peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan, maka energi Pemerintah dan aparat juga akan tersedot hanya untuk mengatasi persoalan yang tidak menghasilkan nilai tambah kualitas hidup. Gangguan-gangguan yang kontraproduktif seperti itu, harus secara paralel ditanggulangi juga dengan serius.
Oleh sebab itu, maka dengan strategi meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan, diharapkan akan meminimalisasi kesenjangan cara pikir dan pola perilaku, menuju karakter masyarakat yang makin beradab dan bermartabat.
Semoga kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden K.H Ma'ruf Amin dapat menorehkan keberhasilan dari segala sesuatu yang menjadi harapan dan cita-cita bangsa, menuju Negara maju dan sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H