Untuk perawatan khitan, saat itu dokter tak memberikan petunjuk khusus, normal ajah, jangan kena alkohol, dan bersihkan dengan air biasa. Begitulah, seminggu kemudian, ring khitan terlepas dengan sendirinya se-iring luka yang mengering dan sembuh.
Selanjutnya putra ke dua, kami khitan saat usianya 3 bulanan, dan putra ke tiga, kami khitan saat usianya 6 minggu atau bertepatan dengan 6 minggu cek up setelah saya melahirkan.Â
Begitulah,
Keponakan saya, kebetulan juga baru di khitan, usianya saat khitan jalan 5 tahun. Kakak saya cerita, begitu repotnya, beliau harus menjelaskan tentang khitan ini kepada putra kesayangannya yang sempat ketakutan. Ada persiapan psikologis untuk anaknya yang harus benar benar dipersiapkan. Dan saat hari H, keponakan saya itu, ngambek gak mau di khitan karena takut, yang untungnya tak membuat acara khitannya batal.
Ada lagi, cerita ibu saya, yang juga mesti mempersiapkan Abang dan adek saya, dulu saat mereka di khitan mereka juga harus dipersiapkan psikologisnya, karena usia mereka yang memang usia sudah 'mengerti' kalau mereka akan di khitan.Â
Jadi sepertinya benar yaaa, semakin usia anak laki laki itu muda atau bayi banget, khitan akan semakin mudah dilakukan. Hanya butuh persiapan orang tua melawan takut mereka sendiri, begitu kan? Umumnya, dengan dokter berpengalaman, khitan aman dilakukan, walau usia anak laki laki masih bayi sekalipun.Â
Oh ya, usia bayi juga memudahkan perawatan luka khitan, karena yaa itu, mereka gak banyak bergerak.
Nah, ini merunut pengalaman saya loh yaaa, Â bagaimana dengan pengalaman Kompasianer yang kebetulan pernah meng-khitan anak laki laki anda?
Menurut anda sendiri, usia berapa sih, anak laki laki itu harus dikhitan?
---
Salam Kompasiana
--Sisi82--