Ilustrasi: ShutterstockBeberapa hari yang lalu, saya sempat mengunjungi teman Saudi saya, yang baru saja melahirkan putra ke limanya. Beliau ini baru pulang dari rumah sakit, setelah sebelumnya 'menginap' selama satu minggu. Bayinya  laki laki yang mashaallah tabarakallah cakep.
Cerita cerita lah kami selanjutnya, biasalah emak emak, jenguk melahirkan, obrolan gak akan jauh jauh dari "pengalaman melahirkan kamu bagaimana?" hehehe, ada yang punya cerita begini, ada yang punya cerita begitu, dan cerita lain lain lagi. Termasuk juga cerita teman saya yang ber-syukur sekali, bayi laki lakinya itu, pulang dari rumah sakit sudah sekalian di khitan di usia bayi yang baru 5 harian saat di khitan.
Waduh...
Saya kaget tentu saja, dan langsung tanya, apa gak terlalu cepat itu, meng-khitan bayi di usia segitu? masih bayi banget, masih merah istilahnya.
Yang langsung dijawab temen saya, enggaklah, udah biasa di sini (Saudi), khitan dilakukan saat usia anak laki laki masih bayi banget atau dengan kata lain, jangan sampai anak laki laki menginjak usia setahun. Alasannya : saat mereka bayi, perawatan khitan akan lebih mudah, karena bayi kan gak banyak gerak, seringnya cuma tidur dan tidur ajah.
Eh, bener gak yaaa?
Saya kebetulan ibu dari 3 putra, dan jawaban temen saya itu, mau gak mau, membuat saya teringat saat saya meng-khitan 3 putra saya, masing masing usia mereka berbeda saat di khitan dan memang masih usia bayi.
Jackob, putra pertama, saya khitan saat usianya 8 bulan, itu juga mesti perjuangan dulu sayanya, perjuangan melawan takut, maklumlah, ini pengalaman pertama saya berurusan dengan khitan. Saat usianya 6 mingguan atau sekitar 40 harian, ibu mertua saya sudah menyarankan untuk segera khitan, tapi saya tolak dengan alasan, masih bayi ahhh.....takut.
Dan selama 8 bulan, gak kuat juga dengerin 'omelan' ibu mertua, hehehe, akhirnya saya dan suami membawa putra pertama kami ke Urologist untuk di khitan. Persiapan saya wahhh..ribet, lebih banyaknya sihh...... calm down my own nerve.
Saya banyak tanya temen yang sudah pernah mengkhitan putra mereka, diberi saran untuk mengoleskan semacam obat yang bisa membuat area yang akan di khitan 'kebas'. Â Oleh dokter Urologist-nya, saya diminta untuk tak memberikan putra saya makanan apapun setidaknya 6 jam sampai saat 'operasi'.
Proses khitan sendiri, hanya sekitar 30 menit, putra saya memang sempat menangis tapi hanya saat proses khitan selesai, nangisnya sebentar saja, setelahnya malah langsung merangkak ke  sana dan ke sini, gak mau diam, dia aktif dan normal seperti biasa, kebetulan metode khitan yang digunakan adalah metode dengan ring. Metode yang banyak dipakai sekarang ini yaaa, dan saya boleh bangga karena metode ini katanya, temuannya dokter Indonesia loh.