Mohon tunggu...
Mariam Umm
Mariam Umm Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu 4 anak

Ibu Rumah Tangga

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ketika Anakku Tak Seperti Anaknya

1 Juli 2015   07:39 Diperbarui: 1 Juli 2015   07:39 1597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Argghhhh Pusing pala Berbi!!!!

Orang tua memang sah sah ajah membangun pola pikir " unggul unggulan" dalam mendidik dan membesarkan anaknya. Maunya anaknya lebih baik dari anak yang lain. Segala cara ditempuh untuk membuat anak menjadi yang terbaik, dan saat si Anak tak memenuhi harapan "terbaik" dan tersalip dengan ketrampilan dan kecerdasan anak lain,  kecewa dan emosi orangtua  membuncah, semua menjadi sasaran kemarahan, sampai sampai Si Anak yang tak tahu apa apa  bingung dan mikir  " Aku mah salah apa atuh....?"

STOP!!!!!

Berhenti berpikiran dan berkompetisi ala " anaknya bisa begini, maka anakku harus lebih bisa begitu" jika tetap berpikiran kayak gini, ibaratnya kita mencoba menghentikan bom waktu,dan saat bom menunjukkan waktu 00:01 sementara kita belum berhasil menghentikannya, maka habislah semua , meledak dan hancur tak bersisa.

Saatnya berpikiran positif dan membangun, setiap anak adalah istimewa, biarkan anak menjadi anak. Memang sebagai orang tua tugas kita mendidik mereka, memberikan motivasi, mengarahkan mereka, dan tentu saja tidak membanding bandingkan kelebihan, apalagi selalu melihat kelemahannya untuk dijadikan konfrontasi dengan si Anak.

Tetapkan tujuan, apa tujuan anda mendidik anak? apakah ingin anak kita seperti anaknya? tentu saja ini jelas jelas salah karena karakter mereka saja sudah beda, tak bisa dibanding bandingkan bukan? Fokus saja dengan potensi anak masing masing, dengan menjadikan potensi itu sebagai nilai unggul mereka.

Saya mau share juga nih,

Si bungsu usianya jalan 4  tahun, jika saya bandingkan dengan sepupu sepantarannya, Bungsu saya itu memang agak lambat, Dia belum pintar membaca, dan berhitung juga masih bingung bingung padahal sudah diajarinn berkali kali tapi Dia selalu lupa, kadang ini membuat saya putus asa. Kok bisa sih...padahal sepupu sepantarannya udah pinter berhitung dan malah ada yang udah pinter membaca.

Suami saya menegur dengan bilang, daripada saya stress dan merana memikirkan kekurangan si Bungsu dan kelebihan anak lain--sepupu si Bungsu--kenapa saya tak mencoba melihat si Bungsu dengan "kacamata lain" lihatlah walau belum 100% sempurna, tapi si Bungsu di usia segitu sudah menghapal beberapa surat pendek alquran, di usia segitu si Bungsu udah kenal huruf alif,baa,tsa,dan seterusnya sampai yaa, si Bungsu tumbuh sehat dan kelihatan gembira, tidak manja dan selalu ingin mandiri. Itu kan potensi dan kelebihan Si Bungsu yang patut saya syukuri?

Aishhh...semuanya membuat saya sadar...

Ketika Anakku tak seperti anaknya, tak mengapa,  Dia istimewa..  dan Anakku, Kucintai engkau apa adanya....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun