Mohon tunggu...
Muchammad Saifuddin
Muchammad Saifuddin Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Peminat bidang manajemen. Suka berbisnis, mengajar, meneliti dan menulis. Menempuh studi doktoral di UNAIR kontak email : saifuddin@uinsby.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hari Batik Nasional: Warisan Budaya Pendongkrak Ekonomi Wong Cilik

1 Oktober 2022   21:31 Diperbarui: 1 Oktober 2022   21:36 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 2 Oktober merupakan hari batik Nasional, apakah dengan adanya hari batik tersebut dapat meningkatkan ekonomi wong cilik ?, mari kita ulas selengkapnya

Batik diresmikan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada sidang Komite Antar Pemerintah untuk warisan budaya di Abu Dhabi 2 Oktober 2009 . Pada sidang ini batik resmi terdaftar sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intuitive Heritage of Humanity). Selanjutnya Pemerintah Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden No. 33 Tahun 2009, yang sekaligus memperingati Hari Batik Nasional dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan upaya pelestarian dan pengembangan batik Indonesia, kemudian pemerintah  mengeluarkan Surat Edaran Nomor 003.3/10132/SJ tentang Penggunaan Baju Batik Dalam Rangka Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2019. Berdasarkan surat edaran tersebut, pemerintah mengimbau kepada seluruh pejabat dan pegawai pemerintah untuk mengenakan pakaian batik pada Rabu.

data dari World Economic Forum menyebutkan bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menyumbang 60% dari Product Domestic Bruto (PDB) Indonesia. 

Sebelum itu negara Malaysia pernah mengklaim batik sebagai miliknya, hal tersebut memunculkan polemik yang luar biasa,  kesamaan budaya, cerita sejarah dan kesamaan bahasa antara Indonesia dan Malaysia menjadi salah satu penyebab sengketa hak tersebut. Ketegangan antara Malaysia dan Indonesia sebenarnya bukan hanya masalah batik, tetapi masalah budaya, sosial dan politik lainnya membuat hubungan kedua negara semakin renggang. Ternyata perdebatan semacam itu tidak hanya muncul tentang batik, setelah itu Indonesia dan Malaysia juga berdebat tentang lagu nasional Rasa Sayange yang digunakan Malaysia dalam iklan pariwisatanya.

Hari Batik Nasional, Kesadaran Masyarakat dan Ekonomi Wong Cilik

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada bulan Maret 2020, persentase penduduk miskin di Indonesia tercatat sebesar 9,78%. kemudian meningkat sebesar 10,19%  pada September 2020 dan meningkat lagi  sebesar 10,14% pada bulan Maret 2021. Namun tren posotof mulai terlihat, angka kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2022 menunjukkan perbaikan alias yang terendah semenjak pandemi Covid-19 melanda Tanah Air. Persentase penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2022 adalah 9,54% . Angka ini menurun 0,17 poin dibandingkan September 2021 yang sebesar 9,71%dan menjadi angka kemiskinan terendah semenjak pandemi Covid-19 melanda Tanah Air. Namun, turunnya angka kemiskinan Indonesia belum mampu mencapai angka yang lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 tercatat sebesar 26,16 juta orang, alias menurun 0,34 juta orang dibanding September 2021 dan menurun 1,38 juta orang terhadap Maret 2021. 

Data dari katadata menunjukkan bahwa berdasarkan wilayah, persentase penduduk miskin Indonesia di pedesaan sebesar 12,29% pada Maret 2022. Angka ini turun dari September 2021 yang sebesar 12,53%. Sedangkan, persentase penduduk miskin di perkotaan sebesar 7,50% pada Maret 2022 alias turun dari September 2021 yang sebesar 7,60%. Berdasarkan letak pulau, Jawa memiliki 13,85 juta orang penduduk miskin pada Maret 2022. Jumlah ini setara 52,96% dari total warga miskin nasional.

Industri batik merupakan salah satu sektor yang memberikan dampak besar dalam mendongkrak perekonomian negara, termasuk penyerapan tenaga kerja. Data dari kemenperin tahun 2021 menyebutkan bahwa sektor yang didominasi industri kecil dan menengah (IKM) itu menyerap 200.000 tenaga kerja dari 7.000 unit usaha di 101 sentra wilayah di Indonesia. Memakai batik sudah menjadi gaya hidup fashion masa kini. Ada ironi di balik popularitas batik dimana batik lokal mulai kehilangan peminat dari dalam negeri dan datangnya gempuran produk luar, terutama batik print dari China dengan berbagai motif dengan harga terjangkau, keresahan  ini terjadi di kalangan perajin batik lokal.

Batik diresmikan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada sidang Komite Antar Pemerintah untuk warisan budaya di Abu Dhabi 2 Oktober 2009

Nilai ekspor batik Indonesia terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (KEMENPERIN), pada tahun 2018 ekspor batik tercatat senilai US$ 803,3 juta dengan berat 35,2 juta ton.Pada Tahun 2019 Nilai ekspor batik menurun 3,37% menjadi US$ 776,2 juta pada 2019. Begitu pula volume ekspornya berkurang 7,6% menjadi 32,5 juta ton. Pada setahun 2020, nilai ekspor batik dari Indonesia kembali berkurang 31,3% menjadi US$ 532,7 juta. Volume ekspor batik tercatat turun 28,8% menjadi sebesar 23,1 juta ton. Pada kuartal I -- 2021 nilai ekspor batik tercatat sebesar US$ 157,84 juta. Volume batik yang diekspor mencapai 6,64 juta ton pada periode tersebut.

Meski mengalami penurunan, Kementerian Perindustrian menyampaikan bahwa Industri batik merupakan salah satu sektor yang selama ini memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional, termasuk yang banyak membuka lapangan kerja. Sebab, sektor yang didominasi oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini telah menyerap tenaga kerja sebanyak 200 ribu orang dari 47 ribu unit usaha yang tersebar di 101 sentra wilayah Indonesia. Selain itu data dari World Economic Forum menyebutkan bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menyumbang 60% dari Product Domestic Bruto (PDB) Indonesia. 

Industri batik merupakan salah satu sektor yang memberikan dampak besar dalam mendongkrak perekonomian negara

Apa rekomendasi bagi pengusaha, pemerintah dan masyarakat ? 

1. Bagi Pengusaha 

Salah satu riset dalam jurnal internasional yang teridex SCOPUS meneyebutkan bahwa orientasi pasar dan pola pikir kewirausahaan pengusaha UMKM batik secara simultan dapat meningkatkan sumber keunggulan kompetitif untuk usaha kecil dan menengah, penelitian tersebut mengeksplorasi bahwa pengusaha yang memiliki orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan dapat meningkatkan kinerja usahanya

Para pelaku UMKM diharapkan menggunakan strategi visual brand aset dan strategi visual marketing dalam promosinya, kedua hal tersebut dapat menarik pelanggan potensial. Selain itu pelaku UMKM diharapkan menggunakan strategi diversifikasi produk, yaitu membuat produk batik sesuai dengan segmen pasar. Terakhir, UMKM harus menjaga dan meningkatkan kualitas produk batik

2. Bagi Pemerintah 

Kampanye mencintai produk indonesia adalah kunci membuat masyarakat mencintai dan membeli produk dalam negeri, dalam artikel internasional variabel Country of Origin (COO) memiliki pengaruh yang kuat terhadap keputusan pembelian masyarakat. Strategi kedua adalah peningkatan pendampingan UMKM di setiap daerah, khususnya daerah daerah dengan tingkat pendapatan rendah

3. Bagi masyarakat 

Mencintai batik lokal dan mencintai produk dalam negeri dapat meningkatkan kesejahteraan UMKM wong cilik di indonesia. Masyarakat indonesia diharapkan faham dan mengerti sejarah batik dan menggunakan batik pada beberapa aktivitas keseharian, tidak hanya aktivitas perkantoran, namun aktivitas organisasi dan aktivitas kemasyarakatan juga diperlukan.katadataSumber : katadata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun