Mohon tunggu...
Dino Renaldo Pattinama
Dino Renaldo Pattinama Mohon Tunggu... -

saya seorang manusia biasa yang berusaha melakukan yang terbaik walau hasilnya tidak sempurna.\r\nhttp://catatanseorangpapa.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sungguh Kasihan Bayi-bayi Itu.....

1 Februari 2011   08:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:00 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering



Jika boleh saya mengutip sepenggal renungan Kahlil Gibran

"Anak- anakmu bukanlah milikmu………………

Mereka adalah putra-putri kehidupan, yang merindukan dirinya sendiri

Mereka lahir lewat anda, tetapi bukan dari anda, Mereka ada padamu ,

tetapi bukan milikmu

Berikanlah mereka kasihsayangmu,

namun jangan sodorkan pemikiranmu

Sebab pada mereka ada alam pemikiran sendiri

Patut kita berikan rumah bagi raganya

namun tidak bagi jiwanya

Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,

yang tiada dapat kita kunjungi sekalipun hanya dalam mimpi.

Mungkin  mereka mirip orang tuanya ,

namun jangan memaksa mereka menyerupai orang tuanya

Sebab kehidupan tidak berjalan mundur

ataupun tenggelam ke masa lampau.

Orang tua hanya sebagai pelepas busur

anak panah yg melesatkan anaknya lepas

Sang pemanah membidik sasaran keabadian, dia merentangkanmu dengan KUASA NYA

Hingga anak panah itu melasat jauh dan cepat, bersuka citalah dalam rentangan sang pemanah, sebab dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat."

Renungan itu menyentuh kalbuku, histori pengalaman 38 tahun menjadi anak dan 6 tahun menjadi seorang papa, mengarahkan mata batinku kepada bayi-bayi itu

Bayi-bayi mungil itu hanya lahir dengan tali pusar danpengharapan kedunia ini tanpa diberi kesempatan untuk memilih, saat mereka pertama menangis seakan ingin kembali masuk kedalam rahim bundanya, kurang lebih Sembilan bulan diri mereka begitu terlindung didalam kandungan yang sangat aman dan nyaman, dengan penuh kasih sayanghingga pada saatnya mereka dilahirkan kedunia dalam sebuah proses diambang batas kehidupan.

Proses kehidupan manusia tidak seperti makhluk ciptaan Tuhan lainnya, yang dapat bertumbuh mengikuti naluri alam. Manusia mempunyai budi pekerti sebagai mana dijadikan sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia, sudah selayaknya kita sebagai orang tua bersyukur atas anugerah yang telah diberikan oleh NYA.

Detik waktu terus berjalan, bayi-bayi itu mulai mulai berkomunikasi dengan caranya disaat fungsi-fungsi jiwanya belum bekerja sempurna, menangis, tersenyum dan mengeluarkan ocehan-ocehan yang tak dapat kita mengerti kalau dilihat dari sudut prefektif penggunaan bahasa yang mereka gunakan.

Sadarkah kita begitu bahagianya kita disaat melihat proses kehidupan mereka yang penuh dengan kekaguman, saat melihat buah hati mulai belajar melangkah dengan langkah yang tertatih-tatih dan tidak pernah ada rasa kapok-kapoknya untuk terus melangkah disaat mereka terjatuh.

Begitu bangga diri kita saat mendengar mulut mungil mereka mengucapkan kata yang sempurna dan mulai dapat berkomunikasi, betapa gembiranya kita saat melihat anak-anak itu dapat berlari dan melompat.

Tapi diakui atau tidaknya masa-masa kekaguman itu tidak berlangsung lama..... ada saat tertentu kita mulai marah melihat proses perkembangan anak-anak itu disaat mereka mulai banyak bicara ,dan kita memerintahkan mereka diam agar tidak banyak bicara , ……..Kitapun mengeluarkan kalimat perintah agar mereka dapat duduk diam tak bergerak disaat jiwa mereka ingin bergerak bebas dan lepas , …………….Dan mungkin kita masih ingat disaat menina bobokan bayi-bayi itu dengan kidung yang indah agar mereka tertidur disaat diri mereka masih belum ngantuk dan masih ingin bermain , dan kita mulai marah di suatu waktu saat anak-anak kita masih ingin beristirahat memulihkan raganya yang letih,Terkadang perdikat pemalaspun diberikan kepadanya,............. sungguh kasihan bayi-bayi itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun