Jumlah pedagang dari berbagai bangsa yang membuka lapak di kapal Belanda itu ada puluhan orang.
Saat itu dicatat juga ada pedagang Turki dan Arab yang pernah juga berdagang sampai Venice (Venesia), Italia, mereka bisa berbahasa Italia dengan baik. Mereka meminta ikut kembali ke Eropa jika kapal-kapal Belanda itu akan kembali ke negerinya lagi. Karena rumah mereka di Constantinopel (sekarang Istanbul). Mereka beralasan tidak bisa berlayar melalui perairan Aceh karena ada masalah antara Aceh dengan Banten kala itu. Kabarnya ada pedagang dari Banten dan lainnya yang ditahan oleh penguasa Aceh. Jadinya mereka tetap tinggal di Banten.
Para pedagang Turki dan Arab itu sampai menawarkan barang dagangannya "diwariskan" untuk Belanda jika dalam perjalanan kembali nanti mereka mati dalam perjalanan.
Ada juga pedagang dari Delhi yang berjualan tembakau dari Maluku, dan menawarkan akan menunjukkan jalur laut ke Maluku jika Belanda ingin ke sana. Si pedagang mengaku memiliki hubungan baik dengan penguasa Maluku jadi akan aman jika mau ke sana bersama si pedagang.
Itulah sekelumit catatan Belanda bagaimana di hari pertama mereka berlabuh di perairan Nusantara ini. Hangat dan bersahabat, sebelum akhirnya satu per satu kerajaan dan para bangsawan di Nusantara makin "serakah", egosentris masing-masing, yang akhirnya dimanfaatkan oleh Belanda untuk menguasai sebagian besar nusantara di bawah otoritas negara Belanda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H