Beberapa bukti peninggalan sebuah negeri yang memiliki sistem sosial budaya aturan hukum dan agama adalah ditemukannya berbagai arca bercorak Hindu, yakni Arca Ganesha dan Arca Siwa yang berasal dari Gunung Raksa di Pulau Panaitan, yang terletak di Barat Pulau Jawa (Selat Sunda).
Beberapa literatur menyebutkan lokasi persis ibukotanya (Argyre) ada di Teluk Lada, Pandeglang, Banten. Namun juga ada yang menyebut di Condet, Jakarta. Wilayah Jakarta termasuk jadi salah satu perkiraan ibukota negeri perak, merujuk dari prasasti Tugu warisan Kerajaan Tarumanegara, sebagai penerus Salaka-negara.
Selain itu dari daerah Condet yang memang secara lokasi merupakan wilayah yang jika lurus terus ke selatan, baik dari Jalan Raya Bogor saat ini atau ke arah Kalibata Pasar Minggu, akan mengarah ke Bogor.
Dari situ jika pagi hari, terlebih pada masa itu (abad pertama Masehi), pemandangan Gunung Salak akan terbias sinar matahari pagi yang memancarkan sinar keperakan.
Itulah juga mengapa gunung di wilayah Bogor dinamakan Gunung Salak (gunung perak).
Namun sayangnya memang jejak situs Salakanagara sudah nyaris tidak bisa ditemukan lagi.
Tapi paling tidak dari jejak literatur dan penelitian para ilmuwan, terutama Claudius Ptolemaeus, di abad pertama Masehi, telah tercatat di wilayah Nusantara ini ada sebuah negara yang tak lagi hanya mengandalkan ekonominya dari sektor pertanian saja melainkan juga dari sektor industri hilirisasi produk-produk berbahan perak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H