"It is said to be extraordinary fertility, and to produce very much gold, and to have it's capital call Argyre, in the extreme west of it."
Konon kesuburannya luar biasa, dan menghasilkan banyak emas, dan mempunyai ibu kota bernama Argyre, di ujung paling baratnya.
Menurut Gerini, kebanyakan penjelasan Claudius menunjukkan pulau yang dimaksudnya Iabadiu adalah Jawa.
Gerini menulis bahwa Iaba-diu = Yava Dipa. Yang berarti Jawa Dwipa, berasal dari bahasa Sansekerta untuk menyebut daerah yang dimaksud oleh Claudius. (hal. 459)
Dengan demikian fakta-fakta yang juga telah diteliti banyak peneliti, adalah:
Pada tahun 150 M di Pulau Jawa, tepatnya di ujung Barat Pulau Jawa, merujuk pada penjelasan lokasi yang disebutkan oleh Claudius Ptolemaeus, sudah ada sebuah negeri (negara/kerajaan) yang tentu saja pasti kaya. Karena hasil produksi dalam negerinya adalah perak.
Hasil produksi dalam negerinya sudah tidak saja hanya komoditas pertanian, tapi sudah barang-barang dari logam, perkakas, perhiasan, hingga bukan tak mungkin koin mata uang, sebagai alat tukar perdagangan.
Dari sini maka sebutan "kerajaan pertama/tertua di Nusantara adalah Kutai" adalah sangat keliru. Karena prasasti Yupa yang menunjukan adanya sebuah kerajaan di Kalimantan, tertuliskan tahun 350-400 Masehi. Itu ratusan tahun setelah kejayaan "Negeri Perak" di ujung Barat Pulau Jawa.
Claudius tidak asal ngarang menyebutkan bahwa nama negeri yang dimaksud sebagai negeri perak sebab kerajaan itu pun memang menamakannya sebagai Salakanagara.
Salaka-negara, dalam bahasa Sansekerta artinya Negara Perak.
Sejarah Nusantara perlu diperbaiki bahwa kerajaan tertua (pertama) dan kaya di Nusantara ini adalah Salakanagara.