Mohon tunggu...
Erri Subakti
Erri Subakti Mohon Tunggu... Penulis - Analis Sosial Budaya

Socio Culture Analyst

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

1980, Sebuah Potret Kemiskinan Jakarta Zaman "Pembangunan"

3 Juli 2020   22:23 Diperbarui: 3 Juli 2020   22:27 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasan tinggal di rumah petak kontrakan 36 meter berdinding tripleks. Di situ ia tinggal bersama istri dan 3 anaknya. Di dalam "rumah"nya tersebut terdapat hanya 1 tempat tidur, sebuah lemari, meja yang merapat ke dinding, ember plastik, lampu minyak tanah dan aneka rupa barang lainnya. Jika hujan turun, barang-barang itu harus disingkirkan ke pojok menghindari tetesan air dari atap yang bocor.

***

Sebuah Mazda Capella cokelat muda terparkir di depan sebuah binatu. Pemilik binatu datang mengontrol "bisnis"nya. Rumah binatunya dijalankan oleh 2 orang keponakannya yang berusia 14 dan 17 tahun.

Seorang bocah laki-laki usia 10 tahun mengendarai sepeda mini datang ke binatu di seberang komplek pelacur Kramat Tunggak. Di tangannya tergenggam 1 stel pakaian laki-laki. Dia hendak meminjam uang atas suruhan tetangganya dan menyerahkan pakaian itu sebagai jaminan.

"Mau berapa?" kata anak penjaga binatu.

"Seribu," kata si bocah.

"Tidak bisa. Kemarin baru saja pinjam seribu. Lima ratus saja."

Anak yang naik sepeda mini itu menggeleng.

"Enam ratus?" ujar penunggu "rumah gadai" itu lagi.

"Jangan. Perlunya seribu."

"Ya sudah. Tujuh setengah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun