Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pasca Dipecat PDIP, ke Mana Jokowi Merapat?

18 Desember 2024   00:26 Diperbarui: 20 Desember 2024   08:14 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi), saat ditemui di kediamannya Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Jateng, pada Selasa (17/12/2024).(KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati)

Bahwa kemarin-kemarin (menjelang, tengah dan pasca Pilpres 2024) partai ini terlihat insecure dan seperti kehilangan kemandiriannya sebagai partai politik, hal ini disebabkan oleh masih kuatnya posisi dan pengaruh Jokowi sebagai Presiden, yang dengan kepiawaian politiknya berhasil mengkooptasi Golkar melalui figur-figur dekatnya yang duduk di kabinet.

Kini Jokowi tidak memiliki lagi otoritas kekuasaan meski jelas masih memiliki pengaruh kuat. Namun sekali lagi, pengaruh politik Jokowi cepat atau lambat secara alamiah akan mengendur dan selesai seiring dengan persaingan baru yang nampaknya bakal melahirkan peta konstelasi yang juga baru menjelang 2029 nanti.

Dalam situasi demikian, para elit Golkar (meski tentu saja tidak semua, dan akan terjadi rivalitas internal) dapat diduga tidak akan solid dalam menyikapi kemungkinan Jokowi bisa mulus masuk ke jajaran elit partai ini. Apalagi menjadi Ketua Umum, kecuali situasi ia mampu mengontrol secara utuh semua faksi di tubuh Golkar. Dan ini jelas tidak mudah.

PAN, PPP dan Insekuritas Politik

Dua partai paling besar peluangnya untuk dimasuki Jokowi adalah PAN dan PPP. Karena kedua partai ini tidak memiliki tokoh yang popularitasnya melampaui Jokowi. Mereka butuh figur yang bisa menjadi lokomotif atau vote getter demi menjaga posisinya agar minimal bisa tetap aman di parlemen bagi PAN, dan bisa masuk parlemen lagi pasca Pemilu 2029 bagi PPP.

Ketiadaan tokoh populer di kedua partai ini juga dapat menjadi faktor penyebab yang memuluskan hasrat Jokowi untuk terus berkiprah dan menjaga sisa-sisa pengaruhnya di pentas kepolitikan nasional. Secara sederhana ada dua tujuan politik yang bisa dibaca mengapa Jokowi berkepentingan untuk terus berkiprah dan merawat pengaruh politiknya.

Pertama untuk memastikan berbagai kebijakan politik yang diyakininya sebagai pilihan-pilihan yang tepat bisa terus dilanjutkan di era kepemimpinan Prabowo. Kedua untuk "menjaga" dan memastikan posisi putranya sebagai Wakil Presiden aman, dan syukur-syukur bertumbuh kans politiknya hingga Pemilu 2029 mendatang. Nah, untuk memuluskan tujuan ini PAN dan PPP adalah dua partai yang nampaknya paling mungkin bisa dimasuki dan dikontrol dengan gampang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun