Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pesta Demokrasi Post-Gen Z

5 November 2024   17:37 Diperbarui: 6 November 2024   11:34 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pesantren Nurul Madany

Pemilihan Ketua OSIS adalah miniatur Pemilu atau Pilkada. Dan komunitas para siswa adalah "entitas negara atau daerahnya."

Pendidikan demokrasi adalah proses di mana individu belajar untuk berpartisipasi dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah sosial, serta mengembangkan kesadaran kritis terhadap realitas politik dan sosial mereka (Paulo Freire).

Ada tiga kata kunci dari pandangan Freire yang penting dielaborasi, yakni "Partisipasi, Identifikasi dan Pemecahan masalah, serta Kesadaran Kritis."

Sementara itu, dengan substansi yang sama namun lebih spesifik, John Dewey mendefinisikan pendidikan demokrasi sebagai proses pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif siswa dalam kehidupan sekolah, membangun keterampilan berpikir kritis, serta mengembangkan sikap sosial dan moral yang demokratis.

Partisipasi (peran serta atau keterlibatan) adalah nilai paling dasar dalam demokrasi, terutama ketika demokrasi dimaknai sebagai kedaulatan rakyat. 

Partisipasi merupakan pengejewantahan paling kongkret dari konsep rakyat berdaulat itu. Karena melalui jalan keterlibatan atau peran sertalah warga sebuah entitas (negara, daerah, organisasi, dan entitas-entitas lainnya) mengartikulasikan pikiran dan kehendak otonomnya.

Tanpa partisipasi atau peran konsep rakyat berdaulat tidak memiliki arti sama sekali.

Melalui Pemilihan Ketua OSIS para siswa/santri belajar tentang makna sejati kedaulatan (kebebasan berpikir, berbicara dan otonomi memilih) yang dimiliki oleh setiap individu di lingkungannya, yakni sekolah.

Dengan modal atau melalui partisipasi itu kemudian setiap siswa/santri belajar mengidentifikasi, menemukenali permasalahan-permasalahan bersama dan mendiskusikan pemecahan masalahnya bersama pula secara diskursif.

Dalam tradisi demokrasi mutakhir inilah model demokrasi deliberasi. Demokrasi yang mengedepankan pertukaran gagasan dalam suasana yang setara dan saling menghormati dalam setiap menghadapi persoalan bersama.

Semua partisipasi, semua diberikan ruang dan kesempatan yang sama untuk menemukenali problematika serta cara menghadapi dan mencarikan jalan pemecahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun