Misalnya tahu dan sadar bahwa Pilkada merupakan sarana untuk mengejewantahkan hakikat kedaulatan rakyat, kedaulatan yang dimiliki sebagai warga negara, dan ini adalah salah satu hak dasar, hak azasi setiap warga negara yang dijamin oleh konstitusi.
Para pemilih cerdas juga faham, bahwa Pilkada dilaksanakan untuk memperbarui keabsahan (legitimasi) kekuasaan dan dukungan rakyat terhadap Pemerintah Daerah yang kemudian terpilih dan terbentuk.
Melalui Pilkada kehidupan bermasyarakat dan bernegara di daerahnya diperbaiki setiap kekurangannya secara periodik. Dan akhirnya, perbaikan kehidupan masyarakat dan daerah secara umum akan berpengaruh terhadap derajat perbaikan kehidupan warga di daerah yang bersangkutan.Â
Menelusuri Rekam Jejak Kandidat
Dengan literasi Pilkada yang memadai para pemilih cerdas akan menyadari, bahwa dalam menentukan pilihan perihal pasangan kandidat Kepala dan Wakil Kepala Daerahnya  seyogyanya tidak dilakukan sembarang, tidak asal pilih. Mereka harus pastikan bahwa para kandidat pemimpin daerah yang akan dipilihnya adalah figur-figur terbaik.
Oleh sebab itu mereka akan melakukan tracking (penelusuran) terhadap rekam jejak para kandidat. Siapa mereka, bagaimana track recordnya, serta apa saja yang telah atau potensial dapat mereka lakukan untuk kepentingan rakyat jika terpilih nanti. Entah sebagai Gubernu-Wagub, Bupati-Wabup atau Walikota-Wakil Walikota. Jangan sampai seperti memilih kucing dalam karung. Tanpa mengetahui secara utuh siapa para kandidat pemimpin ini, bisa-bisa nanti yang terpilih adalah "kucing garong".
Cerdas Memilah dan Memilih Informasi
Selain kesediaan untuk melakukan tracking terhadap rekam jejak para kandidat, smart voters adalah mereka yang cerdas dalam memilah dan memilih informasi-informasi yang relevan seputar Pilkada di daerahnya.
Sebagaimana kita tahu, menyertai tahapan Pilkada, terutama di fase kampanye saat ini, berbagai informasi seputar Pilkada mengarus deras di ruang-ruang publik, terutama melalui platform-paltform digital. Pengalaman menunjukkan bahwa di antara arus deras informasi yang akurat dan kredibel seringkali menyelinap konten-konten berita hoax atau fakenews yang bisa menyesatkan jika tak hati-hati menyerapnya.
Dengan dukungan literasi media yang baik para pemilih cerdas akan hati-hati dalam menyerap dan mencerna setiap informasi Pilkada yang beredar. Berbagai konten elektoral seputar Pilkada baik berupa video maupun narasi tekstual yang tersebar melalui berbagai platform, terutama media sosial akan disaring dengan ketat.
Langkah tersebut, memilah dan memilih secara selektif dan hati-hati setiap informasi penting untuk memastikan mereka tidak salah menentukan pilihan. Pun tidak mudah terbawa arus dalam kebiasaan buruk saling memviralkan berita dan informasi yang tidak jelas sumber dan kesahihannya.
Menolak Segala Bentuk Kejahatan ElektoralÂ
Isu lain yang tidak kalah pentingnya, dan karena itu menjadi bagian dari materi pemaparan dan diskusi saya dengan para peserta adalah soal politik uang dan berbagai kejahatan elektoral lainnya.
Salah satu penyakit akut Pemilu adalah adanya praktik politik uang yang dilakukan oleh peserta (melalui Timses atau partai-partai pengusungnya tentu) dan pemilih. Fenomena transaksional ini patut dikhawatirkan karena menurut beberapa hasil survei masyarakat (pemilih) cenderung permisif, mengizinkan terhadap praktik money politics ini. Dalam banyak kasus bahkan mereka menunggu aksi-aksi money politics ini. Menunggu disawer, menunggu "diserang saat fajar" menjelang hari pencoblosan.