Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Jejak Ironi di Tengah Perhelatan Pilpres

13 September 2024   17:12 Diperbarui: 13 September 2024   17:12 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementra itu Dirty Vote, film dokumenter akademik berdurasi hampir 2 jam memuat narasi; mengurai fakta-fakta, menjelaskan persitemalian antara satu fakta dengan fakta lainnya, serta opini analitik perihal desain kecurangan Pemilu 2024.

Mulai dari inkonsistensi pernyataan-pernyataan Jokowi terkait isu pencalonan Gibran dan soal netralitas aparat negara, penempatan orang-orang Jokowi di sejumah daerah dalam jabatan Pejabat Gubernur, Bupati dan Walikota, percepatan pemekaran Papua menjadi 6 provinsi, mobilisasi para Kepala Desa, kasus putusan MK Nomor 90, politisasi Bansos, dan ketidaknetralan para pembantu Presiden di kabinet.

 

Terakhir Amicus Curiae atau "Sahabat Pengadilan" (Friends of the Court). Yakni pihak-pihak yang merasa berkepentingan terhadap suatu perkara sehingga mendorong mereka untuk memberikan pendapat hukumnya kepada pengadilan, dalam kasus ini adalah Mahkamah Konstitusi.

Amicus Curiae ini, seperti juga Gerakan Salam 4 Jari, film documenter Dirty Vote dan beberapa peristiwa lain sejenis, hadir sebagai respon publik atas berbagai fenomena yang dinilai tidak sehat dalam kontestasi Pilpres dan nyata-nyata dapat mencederai proses demokrasi.

Secara moral, Amicus Curiae dimaksudkan mendorong para hakim konstitusi untuk memiliki keberanian mengambil putusan obyektif dan adil. Sebagaimana diungkapkan oleh Megawati melalui tulisan tangannya menyertai dokumen Amicus Curiae yang diajukannya kepada Mahkamah Konstitusi, 16 April 2024:

"Rakyat Indonesia yang tercinta marilah kita berdoa semoga ketuk palu MK bukan merupakan palu godam, melainkan palu emas, seperti kata Ibu Kartini pada tahun 1911 habis gelap terbitlah terang sehingga fajar demokrasi yang telah kita perjuangkan dari dulu timbul kembali dan akan diingat terus menerus oleh generasi bangsa Indonesia. Amin ya rabbal alamin."

                                                                                                                                                                            

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun