Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

PDIP, Ahok, dan Potensi Blunder di Pilkada Jakarta

18 Juli 2024   15:30 Diperbarui: 19 Juli 2024   02:59 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat ditemui di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (22/6/2024).(Kompas.com/Shela Octavia)

Sama sekali tidak mengejutkan tetapi menarik. Itulah hasil survei Litbang Kompas terakhir seputar Pilkada Jakarta yang menempatkan Anies dan Ahok pada posisi pertama dan kedua di papan elektabilitas (Kompas.com, 16 Juli 2024). 

Anies di angka 29.8% dan Ahok di angka 20%. Jauh di atas nama-nama populer yang sudah beredar, termasuk Kang Emil (8.5%) dan Kaesang (1%) yang terus diperbincangkan setiap hari.

Tidak mengejutkan karena kedua sosok ini, selain pernah memimpin Jakarta, hingga saat ini nampaknya memang masih "menguasai" suara-suara publik warga Jakarta. Kelebihan sekaligus kontroversi keduanya di kubu masing-masing pendukungnya terus hidup. Setidaknya masih tersimpan dalam memori kolektif basis massa dan simpatisan masing-masing, yang setiap waktu bisa dengan mudah mengalami eksplosi kembali.

Menarik karena hasil survei ini bisa membuat konstelasi politik elektoral menjelang kandidasi Pilkada Jakarta semakin dinamis, dan mungkin juga memanas. Khusus bagi PDIP, hasil sigi ini bisa membangkitkan gairah politik elektoralnya untuk kembali mengusung Ahok dan siap menghadapi Anies, entah dengan siapapun mereka saling berpasangan. Isyarat "ketergodaan" ini mulai diperlihatkan oleh Said Abdullah, Ketua DPP PDIP, yang menilai Ahok potensial bisa mengalahkan Anies seperti dikutip berbagai media.

Padahal sebelumnya dikabarkan bahwa PDIP tertarik untuk mengusung Anies, bahkan sudah melakukan komunikasi penjajagan dengan PKB yang telah lebih dulu menyatakan dukungannya kepada Anies melalui DPD PKB Jakarta. Di sisi lain Anies juga telah dideklarasikan oleh PKS bakal dipasangkan dengan Sohibul Iman.

www.detiknews.com
www.detiknews.com

Berdasarkan perkembangan sebaran informasi tersebut situasi yang mungkin sekarang sedang berlangsung adalah komunikasi tiga partai (PDIP, PKB, PKS) membahas opsi-opsi bakal pendamping Anies. Seru pastinya karena masing-masing partai tentu berkepentingan untuk memajukan kader-kader terbaiknya mendampingi Anies.

Lantas, bagaimana jika PDIP akhirnya memutuskan untuk memajukan Ahok? Seberapa besar peluangnya bisa mendaftar ke KPU DKI? Dan bagaimana pula potensi memenangi kontestasi jika (misalnya) PDIP berhasil membangun kerja sama atau koalisi, entah dengan partai mana, dan mendaftarkan Ahok dengan pasangannya sebagai cagub-cawagub Jakarta?

Peluang Ahok dan PDIP

Berdasarkan hasil Pileg 2024 lalu, PDIP hanya meraih 15 kursi di DPRD DKI Jakarta, selisih 3 kursi di banding PKS yang menjadi pemenang dengan 18 kursi. Dengan modal kursi sebanyak 15 ini PDIP dengan sendirinya terganjal untuk bisa mengusung pasangan Cagub-Cawagub sendirian. 

PDIP harus membangun kerja sama alias koalisi, sama saja dengan PKS meski raihan suaranya diatas PDIP. Karena syarat jumlah kursi di DPRD DKI untuk bisa mengajukan Paslon adalah 22 kursi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun