Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kandidasi Pilgub Banten (2): Airin, Andra-Dimyati, dan Potensi Calon Tunggal

5 Juli 2024   15:01 Diperbarui: 5 Juli 2024   15:01 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasca kesepakatan (sementara?) tujuh partai politik bakal mengusung Andra-Dimyati di Pilgub Banten 2024 sejumlah pertanyaan krusial penting dicermati. Misalnya, bagaimana dengan nasib Airin-Golkar? Lalu PDIP dan Demokrat, langkah apa yang bakal diambil partainya Megawati dan partainya SBY ini? Karena kedua partai ini masih "menjomblo." Bikin koalisi kedua? Atau menyusul ke barisan pengusung Andra-Dimyati?

Dan yang lebih penting bagi warga Banten dari urusan nasib politik Airin-Golkar, serta jalan elektoral PDIP dan Demokrat yang bakal ditempuh adalah ini: sanggupkah partai-partai politik di Banten menawarkan opsi-opsi pasangan calon yang pantas, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas figur-figur yang dimajukan?

Kuantitas yang dimaksud tidak lain adalah jumlah paslon yang dihasilkan dari komunikasi, penjajagan dan akhirnya pembentukan kerjasama atau koalisi. Secara teoritik semakin sedikit jumlah paslon semakin kecil opsi yang tersedia bagi warga Banten untuk memilih, dan ini tidak sehat bagi demokrasi. Demikian sebaliknya.

Potensi yang pantas dikhawatirkan terkait soal jumlah paslon itu adalah munculnya pasangan calon tunggal lantaran gejala ketersanderaan partai-partai oleh model perilaku politik kartel seperti yang diulas sepintas pada bagian pertama artikel ini. Tidak ada satupun partai yang berani mengambil langkah beda dan siap menjadi "martir" demokrasi, lalu memilih bergerombol dalam satu koalisi gigantis.

Aspek kualitas pastinya berkenaan dengan fit and proper, kecakapan dan kepantasan figur-figur kandidat.  Kecakapan/kelayakan berhubungan dengan sisi kapasitas dan kompetensi, didalamnya termasuk keunggulan dan pengalaman kepemimpinan. Sementara Kepentasan/ kepatutan berhubungan dengan soal karakter moral atau etik.

Disalip Kawan Seiring

Isu krusial pertama pasca kesepakatan tujuh partai mengusung Andra-Dimyati adalah soal nasib Airin dan Golkar. Dibanding figur-figur bakal Cagub dan Cawagub yang saat ini beredar, termasuk Andra Soni (Gerindra) dan Dimyati Natakusumah (PKS), Airin adalah sosok yang paling awal menyosialisasikan diri sebagai bakal Cagub, ke antero Banten. Ia, kabarnya juga paling awal mendapatkan penugasan (atau bahkan rekomendasi?) partainya untuk maju di Banten.  

Dari sisi kecakapan maupun kepantasan Airin juga dapat. Ia mantan Walikota Tangsel yang dinilai berhasil, kepemimpinannya cukup teduh meski warga Banten kerap diasosiasikan bertipikal keras. Satu-satunya yang bisa menjadi "pengganggu" elektabilitas Airin adalah, bahwa ia merupakan bagian dari keluarga dinasti politik di Banten. Airin adalah isteri Tb Chaeri Wardana, adik kandung Ratu Atut, mantan Gubernur Banten yang pernah tersandung kasus suap dan korupsi.

Beberapa lembaga survei yang menyigi potensi elektabilitas figur-figur bakal kandidat di Banten juga menempatkan Airin dalam posisi teratas. Bahkan mengalahkan nama-nama populer lain seperti Wahidin Halim dan Rano Karno, keduanya mantan Gubernur Banten. Apalagi dibanding Andra dan Dimyati, Airin jauh diatas mereka.

Untuk melengkapi potensi elektabilitasnya, Airin juga telah mengambil langkah penjajagan yang cukup taktis. Yakni dengan membidik Ade Sumardi, mantan Wakil Bupati Lebak dua periode yang kabarnya bakal dipasang sebagai bakal Cawagubnya. Ade dinilai bisa mengcover pemilih di Selatan Banten dimana popularitas dan elektabilitas Airin tidak sekuat di Utara Banten, terutama Tangerang Raya.

Tetapi Airin tidak mungkin dimajukan oleh Golkar jika sendirian. Karena Golkar sama saja dengan Gerindra dan PDIP, yang hanya meraih 14 kursi di DPRD Banten hasil Pemilu 2024 lalu. Jumlah kursi yang tidak cukup untuk mengusung paslon tanpa koalisi dengan partai lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun