Setelah tak mungki maju tanpa koalisi, Airin-Golkar tetiba saja disalip para kolega elektoralnya, kawan seiring di Pilpres 2024 lalu. Kecuali Demokrat, semua parpol yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) sepakat mengusung Andra-Dimyati (Gerindra-PKS) dan kabarnya sedang menyiapkan format koalisi Pilkada se-Banten dengan nama Koalisi Banten Maju (KBM). Menariknya, tiga partai pengusung semangat perubahan di Pilpres 2024 (PKS, PKS, Nasdem) juga bergabung. Juga PPP yang berkongsi dengan PDIP di Pilpres 2024.
Ujian Bagi Golkar
Per hari ini, pasca kesepakan tujuh partai pengusung Andra-Dimyati telah membuat Airin-Golkar berada di ujung tanduk. Kecuali Golkar memiliki keberanian dengan memilih jalan berbeda dari keinginan Prabowo, pemimpin Koalisi Indonesia Maju (KIM) sekaligus calon Presiden terpilih yang nyata-nyata sudah memberikan rekomendasi pada Andra-Dimyati.
Dalam konteks menjaga api demokrasi elektoral di Banten tetap menyala dan layak dibanggakan sekaligus pentingnya masyarakat Banten diberikan pilihan-pilihan yang memadai, Golkar dituntut memiliki keberanian untuk ambil langkah berbeda. Bisa dengan mengajak PDIP dan Demokrat, atau minimal salah satu diantara keduanya, untuk membangun koalisi sendiri dan siap menghadapi koalisi gigantis tujuh partai. Dengan cara demikian, potensi munculnya pasangan calon tunggal bisa dihindari.
Dengan memilih PDIP atau Demokrat, apalagi jika keduanya untuk bekerjasama, Airin bisa maju dan menjaga momentum terbiaknya saat ini untuk menjadi orang nomor satu di Banten. Posisi bakal Cawagub bisa Ade Sumardi (PDIP) yang sejauh ini memang sudah coba dibidik. Atau bisa juga Iti Oktavia (Demokrat), mantan Bupati Lebak dua periode. Iti dan Ade mewakili belahan Selatan Banten dan sama-sama pernah memimpin Lebak sebagai Bupati dan Wakil Bupati.
Dari sisi popularitas dan mungkin juga elektabilitas, Iti nampaknya lebih unggul dibanding Ade. Karena Iti mantan Bupati, sementara Ade mantan Wakilnya. Iti juga punya modal besar lain, ia adalah anak Jabayabaya, "orang kuat" di Lebak yang pernah menjabat Bupati Lebak dua periode.
Tetapi jika Airin mengambil Iti, ada dua potensi problematik yang kurang menguntungkan secara elektoral. Pertama adalah paket bakal paslon Gubernur dan Wakil Gubernur yang sama-sama perempuan potensial memicu semacam resistensi tersendiri di Banten. Kedua, jika pun paket dua srikandi ini jadi misalnya, Jayabaya mungkin tidak akan bisa memaksimalkan sokongannya karena relasi yang dekat Jayabaya dengan Prabowo seperti ditunjukan pada Pilpres 2024 lalu.
Maka pilihan terakhir dan nampaknya paling realistis bagi Airin-Golkar adalah memilih Ade Sumardi sebagai bakal Cawagub dan otomatis berkoalisi dengan PDIP. Gabungan kedua partai ini memiliki 28 kursi di DPRD Banten, cukup untuk mengusung satu paket pasangan calon. Memang ada resiko, yakni partai Demokrat sangat mungkin menyusul bergabung dengan koalisi gigantis tujuh partai.
Menghindari Potensi Calon Tunggal
Di luar nama Airin, Andra-Dimyati dan kalkulasi diatas sebetulnya masih tersedia opsi lain untuk menghindari munculnya calon tunggal dalam Pilgub Banten. Opsi ini beririsan dengan figur Arief Wismansyah, kader Demokrat yang belakangan makin aktif menyosialisasikan diri sebagai bakal Calon Gubernur, dan Ahmad Syauqi, putra Wapres Kyai Ma'ruf Amin yang juga fungsionaris di DPP PKB.
Arief adalah mantan Walikota Tangerang dua periode yang dinilai cukup berhasil, dan sejauh ini tidak ada persoalan dengan urusan moralitas dan integritas, setidaknya yang saya ketahui. Arief sama dengan Iti Oktavia, sama-sama kader unggul Demokrat di Banten. Popularitasnya mungkin juga setara dengan Iti meski jelas masih dibawah Airin.
Tetapi dengan kesepakatan tujuh partai pengusung Andra-Dimyati dan sisa tiga partai di DPRD Banten (termasuk Demokrat di dalamnya) yang belum membangun koalisi, peluang Arief jadi menyempit.
Pertama, karena seandainyapun Golkar mengajak dan sepakat kerjasama dengan Demokrat, tentu peluang Iti lebih besar untuk dipasang sebagai bakal Cawagub disbanding Arief. Tapi saya sendiri tidak yakin Demokrat mau bekerjasama dengan Golkar yang artinya harus berhadapan dengan Andra-Dimyati yang didukung Prabowo.