"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar."
Merawat Kesinambungan KebaikanÂ
Dari kesadaran spiritual sebagaimana dicontohkan dalam sikap para Salafush-shalih itulah spirit Ramadhan akan terus hidup dalam pribadi setiap muslim. Spirit Ramadhan yang dimaksud tidak lain adalah ghiroh atau semangat menjalankan ibadah personal maupun amalan-amalan sosial yang dilakukan di sepanjang Ramadhan hingga momen Idul Fitri pada sebelas bulan pasca Ramadhan.
Karena seperti nasihat bijak para Ulama, bahwa diantara balasan bagi amalan kebaikan adalah amalan kebaikan yang ada sesudahnya. Sedangkan hukuman bagi amalan yang buruk adalah amalan buruk yang ada sesudahnya.
Sebagaimana dijelaskan Ibnu Rajab dalam Lathaaiful Ma'arif, "...barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan amalan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama."
Keywordnya adalah Istimroriyah atau kesinambunga. Istimroriyah merupakan salah satu tanda bahwa ibadah dan amalan kebaikan diterima oleh Allah SWT, dan Allah akan memberinya jalan yang mudah untuk terus merawat kesinambungan itu. Sebagaimana janjiNya dalam Al Quran surat Al-Lail ayat 5-7:
"Maka berangsiapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan)."
Masih dalam konteks kesinambungan ibadah dan amalan ini, Rosulullah pernah ditanya para sahabat, "Amalan apakah yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab: Amalan yang dilaksanakan secara berkesinambungan (kontinyu) walaupun sedikit" (HR. Imam Bukhari).
Â
Kesinambungan Ibadah Personal