Dalam konteks pencapaian level spiritualitas tertentu, secara natur seseorang seringkali membutuhkan suasana bathin (ruhani, psikologis) yang dapat meningkatkan kekhusuannya dalam mentadaburi (merenungkan) segala nikmat dan anugerah yang Allah berikan kepadanya. Musik bernuansa (aransemen dan syair) religi dalam hal ini adalah salah satu instrumen yang dapat menghadirkan dan membangun suasana spiritualitas itu. Â Â
Maka tidak heran jika banyak orang Islam amat menggemari senandung musik religi. Bahkan tidak sedikit yang merasa bahwa alunan musik dan syair-syair sebuah lagu memberi pengaruh positif dalam proses penghayatan dan penghambaannya (muqorrobah) kepada Allah SWT.
Musik dan Tradisi Sufistik
Dalam sejarah perbadan Islam, musik juga menjadi bagian penting khususnya dalam tradisi (spiritualitas) sufistik atau tasawuf.
Meminjam penjelasan Mohammed Arkoun, cendekiawan muslim kontemporer, konsep spiritualitas dalam Islam diisi dengan berbagai macam pengertian yang kompleks. Biasanya dikaitkan dengan konten-konten seputar agama, musik, arsitektur, lukisan, literasi, filosofi dan lain sebagainya. Musik dan spiritualitas memiliki hubungan yang panjang sejak peradaban manusia dimulai, termasuk dalam dunia tasawuf.
Tradisi sufistik atau tasawuf memiliki keterkaitan erat dengan musik dalam mencapai hasrat spiritual para pengikutnya. Dalam hal ini spiritualitas berhubungan dengan hal-hal yang bersifat mistis, ghaib, transenden dan supranatural. Â
Secara khusus dalam tradisi sufistik atau tasawuf, terdapat jenis musik spiritual yang berkembang dikalangan para sufi. Yakni musik spiritual As-Sama' (Bahasa Arab), yang berarti mendengar (Cowan, 1980). Dalam kosakata Arab klasik, kata As-Sam ini berarti nyanyian atau alat musik. Sehingga istilah ini digunakan para kelompok sufi untuk menggunakan musik sebagai media penghubung mereka dengan Allah SWT dalam dunia spiritual (Glasse, 1996).
Dalam menikmati dan menggunakan musik sebagai media peningkatan level spiritualitas, u an-Nun Al-Miri melihat musik sebagai suatu akifitas spiritual dengan tujuan merasakan sentuhan dari Allah. Suatu sentuhan bathin yang dapat membangkitkan rasa gairah hati menuju Allah.
Dalam konteks sebagaimana dijelaskan Al Misri inilah saya kira apa yang dirasakan dan dinikmati oleh banyak umat Islam yang saat ini tengah menjalani ibadah puasa dengan ikhlas ketika misalnya sambil ngabuburit atau beraktifitas lainnya mendengarkan lantunan syahdu "Sajadah Panjang"-nya Bimbo atau syair almarhum Chrisye "Ketika Tangan dan Kaki Berkata" yang menghunjam.
Selanjutnya Al Misri menjelaskan, bahwa pencapaian spiritual itu tidak akan dapat diraih oleh mereka yang mendengarkan musik dengan nafsu dan syahwat hedonitas. Karena itu dalam tradisi sufistik, bermusik dilarang menyanyikan lagu dengan syair-syair yang tidak sopan, cabul dan musik yang merangsang pendengarnya pada gerakan sensual (Gazalba, 2004).
Wallahu'alam Bishowab
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!