Bagi umat Islam, perilaku keseharian Nabi Muhammad SAW adalah contoh yang harus selalu diteladani. Bukan saja dalam urusan ibadah, amalan-amalan keagamaan atau aktifitas sosial. Melainkan juga dalam pola hidup keseharian yang bersifat private, termasuk dalam cara makan dan minum, serta jenis-jenis makanan dan minuman yang biasa beliau konsumsi.
Pesan Illahiyah agar umat Islam meneladani jejak langkah dan perilaku Nabi Muhammad SAW itu tertuang antara lain dalam Al Quran Surat Al Ahzb ayat 21:Â
"Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah."Â
Perihal makan dan minum sendiri, di dalam Al Quran telah disyariatkan berbagai kaidah syar'i yang wajib diikuti dan dilaksanakan oleh umat Islam. Diantara kaidah-kaidah dasar itu tercantum dalam Al Quran Surat Al Baqoroh ayat 168:Â
"Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu."
Kemudian juga terdapat di dalam Al Quran Surat Al-Ma'idah ayat 3: "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala...."Â
Etika Makan-Minum Rosulullah
Berdasarkan kedua ayat tersebut, maka adab (etika) syar'i pertama yang wajib dilakukan oleh umat Islam adalah mengkonsumsi makanan dan minuman yang benar-benar halal dan baik (halalan thoyyiban), dan tidak tercampur sedikitpun dengan unsur-unsur yang haram. Baik dalam cara memperoleh maupun di dalam kandungan jenis makanannya sendiri.
Terkait pentingnya kehalalan dan kebaikan makanan itu, para Ulama sepakat bahwa makanan yang haram dan tidak baik dapat melahirkan dampak buruk, bukan saja secara medis terhadap kondisi tubuh. Melainkan juga pada dua aspek penting dalam kehidupan pribadi seorang muslim/muslimah. Pertama dapat membentuk pribadi yang berkarakter buruk seperti durhaka pada orang tua dan kebiasaan melakukan berbagai jenis maksiat. Kedua dapat menghalangi dikabulkannya doa oleh Allah SWT.
Dalam pola makan-minum sendiri, Rosulullah SAW banyak memberikan pesan dan teladan yang seyogyanya diikuti oleh umat Islam, meski dalam beberapa kasus tentu saja bersifat kondisional. Beberapa etika (adab) makan dan minum itu antara lain sebagai berikut.
Pertama mencuci kedua tangan sebelum makan. Seperti diriwayatkan oleh Abu Daud dan An Nasa'i berdasarkan cerita istri Rosulullah, Aisyah Radhiyallahu Anha, "Apabila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hendak tidur sedangkan beliau dalam keadaan junub, maka beliau berwudhu' terlebih dahulu dan apabila hendak makan, maka beliau mencuci kedua tangannya terlebih dahulu."
 Kedua membaca doa dan Bismillah sebelum makan sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Abu Dawud dan At-Tirmidzi.Â
"Apabila salah seorang di antara kalian hendak makan, maka ucapkanlah: 'Bismillaah', dan jika ia lupa untuk mengucapkan bismillaah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan: 'Bismillaah awwaalahu wa aakhirahu' (dengan menyebut Nama Allah di awal dan akhirnya)."
Ketiga Rosulullah juga menganjurkan agar makan dan minum menggunakan tangan kanan seperti diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa jika ada salah seorang dari kita yang makan, maka hendaknya menggunakan tangan kanannya untuk makan dan minum. Karena sesungguhnya, setan akan makan dan minum dengan tangan kiri.
Keempat Rosulullah biasa makan sambil duduk, tidak pernah dalam posisi berdiri dan bersandar. Hal ini seperti diriwayatkan dalam hadits Imam Bukhori, "Aku tidak pernah makan sambil bersandar, aku hanyalah seorang hamba, aku makan sebagaimana layaknya seorang hamba dan aku pun duduk sebagaimana layaknya seorang hamba."
Kelima Rosulullah juga menganjurkan agar makan dilakukan bersama-sama secara berjamaah dengan keluarga, kerabat atau sahabat. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Abu Dawud, "Berkumpullah kalian dalam menyantap makanan kalian (bersama-sama), karena di dalam makan bersama itu akan memberikan berkah kepada kalian."Â
Keenam makan dan minum hendaknya tidak melampaui batas. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Imam Ahmad dan Ibnu Majah, "Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk nafasnya."Â
Ketujuh memuji Allah SWT setelah selesai makan dengan doa uacapan, "Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada kami pada apa-apa yang telah Engkau rizkikan kepada kami dan tambahkanlah (rizki) kepada kami darinya." (HR. Imam Ahmad dan At Tirmidzi).
Selain ketujuh adab (etika) itu, dalam banyak hadits yang diriwayatkan oleh para Sahabat juga disebutkan bahwa Rosulullah menganjurkan untuk memulai mengambil makanan dari sisi pinggir piring makanan; kemudian tidak mencela makanan yang tidak disukai melainkan cukup dengan tidak mengkonsumsinya saja.
Dalam hal makan dilakukan bersama-sama keluarga atau kerabat, Rosululloh juga menganjurkan hendaknya orang-orang tua dan yang dihormati secara sosial dipersilahkan untuk memulai lebih dulu.
Menu Ramadan RosulullahÂ
Riwayat yang mashur mengenai jenis makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi oleh Rosulullah adalah kurma dan air putih. Sebagaimana hadits riwayat Abu Dawud, "Apabila salah seorang di antara kalian berbuka, maka berbukalah dengan kurma, sebab kurma itu mendatangkan berkah. Namun apabila tidak ada, berbukalah dengan air karena air itu bersih."
Di dalam Al Quran keistimewaan buah kurma ini disebutkan didalam An Nahl ayat 67: "Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan."
Berdasarkan sebuah penelitian seperti dijelaskan dalam buku Hadits-Hadits Sains karya Abdul Syukur Al-Azizi, bahwa secara kimiawi Kurma yang dimakan setara dengan 85-87% dari beratnya. Dan, itu mengandung sekitar 20-24% air, 70-75% zat gula, 2-3% protein, 8,5% serat, dan kadar lemak yang rendah, yang tentu saja sangat baik bagi kesehatan.
Selain kurma dan air, di dalam banyak hadits juga diriwayatkan bahwa Nabi SAW juga mengonsumsi berbagai jenis makanan sehat, baik buah-buahan dan sayur-sayuran yang kaya serat, maupun daging dan susu.
Dari berbagai sumber dijelaskan, bahwa selain air putih sebagai minuman ketika makan sahur dan berbuka, Nabi Muhammad SAW juga sering minum susu. Susu bahkan disebut sebagai minuman favorit Nabi Muhammad SAW. Diriwayatkan para sahabat, Rasulullah SAW pernah mengonsumsi susu sapi, susu kambing dan susu unta. Bahkan secara khusus, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk minum susu sapi. "Hendaklah kalian minum susu sapi karena ia makan dari setiap pohon." (HR. Imam Ahmad, Imam Hakim dan Ibnu Hibban).
Di samping susu, Nabi Muhammad juga suka mengonsumsi daging domba. Kemudian kacang-kacangan terutama menu tharid, yaitu masakan kaldu dengan isian utamanya kacang chickpea atau kacang Arab. Makanan tersebut biasa dimakan Rasulullah SAW setelah menunaikan shalat maghrib.
Buah-buahan dan sayur yang kaya serat juga biasa dikonsumsi oleh Nabi Muhammad SAW. buah-buahan yang paling sering dimakan Nabi Muhammad SAW antara lain adalah buah delima, buah fig atau buah tin, buah zaitun, buah anggur, dan melon.
Sedangkan jenis sayuran yang biasa dimakan Rasulullah ketika makan sahur dan buka puasa antara lain adalah labu, zucchini (jenis labu kecil, kerap juga disetarakan dengan terong ), bit, dan timun. Jenis buah dan sayur ini dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin, mineral, dan serat.
Artikel terkait:Â Ramadhan Talks (3): Ngabuburit Jangan Sekadar Menunggu Maghrib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H