Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Kegagalan SBY Menjaga Kesetiaan pada Idealisme dan Pikirannya

24 Februari 2024   14:55 Diperbarui: 24 Februari 2024   20:09 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"..... sebagai salah satu "orang tua" di negeri ini, saya harus mengatakan bahwa tindakan yang jelas sangat mengganggu dan berbahaya dalam rangkaian Pemilu 2024 ini sebaiknya dihentikan. Rencana-rencana ke depan yang juga berkategori melanggar hukum dan keadilan sebaiknya diurungkan. Jangan sampai karena kealpaan dan kesalahan di antara kita, apalagi di pihak yang tengah mengemban amanah (kekuasaan), pemilihan umum yang menjadi milik rakyat Indonesia ini tercoreng. Kalau musibah ini terjadi, sejarah akan mencatat dan rakyat akan mengingat selamanya bahwa pemilu ke 5 di era demokrasi ini tidak bebas, tidak jujur dan tidak adil. Juga bisa tidak damai akhirnya. Kalau ini sungguh terjadi, Ibu Pertiwi akan menangis dan bangsa Indonesia akan kembali berkabung."

SBY luar biasa, kita patut berterima kasih sudah mengingatkan Jokowi dan kita semua perihal potensi Pemilu bisa tercoreng, Ibu Pertiwi akan menangis dan Indonesia akan berkabung, kala itu. Sebuah early warning yang berharga dari seorang mantan Presiden.

Sekarang jalan cerita sudah berubah. Dan jika ditelusuri, perubahan itu sebetulnya hanya berselang sekitar tiga bulanan sejak buku ini ditulis dan terbit, Juni 2023. Karena akhir September 2023 Partai Demokrat akhirnya merapat ke Prabowo-Gibran yang diendors Jokowi. Dua hari lalu, buah pilihan sikap politik itu telah dipetik. AHY diangkat Jokowi menjadi Menteri ATR. 

Tetapi buah yang dipetik AHY sesungguhnya bukan tanpa masalah jika dilihat dari sudut pandang moralitas kepolitikan. Dalam konteks substansi buku SBY, berubahnya haluan politik elektoral Partai Demokrat sesungguhnya mengonfirmasi perihal kuatnya tancapan watak pragmatis di tubuh elit-elit dan partai politik kita. Demikian kuatnya watak ini hingga konsistensi sikap dan kesetiaan pada idealisme tak lagi penting dijaga.

Mereka tidak peduli bahwa kemarin-kemarin baru saja mengumbar kritik tajamnya terhadap perilaku politik lawan dengan dasar narasi yang sungguh idealis. Tidak juga merasa perlu menjaga konsistensi sikap dan merawat kesetiaan pada pikiran-pikirannya. Semua perkara idealitas dan integritas tidak penting lagi ketika kekuasaan dan jabatan disodorkan kepada mereka. Dalil Harold Lasswell "politik adalah soal siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana" bagi mereka menjadi narasi pembenar dari setiap pilihan sikap dan pandangannya. 

Tanpa bermaksud mengurangi sedikitpun rasa hormat kepada SBY sebagai Presiden RI 2004-2014, hemat saya inilah yang terjadi pada beliau saat ini. Gagal menjaga kesetiaan pada idealisme dan pikiran-pikiran bernas yang dituangkan di dalam bukunya. Saya jadi teringat dengan ucapan Mark Bowden, jurnalis Amerika, penulis buku terkenal Black Hawk Down: A Story of Modern War yang menceritakan serangan militer Amerika ke Mogadishu Somalia tahun 1993,

"Jika tak ada air mata dari penulis, tak ada air mata dari pembaca. Jika tak ada tawa dari penulis, tak ada tawa dari pembaca. Jika penulis mengkhianati tulisannya, truk sampah akan menjemput semua karyanya besok pagi."

Artikel terkait : https://www.kompasiana.com/www.tisna_1965.com/65d877efde948f0178232a83/ahy-dan-watak-pragmatis-elit-politik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun