Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Kegagalan SBY Menjaga Kesetiaan pada Idealisme dan Pikirannya

24 Februari 2024   14:55 Diperbarui: 24 Februari 2024   20:09 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasrat Membatasi Jumlah Paslon 

Terhadap isu pertama, SBY mengingatkan agar Jokowi hati-hati dalam menggunakan dan mempraktikan istilah "cawe-cawe" dalam Pemilu 2024. Jangan sampai bias. 

Jangan sampai Presiden merasa bahwa dirinya melakukan cawe-cawe untuk kepentingan negara bangsa, namun sesungguhnya terjebak dalam tarik-menarik kepentingan politik elektoral.

SBY kemudian memberikan contoh teladan bagaimana dirinya mengambil sikap pada Pemilu 2014.

"Pada Pilpres 2014 dulu saya memilih bersikap netral, dan mempersilahkan baik pasangan Pak Jokowi bersama Pak Jusuf Kalla maupun pasangan Pak Prabowo bersama Pak Hatta Rajasa untuk berkompetisi secara sehat dan demokratis." (hal.8).

 Terkait isu kedua, SBY tegas menolak jika benar Jokowi menghendaki dan akan melakukan pembatasan jumlah Capres-Cawapres. Apalagi jika ini dilakukan dengan cara menebar ancaman dan politik tebang pilih terhadap pimpinan-pimpinan partai politik. 

Siapa yang ikut keinginannya akan aman, dan siapa yang menolak akan diperkarakan secara hukum. SBY kemudian mengambil lagi satu contoh teladan di era Megawati.

"Secara pribadi saya tidak setuju kalau ada upaya politik untuk membatasi jumlah pasangan Capres-Cawapres. Apa alasannya? Apa kepentingannya? Apanya yang salah kalau lebih dari dua pasang? Pilpres Tahun 2004, di era pemerintahan Presiden Megawati, tak ada pembatasan semacam itu. Ada lima pasangan Capres-Cawapres yang berkompetisi secara demokratis. Tak ada masalah apapun dengan pasangan sebanyak itu." (hal.12-13).

Menghadang Anies melalui Manuver Moeldoko

Buku ini ditulis saat Partai Demokrat bersama Nasdem dan PKS sedang membangun ("in the making" istilah SBY) koalisi untuk mengusung Anies sebagai Capres. Saat itu kabar santer memang tersiar bahwa Jokowi tidak menyukai Anies dan akan mengambil langkah apapun untuk menghadangnya maju sebagai Capres.

Salah satu langkah untuk menjegal Anies itu diduga dilakukan melalui manuver Moeldoko yang berusaha mengambil alih Partai Demokrat. Asumsinya, jika manuver Moeldoko berhasil, maka Partai Demokrat akan dibawa merapat ke bakal Paslon yang dikehendaki Jokowi. Dan ini artinya koalisi yang sedang dibangun SBY bubar jalan karena pasti tidak memenuhi syarat minimal dukungan, dan Anies tamat riawayatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun