Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Debat Cawapres, Menunggu Food Estate "Dislepet"

21 Januari 2024   15:05 Diperbarui: 21 Januari 2024   15:08 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Debat Cawapres kedua malam ini nampaknya bakal kembali seru, dan semoga saja bergizi. Mengelaborasi visi-misi, mengeksplorasi substansi, dan dengan demikian berpotensi mencerahkan literasi publik terkait berbagai isu strategis yang selama ini hanya menjadi konsumsi para elit, ahli, pengamat dan pegiat. Khususnya menyangkut isu lingkungan dan dampak sosio-ekologisnya bagi masyarakat.

KPU sendiri sudah menyiapkan 7 isu besar untuk dibedah nanti malam. Yakni Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa. Semua isu ini jelas saling bersitemali satu sama lain, langsung dan tidak langsung.

Diskursus tentang pembangunan berkelanjutan misalnya, jelas berkelindan dengan bagaimana ketersediaan dan strategi pengelolaan sumber daya alam dilakukan agar tidak berdampak buruk bagi kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan juga membutuhkan daya dukung energi, karena itu tatakelola sumber-sumber energi juga harus in line dalam matarantai kebijakan dan programnya.

Demikian halnya dengan urusan pangan dan agraria. Dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, aspek agraria dan pangan adalah dua isu kunci yang tidak bisa dikesampingkan. Terakhir soal masyarakat adat dan desa, dua entitas yang seringkali menjadi korban pembangunan dan industrialisasi masif di segala bidang.

Publik perlu tahu, bagaimana gagasan dan program para Paslon menghadirkan pembangunan berkelanjutan yang tetap ramah bagi masyarakat adat dan desa serta ekosistemnya. Pembangunan yang tidak memarjiinalkan posisi mereka sebagai bagian dari pemilik saham kedaulatan negeri ini.

Dari ketujuh tema yang saling berkaitan itu, ada satu isu penting sebagai "pintu masuk" sekaligus bisa menjadi benang merah untuk saling mengeksplorasi perspektif dan sikap, serta gagasan dan program masing-masing Paslon secara utuh, koheren dan fenomena persitemaliannya antar ketujuh tema itu. Yakni isu Food Estate yang belakangan memicu pro-kontra di ruang publik.

Food Estate Gagal ?

Food Estate atau lumbung pangan merupakan salah satu Program Strategis Nasional 2020-2024. Food estate merupakan program desain pengembangan pangan terintegrasi yang meliputi pertanian, perkebunan, dan peternakan di suatu kawasan. Tujuan strategis program ini adalah untuk mengamankan ketersediaan, akses, dan konsumsi pangan berkualitas bagi masyarakat, sekaligus upaya maksimalisasi produksi dalam negeri.

Merujuk pada data yang dirilis CNBC.Indonesia (8 Januari 2024), hingga saat ini proyek food estate sudah dikembangkan di sejumlah daerah, yakni di Kabupaten Garut (Jabar) dan Kabupaten Temanggung (Jateng) masing-masing seluas 1000 hektar. Kemudian di Kabupaten Gresik (Jatim) dengan luas lahan 1.175 hektar dan Kabupaten Sumba Tengah (NTT) seluas 10.000 hektar. Dan terakhir, yang paling luas di Provinsi Kalimantan Tengah (Kabupaten Pulang Pisau 10.000 hektar dan Kabupaten Kapuas 20.000 hektar).          

Sementara itu berdasarkan data yang dilansir setkab.go.id, program food estate sebagai bagian dari program ketahanan pangan nasional ini akan dikembangkan di beberapa daerah seperti Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan Nota Keuangan Tahun Anggaran 2024, untuk program ketahanan pangan ini pemerintah telah mengalokasikan anggaran multi-years (2019-2024) sekitar 539 trilyun (Kumparan.com, 21 Januari 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun