Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Gejala Arus Balik Kecemasan Dibalik Kasus Penghentian Tayang Videotron Anies

17 Januari 2024   11:10 Diperbarui: 19 Januari 2024   03:17 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Peristiwa tak sehat dalam berdemokrasi kembali terjadi. Kali ini Videotron Anies Baswedan diturunkan di beberapa lokasi di DKI dan Bekasi tanpa alasan yang jelas. Plak! Ini mestinya menampar siapapun saja yang menginginkan demokrasi tumbuh sehat di republik ini, menghendaki kontestasi elektoral berlangsung fair, jujur dan adil di negeri ini. 

Tapi itulah faktanya. Belasan, bahkan mungkin sudah puluhan kali selama masa kampanye ini, Paslon Anies-Cak Imin (juga Paslon Ganjar-Mahfud) diganggu tangan-tangan julid kekuasaan. Di beberapa daerah izin kegiatan dan lokasi acara tiba-tiba saja dicabut Pemda setempat, banner dan baliho dirudapaksa para vandalis.

 

Videotron Park Ahn Nice

Seperti dilansir berbagai media nasional, 15 Januari 2024 kemarin videotron Anies dihentikan penanyangannya di beberapa lokasi di Jakarta dan Bekasi. Kabar ini diunggah oleh akun Olppaemi Porject di medsos X. Berikut cuitan lengkapnya :

“Hello, this is Olppaemi Project. Senang sekali rasanya menerima apresiasi yang sangat positif terhadap project yang kami lakukan. Project ini tidak akan berjalan tanpa dukungan baik moral dan materi dari seluruh Humanies.

Sayangnya, kami harus mengabarkan bahwa LED Ads yang telah dijadwalkan tayang selama seminggu (15-21 Januari 2024) di Bekasi dan Jakarta tidak dapat lanjut tayang di lokasi tersebut karena suatu hal yang di luar kuasa kami.

Saat ini, Kami sedang mengupayakan solusi terbaik dengan pihak-pihak terkait. Humanies tidak perlu khawatir dan mohon dukungannya untuk menyertai kami dalam memaksimalkan project serta memberikan update secara berkala. Best regards, Olppaemi Project.” 

Videotron keren itu merupakan hasil kolaborasi antara Anies Bubble bersama Olppaemi Project. Dua komunitas penggemar K-pop yang turut memberikan dukungan dan mengkampanyekan Abah Owl, Abah Anies, dan Park Ahn Nice, nama-nama yang disematkan mereka kepada Anies Baswedan. Videotron ini belum sampai 24 jam tayang untuk kontrak resmi selama sepekan kemudian dihentikan tanpa alasan yang jelas.

Merespon kejadian tersebut, Ismail Fahmi, founder Dron Emprit berkomentar di akun X-nya, bahwa takedown terhadap videotron Park Ahn Nice itu justru memicu Streisand Effect. Yakni fenomena ketika upaya untuk menyembunyikan, menghapus, atau menyensor informasi tertentu justru membuat informasi tersebut tersebar lebih luas karena publik menjadi penasaran dan ingin mengetahui lebih jauh dan utuh.

Istilah Streisand Effect diambil dari nama Barbra Streisand, penyanyi top asal Amerika Serikat yang pada tahun 2003 ia berusaha melarang publikasi foto rumahnya di Malibu, California. Namun tindakan ini kemudian malah membuat masyarakat semakin penasaran.

Gelombang Perubahan 

Gelombang semangat perubahan yang diusung Anies-Cak Imin yang kian menderas di berbagai daerah nampaknya telah memicu arus balik kecemasan pada sebagian masyarakat yang pro status quo. Mereka seperti dihantui kecemasan tak terperikan. Cemas gelombang ini akan semakin membesar, tak terbendung dan akhirnya memenangi puncak kontestasi 14 Februari nanti.

Fenomena ini sebetulnya biasa dalam arena kontestasi elektoral, lumrah di negara-negara demokrasi. Pro dan kontra atas sebuah gagasan, suka dan tidak suka terhadap tokoh pengusungnya.

Tapi demokrasi menghendaki keadaban, para pihak mestinya taat hukum dan saling menolerir satu sama lain selama masing-masing berada pada track yang legal dan etis. Videotron itu legal, ditayangkan melalui mekanisme kontrak resmi dengan pihak penyedia. Keren pula. Tidak semerawut seperti baliho, spanduk, banner yang berserakan di tepian dan persimpangan-persimpangan jalan menjadi sampah visual, dan belum tentu semua itu berizin atau legal sesuai peraturan perundangan.

Perubahan. Setelah memasuki fase kampanye, tagline yang diusung Anies-Cak Imin ini nampaknya bukan hanya meluas, tetapi juga menghunjam tajam ke dalam pikiran publik. Sempat didistorsi maknanya oleh para kompetitor Anies sebagai “memulai segalanya dari awal”, sekarang publik faham makna yang utuh dan benar tentang terma perubahan ini.

Anies-Cak Imin menawarkan perubahan untuk setiap kebijakan dan program, serta  cara pencapaiannya yang tidak memihak pada kepentingan rakyat, yang menyimpang dari jalan sahih berbangsa dan bernegara. Itupun, semua akan dilakukan dengan tetap taat hukum dan taat azas. Konstitusi tetaplah menjadi alas utama, hukum dan peraturan perundangan menjadi dasar pijakan operasional, serta kedaulatan rakyat dijunjung inggi sebagai mahkota.

Arus Balik Kecemasan

Masalahnya memang, dan ini biasa terjadi di manapun. Dalam praksisnya nanti narasi perubahan pastilah akan berdampak tidak mengenakan bagi kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini diuntungkan oleh kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepentingan rakyat, tidak bertumpu pada azas keadilan dan kesetaraan.

Mereka adalah para oligark yang mendapatkan berbagai privilege bisnis, para pelaku usaha yang sudah terbiasa dan merasa nyaman dengan cara-cara kolutif dan nepotistik dalam berbisnis, elit-elit politik (di partai, di parlemen, atau simpul-simpul relawan pengantri balas jasa di BUMN-BUMN dll) yang terbiasa dan merasa nyaman dengan praktik-praktik kolutif dan koruptif, serta para pejabat dengan tabiat-tabiat buruk yang sama.

Bagi mereka, perubahan adalah “hantu” yang layak dicemaskan dan harus dilawan, dihentikan lajunya, karena bisa melemparkan mereka dari comfort zone yang selama ini dinikmati. Jadi yang dicemaskan sesungguhnya bukan Anies. Melainkan gagasan dan spirit yang digelorakannya.

Laksana aliran sungai, perubahan akan mengarus deras menyapu segala praktik busuk nepotistik, kolutif, dan nepotistik. Penghentian paksa penayangan videotron Anies adalah arus balik perlawanan para pendukung status quo terhadap gelombang dan semangat perubahan.

Tetapi sebaliknya, bagi rakyat yang sudah memahami secara utuh dan benar hakikat terminologis dan pesan besar yang dikandungnya, perubahan adalah keniscayaan yang tidak boleh ditunda.

Itu sebabnya arus ini belakangan semakin menderas, bahkan juga telah menyasar para penggemar K-pop. Anak-anak muda yang selama ini dianggap apati secara politik dan hanya meminati urusan remeh-temeh. Kini, bersama Park Ahn Nice mereka bangkit dan turut menggelorakan perubahan itu.

Perubahan inilah, yang secara gradual telah dirintis, ditancapkan fondasinya oleh para pemimpin terdahulu, yang akan mengantarkan bangsa ini ke fase yang makin dekat dengan visi abadi nasional : menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan Makmur”

Chukhahaeyo OlppaemiProject, AniesBubble, K-popers, dan Park Ahn Nice. Tetap semangat menggelorakan perubahan untuk masa depan Indonesia yang gemilang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun