Faktor Negosiasi Politik
Simpulan paling sederhana dari analisis di atas adalah, bahwa baik elit parpol koalisi pengusung Ganjar-Mahfud maupun basis massanya akan terbelah. Mereka tidak akan solid mengalihkan dukungannya kepada hanya satu Paslon, 01 atau 02. Dalam situasi inilah, komunikasi dan negosiasi politik yang bakal dilakukan oleh kedua Paslon di putaran kedua akan sangat menentukan arah akhir dari pengalihan dukungan itu.
Ada tiga faktor penting dalam komunikasi dan lobi politik tersebut yang bisa sangat memengaruhi hasil akhirnya. Pertama adalah soal power sharing yang ditawarkan oleh masing-masing Paslon 01 dan 02 kepada kubu 03. Kedua soal kesepahaman atas nilai-nilai politik kebangsaan yang akan diperjuangkan. Ketiga soal relasi kedekatan antar aktor di masing-masing Paslon 01 dan 02 dengan aktor-aktor di kubu Ganjar-Mahfud.
Soal power sharing, proposal yang ditawarkan kubu Anies-Cak Imin boleh jadi akan lebih menarik, terutama bagi PDIP dan PPP. Slot portofolio kabinet di kubu 01 untuk dinegosiasikan jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang tersedia di kubu 02, karena antrian di kubu 02 sudah mengular. Selain di tubuh Gerindra sendiri, antrian itu barasal dari Golkar, Demokrat, PAN, PBB, PSI, dan Gelora. Sementara di kubu 01 hanya ada tiga parpol : Nasdem, PKB dan PKS.
Terkait kesepahaman atas nilia-nilai politik, peluang terbangunnya kesepahaman itu juga lebih kuat potensi magnitude politiknya pada kubu 01. Kasus putusan MK Nomor 90 yang cacat etik ditambah dengan fenomena "omong kosong netralitas aparat dan pejabat" yang mengakibatkan merebaknya perlakuan tidak adil yang dirasakan oleh kubu 01 dan 03 selama ini potensial bisa mempertemukan mereka dalam satu frame dan frekuensi politik elektoral yang sama.
Terakhir soal relasi kedekatan antar aktor (termasuk aktor di luar koalisi), terutama dalam beberapa waktu terakhir ini. Secara umum semua elit kunci Pilpres 2024 ini memiliki jarak hubungan yang relatif sama, pun pasang-surutnya. Terutama antara Jokowi, Megawati, Surya Paloh, Prabowo dan beberap ketua umum partai di semua koalisi. Dalam situasi demikian, isu-isu elektoral akan menjadi titik simpul menentukan aktor mana akan memilih bergabung dengan aktor mana. Â Â
Faktor Ganjar dan Mahfud
Selain faktor elit dan basis massa masing-masing partai koalisi pengusung Ganjar-Mahfud, serta kepiawaian komunikasi dan negosiasi politik. Faktor figur kandidat Capres dan Cawapres 03 sendiri juga penting dikalkulasi, karena sedikit banyak pasti bakal memberi pengaruh pada pergeseran suara para pendukungnya. Terkait aspek ini, ada gejala yang berbeda pada posisi Ganjar dan Mahfud.
Pemilih Ganjar mayoritas berasal dari basis massa PDIP. Kalaupun ada di luar konstituen PDIP, jumlahnya tidak banyak. Nah, kemana basis massa PDIP ini potensial bergeser di atas sudah dijelaskan. Mayoritas potensial akan bergeser ke kubu Prabowo-Gibran dengan beberapa pengecualian yang diterangkan tadi. Ditambah satu pengecualian misalnya Ganjar sendiri secara terbuka menyatakan dukungan pribadinya kepada kubu 01, dengan atau tanpa PDIP. Â Â
Berbeda dengan Ganjar, hemat saya Profesor Mahfud memiliki basis konstituen sendiri yang relatif bebas, tidak terafiliasi baik kepada PDIP-Megawati maupun kepada parpol koalisi pengusunya. Mereka berasal dari kalangan kelas menengah, intelektual kampus dan luar kampus, lingkungan pesantren baik yang terafiliasi dengan NU maupun di luar NU, aktifis pro demokrasi dan para pegiat penegak hukum.
Pendukung Mahfud itu sebagian besar irisan tipikalnya tersebar di kalangan pendukung Anies-Cak Imin. Karena itu, dugaan saya mereka akan lebih mungkin mengalihkan dukungan kepada kubu 01. Apalagi jika Mahfudnya sendiri secara terbuka menyatakan kemana sikap politiknya berlanjut di putara kedua Pilpres. Â Â