Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Salam Tiga Jari Kyai Ma'ruf dan Absennya Jokowi di HUT PDIP

10 Januari 2024   21:30 Diperbarui: 10 Januari 2024   22:13 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wapres KH. Ma'ruf Amin mengacungkan tiga jari sebagai simbol salam metal sekaligus nomor urut milik Paslon Ganjar-Mahfud. Momen menarik ini terjadi di tengah kemeriahan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 51 PDI Perjuangan di Lenteng Agung, Jakarta.

Presiden Jokowu sendiri bagaimana ? Salam dua jarikah ?  Tentu saja tidak. Bukan karena sebagai Presiden ia tidak menghormati sahibul hajat sebagai bentuk sopan santun politik. Tetapi karena memang tidak hadir, absen. Inilah ketidakhadiran pertama kalinya Jokowi di acara penting partai yang pernah memberi jalan dan mengantarkannya ke puncak karir politik.

Posisi Kyai Ma'ruf

Kembali ke salam tiga jari Wapres. Ada dua kemungkinan yang bisa dibaca dari kesediaan beliau mengacungkan salam metal itu. Pertama, hal itu adalah bentuk tatakrama politik. Dalam kapasitas sebagai pejabat negara, setingkat Wapres pula, tidak elok rasanya jika tuan rumah mengajak beliau untuk memeragakan simbol-simbol tertentu dari partai yang bersangkutan lalu menolak.

Itu sebabnya, selain salam metal tiga jari, Kyai Ma'ruf juga tidak lupa memekikkan kata "Merdeka" di akhir sambutannya. Pekik "Merdeka" adalah ciri khas lain dari PDI Perjuangan. Ringkasnya, salam tiga jari Wapres tak lebih tak kurang hanyalah fatsoen politik yang harus dilakukannya dalam kapasitas sebagai pejabat negara.

Kedua, salam tiga jari Kyai Ma'ruf bisa juga dibaca sebagai isyarat politik, bahwa secara pribadi beliau mengendors Paslon Ganjar-Mahfud, karena beberapa argumen berikut.

Pertama, PDIP berperan amat menentukan pada saat penetapan Kyai Ma'ruf (menggantikan Mahfud) di ujung waktu pendaftaran Paslon ke KPU pada Pilpres 2019 silam. Kedua, hubungan Kyai Ma'ruf dengan Mahfud sebagai sesama tokoh NU sangat dekat, jauh dibandingkan dengan Prabowo apalagi Gibran. Ketiga, sejauh ini, selama hampir lima tahun perjalanan mendampingi Jokowi, Kyai Ma'ruf praktis tidak pernah memiliki masalah dengan PDIP, hubungannya dapat dikatakan harmoni sejak awal hingga saat ini.

Pada saat yang sama, belakangan Kyai Ma'ruf juga beberapa kali "tampil" dengan komentar yang Nampak berjarak dengan pilihan sikap Jokowi dan kubu Prabowo-Gibran. Yang terakhir misalnya soal debat ketiga kemarin. Berbeda dengan komentar Jokowi yang cenderung negatif terhadap jalannya debat. Kyai Ma'ruf justru menilai debat itu positif. Seperti dikutip berbagai media, Kyai Ma'ruf mengungkapkan penilaiannya :

"Kalau saya melihat perdebatannya bagus, terbuka dan artinya mereka berdebat. Terutama ya sesi perdebatan itu saya kira menarik" (detik.com, 9/1/2024). Beberapa pekan lalu, Kyai Ma'ruf juga sempat mengritik tajam kelakuan Zulhas yang dinilai mengolok-olok kaidah agama terkait istilah "Amin" dan jari telunjuk dalam sholat. Sahihkah bacaan ini, kita tunggu dalam beberapa hari ke depan menjelang 14 Februari nanti.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun