Secara hipotetik mereka adalah pemilih militan yang kecewa dengan langkah politik Prabowo pasca Pilpres yang kemudian memilih bergabung dengan pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Saat ini mereka sudah memutuskan tidak akan ikut Prabowo lagi, tetapi juga masih ragu kepada siapa suara mereka nanti akan diberikan. Kehadiran Anies-Cak Imin yang diprediksi bakal menjadi tempat berlabuh suara mereka nampaknyan belum cukup meyakinkan sebagai opsi alternatif.
Faktor PemicuÂ
Lantas, latar belakang atau faktor apa yang secara hipotetik membuat sejumlah 28,7% pemilih (ini artinya setara dengan jumlah kurang-lebih 57 jutaan dari 204 jutaan pemilih dalam DPT 2024) itu masih bimbang hingga beberapa pekan menjelang pencoblosan ?
Pertama, saya menduga kebimbangan para pemilih ini dipicu antara lain oleh adanya sejumlah anomali dalam perhelatan Pilpres 2024 ini. Mulai dari kasus putusan MK Nomor 90 yang terbukti kemudian disertai dengan terjadinya pelanggaran berat etik Ketuanya.Â
Kemudian munculnya polarisasi di tubuh pemerintahan Jokowi-Ma'ruf ke dalam dua kubu yang saling berhadapan tetapi tidak disertai dengan sikap tegas kubu Ganjar-Mahfud-PDIP dan koalisinya. Dan mulai merebaknya isu-isu keberpihakan aparatur pemerintah terhadap pasangan Prabowo-Gibran yang didukung Presiden Jokowi.
Ketiga bentuk anomali itu saya kira telah memicu keraguan banyak pemilih rasional dan literate terhadap integritas proses dan hasil Pilpres nanti. Mereka berpikir bahwa suaranya tidak akan bermakna karena potensi manipulatif dalam proses dan potensi unlegitimate (paling tidak secara moral) dalam hasil Pilpres mendatang. Dalam konteks ini, bimbang adalah sebuah pilihan sadar.
Kedua, besarnya prosentase angka undecided voters nampaknya juga dipicu oleh gejala infodemi electoral atau "wabah informasi kepemiluan". Suatu fenomena dimana informasi-informasi seputar kepemiluan mengarus deras dan melimpah (overload of information) di ruang publik dengan tingkat akurasi yang rendah.Â
Karena berita-berita itu tidak hanya diproduksi oleh media-media kredibel, tetapi juga oleh portal-portal berita atau para pembuat konten media sosial yang sangat longgar dan gegabah.
Gejala infodemi serupa itu membuat konten-konten berita dan informasi seputar kepemiluan banyak yang kemudian tidak ajeg, inkonsisten, bahkan saling bertabrakan.Â
Termasuk dalam gejala ini adalah informasi hasil-hasil survei yang beberapa di antaranya ada yang saling menegasikan, atau pemeringkatan hasil survei yang paradoks dengan tayangan massa melimpah saat paslon capres-cawapres turun ke daerah. Gejala ini membuat puluhan juta pemilih masih bimbang menentukan pilihan.
Ke mana Undecided Voters bakal berlabuh?