Debat Capres sesi pertama keren. Apresiasi pantas disampaikan kepada KPU, karena telah berhasil melewati satu tantangan yang nyaris blunder kemarin-kemarin. Seperti kita tahu, sebelumnya beredar kabar bahwa KPU akan mengubah format debat dengan meniadakan sesi debat untuk Cawapres. Sekarang clear, masing-masing capres dan cawapres diberi sesi sendiri-sendiri, dan sesi itu sudah dimulai.
Sebagaimana harapan publik, debat benar-benar diwarnai kontestasi gagasan yang memikat dari para capres. Pada sesi sanggah menyanggah sejumlah isu sensitif bahkan mengemuka. Mulai dari isu pelanggaran berat etik dalam proses kandidasi yang sempat mencoreng marwah Mahkamah Konstitusi (MK), penyelesaian kasus-kasus Hak Asasi Manusia (HAM), pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), hingga isu menurunnya indeks demokrasi dan ancaman kebebasan berbicara.
Gimik, sisi yang dikhawatirkan publik bakal menjadi strategi para capres memikat pemilih dalam debat tidak muncul. Kecuali beberapa kali diperagakan Prabowo melalui joget khasnya. Tetapi ini pun nampaknya bersifat spontan atau lebih ke ekspresi upaya menetralisir diri dari serangan lawan-lawan debatnya. Atau, boleh jadi juga kebiasaan yang kadung tumbuh pada sosok mantan Danjen Kopasus itu.
Capres Prabowo memang mendapatkan serangan lumayan telak, baik dari Anies maupun Ganjar. Serangan itu masuk melalui isu pelanggaran etik Ketua MK, Anwar Usman dan kasus-kasus pelanggaran HAM di Papua, serta sejumlah kasus pelanggaran HAM yang diduga pernah melibatkan dirinya di era orde baru silam.
Posisi dan Performa CapresÂ
Meski tidak cukup komprehensif menguraikan muatan visi-misi masing-masing sesuai tema-tema besar. Ketiga capres saya kira sudah berhasil menunjukkan bagimana posisinya saat ini, bagaimana mereka melihat dan memetakan esksisting  isu-isu strategis yang dihadapi saat ini, serta bagaimana dan dengan strategi apa mereka akan menyelesaikan ragam problematika kebangsaan itu.
Dan dari dinamika debat itu saya kira publik dengan mudah dapat membaca dua aspek penting dari ketiga capres, yakni posisi politik elektoral dan performa masing-masing. Kedua aspek ini penting sebagai bahan pertimbangan bagi pemilih dalam mengambil keputusan perihal siapa diantara mereka yang akan dipilih nanti 14 Februari 2024.
Posisi politik elektoral yang dimaksud adalah pilihan sikap terhadap eksisting dan performa pemerintahan saat ini yang bakal mereka gantikan melalui Pemilu. Terutama  berkenanaan dengan model penyelenggaraan kekuasaan dan garis-garis kebijakan politik kemarin, saat ini dan proyeksi ke depan.
Sementara sisi performa Capres tidak lain adalah penampilan mereka saat debat (dan tentu saja debat-debat berikutnya nanti). Mulai dari empat menit pertama penyampaian visi-misi, sesi menjawab pertanyaan-pertanyaan tertutup dari panelis, sesi sanggah-menyanggah, hingga ke closing statement. Mari kita periksa satu persatu.   Â
Prabowo, Jokowian tapi Reaksioner dan Emosional