Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Lupakan Politik Simbol, Fokus pada Gagasan

16 November 2023   11:15 Diperbarui: 17 November 2023   07:12 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kandidat Capres Pemilu 2024. (Ilustrator: KOMPAS.com/ANDIKA BAYU SETYAJI)

Maka lupakan angka-angka nomor urut itu sebagai simbol dari makna-makna tertentu. Cukuplah ketiganya sebagai penanda atributif kontestasi sekaligus pernak-pernik dekoratif sebuah pesta saja, pesta demokrasi. Ada tiga alasan mengapa ini perlu dilakukan.

Pertama, memberi makna dengan cara suka-suka atas dasar kepentingan kontestasi pada angka-angka nomor urut itu potensial melahirkan masalah baru dan beban tambahan elektoral. 

Pada level elit mungkin tidak jadi soal. Tapi di akar rumput, terutama di basis massa "bersumbu pendek" dari masing-masing kubu, pemaknaan angka-angka nomor urut yang bisa saling dipelesetkan atau diberi konotasi-konotasi buruk bisa menjadi pemicu pertengkaran.

Kedua, sibuk dengan pemaknaan atas simbol-simbol dan saling bekerja keras menanamkannya dalam pikiran para pemilih sedikit-banyak akan menyisihkan hakikat kontestasi sebagai forum ada gagasan dan rencana-rencana programatik untuk masa depan negara bangsa. Energi positif kontestasi akan habis oleh urusan-urusan artifisial yang tidak substantif.

Ketiga, penggunaan secara masif simbol-simbol dalam kontestasi politik biasanya bertahan lama dan tak mudah dihapus dari memori kolektif masyarakat. 

Terlebih jika simbol-simbol itu berkonotasi buruk, menghina, serta merendahkan harkat dan martabat kemanusiaan. 

Pengalaman Pemilu 2019 yang mana dua polar pendukung capres-cawapres saling "mencebongkan" dan "mengkampretkan" merupakan contoh buruk politisasi simbol yang saling menghinakan dan menyakiti.

Yuk ah, lupakan urusan simbol, abaikan angka-angka nomor urut, kecuali sekedar sebagai penanda dan atribut pesta. Dan fokuslah pada hakikat kontestasi sebagai ajang festival gagasan dan kegembiraan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun