Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Urgensi Politik Kebhinekaan di Tengah Kontestasi yang Makin Kompetitif

23 Oktober 2023   11:20 Diperbarui: 6 Februari 2024   20:29 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Mural bertemakan keberagaman menghiasi sebuah gang kampung di Mlatiharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (21/2/2019).  (Foto: KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA)

Dan sebagaimana yang tersimpan dalam jejak digital dan memori kolektif bangsa ini, pertengkaran yang dipicu oleh politisasi identitas dan stigmatisasi buruk pada Pemilu 2019 lalu telah mengakibatkan polarisasi tajam dalam masyarakat. Residunya bahkan masih terasa hingga sekarang, dan belum benar-benar hilang.

Politik Kebinekaan 

Dalam kerangka persaingan yang bakal semakin kompetitif, naluri primitif para petarung dan pengalaman pahit Pemilu 2019 silam itulah wacana politik kebinekaan penting menjadi perhatian semua elemen bangsa. 

Perlu terus dihidupkan, di berbagai lapis dan segmen masyarakat, khususnya di kalangan aktor-aktor politik elektoral.

Secara sederhana istilah Politik Kebinekaan dapat dimaknai sebagai cara berpikir, bersikap dan berperilaku dalam kompleks aktifitas kepolitikan yang menjadikan realitas keragaman bangsa sebagai pijakan sekaligus orientasi.

Sebagai pijakan artinya para pihak yang berkompetisi dan para pendukungnya di berbagai lapis menyadari bahwa keragaman merupakan realitas sosio-kultural bangsa Indonesia. 

Keragaman juga historical dalam sejarah perjalanan panjang bangsa Indonesia. Keragaman adalah salah satu fitrah besar, sunnatullah yang diberikan kepada bangsa ini. Dan karenanya wajib dijaga dan dipelihara.

Sebagai orientasi artinya para pihak yang berkompetisi dan para pendukungnya menyadari dan faham, bahwa pada akhirnya, di ujung depan sejarah nanti, capaian-capaian kebajikan yang dihasilkan oleh Pemilu sejatinya juga akan dipersembahkan kepada seluruh rakyat. Siapapun kelak yang terpilih mendapatkan mandat mayoritas.

Akar Sejarah dan Landasan Politik

Salah satu fitrah terbesar yang dimiliki bangsa Indonesia sejak kelahirannya sebagai sebuah entitas negara-bangsa 17 Agustus 1945 adalah kebinekaan, keragaman. 

Fakta sosio-kultural ini bahkan sudah ada sejak era monarki-monarki Nusantara, jauh sebelum kolonialis Belanda datang dan menguasai negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun