Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Mengapa Kampanye di Kampus Penting?

11 September 2023   22:25 Diperbarui: 12 September 2023   16:50 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan kampanye sejatinya bukan hanya ajang penyampaian visi-misi dan program para kandidat, tetapi juga menghadirkan muatan-muatan informasi elektoral yang dibutuhkan para pemilih, termasuk mahasiswa sebagai bagian civitas akademika.

Kedua, selain sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kampus sesungguhnya juga merupakan salah satu pusat perkaderan kepemimpinan generasi muda yang kelak bakal mewarisi dan menjalankan masa depan kehidupan negara-bangsa. 

Kampanye Pemilu di mana para kandidat, baik legislatif maupun eksekutif (presiden-wapres dan kepala daerah-wakil kepala daerah) dan partai politik memaparkan gagasan, visi dan misi programatik mereka akan menjadi bagian muatan pembelajaran sekaligus pengayaan wawasan dan pengetahuan yang bagus bagi mahasiswa. Tentu saja ini positif untuk para mahasiswa sebagai generasi yang kelak akan mewarisi kepemimpinan negara-bangsa ke depan.

Ketiga, dalam kegiatan kampanye (terutama jika digelar dalam format dialogis) para mahasiswa juga bisa memberikan feedback, umpan balik (aspirasi, kepentingan, termasuk kritik tajam) terhadap gagasan dan visi-misi para kontestan kampanye itu manakala dianggap perlu diartikulasikan. 

Bagaimanapun, mahasiswa adalah kelompok intelektual yang terbiasa berpikir kritis dan pastinya memiliki modalitas akademik yang memadai untuk mendiskusikan isu-isu strategis dengan para calon pemimpin negara-bangsa.

Keempat, kampus sendiri sebagai center par excellent berbagai gagasan dan pemikiran tidak semestinya hidup di ruang hampa. Kampus harus terlibat, peduli dan memberi kontribusi gagasan-gagasan strategis dan pemikiran-pemikiran visioner sesuai kapasitasnya sebagai lembaga ilmiah, pusat kajian dan bersemayamnya para intelektual untuk kepentingan masyarakat dan negara-bangsa. Kampanye pemilu mestinya dapat dimanfaatkan sebagai forum dialog yang kritis dengan para kandidat atau partai politik yang hadir.

Ringkasnya, kampanye di kampus potensial bisa menjadi sarana pendidikan, pencerahan, sekaligus pendewasaan politik bagi kalangan civitas akademika, khususnya para mahasiswa. Dengan demikian, dalam konteks elektoral, mereka diharapkan akan menjadi bagian dari pemilih-pemilih cerdas dan rasional untuk dirinya sendiri sekaligus bisa menjadi "duta-duta pemilih cerdas dan rasional" bagi masyarakat dan lingkungannya.

Selain itu, melalui interaksi langsung dengan aktor-aktor politik dalam ajang kampanye, mereka bisa "belajar" dan menyerap banyak ilmu, wawasan dan pengalaman untuk kepentingan masa depan mereka sekaligus dapat memberikan catatan-catatan kritis atas berbagai isu yang dipaparkan para kandidat atau partai politik, atau mengartikulasikannya jika suatu isu penting misalnya luput dari paparan mereka.  

Perihal masih adanya kekhawatiran terhadap potensi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh kampanye di kampus, hal ini sesungguhnya dapat diantisipasi dan diminimalisasi melalui pengaturan-pengaturan teknis oleh KPU dan memaksimalkan fungsi pengawasan oleh Bawaslu.

Selain itu, kampus merupakan entitas orang-orang dewasa yang sudah terbiasa mengedepankan nalar dalam merespons dan menyikapi setiap fenomena di sekitarnya. Kampanye pemilu sebagai sebuah fenomena elektoral mestinya juga bisa direspons dan disikapi dengan nalar orang-orang dewasa. Nalar ini akan menjadi filter pengarah bagi civitas akademika (utamanya mahasiswa yang mungkin dikhawatirkan bisa terpapar virus negatif dari kegiatan kampanye yang sejatinya berisi kontestasi dan kompetisi politik) bagaimana mereka harus merespons dan menyikapi dengan bijak dan proporsional kegiatan kampanye Pemilu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun