Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Di Atas Kertas Kontestasi Pilpres Bakal Keras?

13 Agustus 2023   18:05 Diperbarui: 15 Agustus 2023   09:15 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini, dua partai yang semula bergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), yakni Gokar dan PAN resmi mendeklarasikan dukungannya terhadap Prabowo sebagai Capres. 

Dengan demikian KIB praktis bubar setelah sebelumnya ditinggalkan lebih dulu oleh PPP yang telah merapat ke PDIP. Sebaliknya, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKRI) yang digagas  bersama oleh Gerindra dan PKB menguat dan bertambah tambun.

Jika peta koalisi elektoral per pagi ini ajeg hingga pendaftaran Paslon Capres-Cawapres Oktober-November nanti, maka fix sudah, Pilpres 2024 bakal diikuti oleh 3 (tiga) Paslon dengan komposisi dan komparasi modal suara elektoral sebagai berikut :

Koalisi Perubahan dan Persatuan/Perbaikan (KPP) yang menyiapkan Anies Baswedan sebagai Capres memiliki modal suara 9.05% (Nasdem), 8.21% (PKS), 7.77 (Demokrat). 

Total : 25.03%. Koalisi PDIP-PPP yang telah mendeklarasikan Ganjar sebagai Capres memiliki modal suara 19.33% (PDIP), 4.52% (PPP). Total : 23.85%. Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) memiliki modal suara 12.57% (Gerindra), 12.31% (Golkar), 9.69% (PKB), dan 6.84% (PAN). Total : 41.41.

Jika ditambah dengan suara partai non-parlemen yang sudah menyatakan sikap dan dukungan, peta komposisi dan perbandingan suara sedikit akan berubah. Koalisi PDIP-PPP akan bertambah menjadi 28.06% suara yang berasal dari ceceran suara Perindo (2.67%) dan Hanura (1.54%). Koalisi Kebangktan Indonesia Raya akan semakin tambun dengan tambahan suara PBB (0.79%) dan jika jadi PSI (1.89%), total 44.10%.

Anies-KKP 

Sementara itu KKP tetap di angka 25.03% karena belum ada satupun partai non-parlemen yang bergabung dengan koalisi pengusung Anies Baswedan. Namun demikian, meski berada di urutan ketiga berdasarkan peta komposisi dan perbandingan modal suara untuk bertarung di arena Pilpres 2024, KKP-Anies justru potensial dapat membuat situasi kontestasi Pilpres akan berlangsung keras-kompetitif. Sejumlah argumentasi berikut dapat menjadi rujukan prakiraan elektoral ini.

Pertama, Anies-KKP satu-satunya koalisi yang lahir dan hadir secara otonom dan mandiri, lepas dari kooptasi istana, lepas pula dari bayang-bayang pengaruh Jokowi sebagai Presiden. Fakta ini sedikit banyak memberi insentif elektoral pada koalisi KKP. 

Kedua, sudah sejak menjabat sebagai Gubernur DKI, Anies dianggap sebagai antitesa Jokowi yang oleh sebagian publik dianggap lebih banyak gagalnya memenuhi janji-janji kampanye dulu. Belakangan sosok Anies bahkan makin solid dianggap sebagai simbol perlawanan sekaligus perubahan atas status quo.

Ketiga, dalam KKP ada dua tokoh besar yang level ketokohannya melampaui ketua-ketua partai di koalisi lain, yakni SBY dan Surya Paloh. Kedua tokoh ini jelas berada di atas hampir semua ketua umum partai (Airlangga, Zulhas, Mardiono, Cak Imin) kecuali Megawati dan Prabowo. 

Faktor kedua tokoh ini hemat saya akan memberi insentif elektoral yang tak kalah pentingnya bagi potensi keberhasilan Anies-KKP dalam menciptakan arena kontestasi menjadi keras dan kompetitif. Keempat, dalam KKP ada PKS yang dikenal memiliki kader-kader militan dan infrastruktur mesin partai yang solid dan dinamis di akar rumput.

Kelima, para pemilih Prabowo-Sandi di Pemilu 2019 silam yang dikecewakan oleh kedua tokoh ini lantaran sikap politiknya yang kemudian bergabung dengan koalisi pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin tampaknya akan memberikan dukungannya pada koalisi Anies-KKP, bukan pada Prabowo yang dianggap telah mengkhianati kepercayaan mereka di 2019. 

Mereka antara lain ada di FPI dan HTI, yang meskipun secara organisasi-kelembagaan telah dibubarkan, massanya terus bergerak di akar rumput dengan semangat mengakhiri barisan status quo. 

Mereka juga ada di barisan Alumni 212 dan para pemilih muslim yang kritis, yang belakangan makin tumbuh semangatnya dengan kehadiran tokoh-tokoh akademisi yang secara personal juga memberikan perlawanan terhadap status quo seperti Rocky Gerung, Rizal Ramli, Refly Harun, Faisal Basri dll.

Last but not least adalah perpecahan di kalangan Jokowian (relawan dan para pendukung fanatik Jokowi pada dua Pemilu sebelumnya, termasuk pentolan-pentoalan PDIP dan PSI) yang  belakangan merebak ke ruang publik. 

Hemat saya situasi ini akan menggerus sekaligus potensi dukungan suara baik untuk koalisi PDIP-PPP maupun KKIR yang secara statistik tadi memiliki modal suara diatas Anies-KKP.

Jadi, kontestasi Pilpres 2024 sangat mungkin memang akan berlangsung keras dan  kompetitif). Tetapi kontestasi keras dan kompetitif itu bukan terutama karena komposisi dan perbandingan prosentase angka-angka (modal) suara. 

Melainkan lebih karena faktor-faktor kualitatif elektoral yang melekat pada ketiga barisan koalisi tersebut dan bisa sangat determinatif memengaruhi peta kalkulasi dukungan pemilih di atas kertas pada 14 Pebruari 2024 mendatang.

Penulis Dosen, Pegiat Sosial

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun