Mohon tunggu...
AL BANA
AL BANA Mohon Tunggu... profesional -

Hanya seorang penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Demokrasi Mempertuhankan dan Dipertuankan

25 Februari 2014   02:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:30 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mahatma Gandhi merupakan perwakilan simbol demokrasi yang disuarakan masyarakat Hindu, selain tokoh humanis dan pluralis. Terlihat bagaimana ia menyuarakan ahimsa paramo dharma yang menolak desentralisasi kekuasaan kepada dunia barat, pencapaiannya menegakan demokrasi menitik beratkan kepada etika kemanusiaan, ajaran kasih yang ia titipkan dan tinggalkan menjadi spirit penolakan terhadap kekerasan, penindasan dan kesewenang-wenangan yang jelas tidak mengakui adanya tirani. Inilah nurani demokrasi yang begitu membekas dikalangan umat Hindu.
Dari refrensi yang saya kemukakan, jelas kita dapat menarik kesimpulan bahwa agama berperan positif dalam proses demokratisasi di Indonesia, dan mencegah kekerasan supaya tidak mencemari demokrasi. Agama adalah pembawa keselamatan. Dalam agama Kristen ada adagium “Extra ecclesia nulla salus” di luar gereja tidak ada keselamatan. Orang-orang Islam mengatakan “Islam adalah rahmat bagi alam semesta (rachmatin lil alamin). Dalam agama Hindu ada ungkapan “ahimsa paramo dharma.” Ahimsa atau non-kekerasan adalah kebenaran tertinggi. Dharma dalam agama Hindu berarti agama. Sang Buddha mengajarkan adanya empat sifat baik yang wajib dikembangkan, disebut Brahma Vihara, Metta: yaitu sifat cinta kasih,Karuna:yaitu kasih sayang, Mudita: yaitu sifat simpatik, Upekkha: yaitu keseimbangan batin. Agar supaya mencegah menghindari kekerasan serta penindasan kepada manusia lainnya.

DEMOKRASI MEMPERTUHANKAN dan DIPERTUANKAN

Tak ada agama yang mengajarkan penindasan, saling menghantam, menikam dan bahkan memerangi satu dengan yang lainnya. Inilah inti dari ayat-ayat Tuhan mengenai kemanusiaan yang nampak menjadi prinsip dasar demokrasi. Jika ada penindasan dan peperangan semata-mata itu hanya kediktatoran yang mengatasnamakan demokrasi. Liberalisme menyusup dalam nilai-nilai demokrasi, hingga membungkam nurani dan menghentikan detak jantung demokrasi yang disuarakan orang-orang suci yang menjadi wakil-Nya.
Pemimpin yang arif-lah dipercaya membawa suara-suara demokrasi, keadilan serta menjadi tuan bagi kedamaian, kemakmuran khalayak umum yang telah memberikan mandat untuk tetap konsisten menyuarakan dan menjalankan prinsip yang menjadi kaidah demokrasi. Bukan seorang tuan yang berdiri di atas bangkai rakyatnya, menyuarakan atas nama rakyat demi kepentingan-kepentingan. Dialah tuan yang mengawal demokrasi hingga tegaknya bendera kemakmuran, keadilan dan mampu memanusiwikan manusia.

HASAN AL BANA
dalam catatan sejarah DEMOKRASI INDONESIA….

SUMBER

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun