Maka, segera saya susun rencana perjalanan, mulai rute sampai destinasi yang akan dikunjungi sebagai efek samping dari acara kondangan ini.Â
Dari tiga rute yang ditawarkan Google Map, jalur Pantura alias De Groote Postweg harus diabaikan. Waktu tempuhnya sangat tidak menjanjikan. Jalur kedua, lewat Tol Trans Java, start dari Surabaya, turun di Semarang. Lanjut ke Demak, Pati dan Kudus.Â
Tapi karena ada kabar jalur utama Semarang - Demak putus akibat luapan air bah, maka pilihan kedua inipun diabaikan. Pilihan terakhir, tetap lewat Tol Trans Java. Dari Surabaya, turun di Gemolong (Sragen). Dilanjutkan melintas jalan raya di tengah pulau Jawa, ke arah Purwodadi menuju Kudus.
Siang itu hujan rintik-rintik. Jalan Raya Gemolong yang dibangun dengan menggunakan beton cor, mulai basah. Saya bersama Pak Yon dan Septian yang pegang kemudi, melintas di jalan yang relatif sepi. Perjalanan dari rumah sudah memakan waktu sekitar 3,5 Jam.Â
Karena perut sudah mulai berbunyi, diam-diam saya mulai mencari tempat yang murah meriah untuk makan siang. Sejak tadi tolah- toleh sepanjang jalan, hanya terlihat Warung Bakso dan Mie Ayam saja.Â
Akhirnya, dengan kata kunci "Rumah Makan di Purwodadi", muncullah beberapa nama rumah makan yang ditawarkan Mbah Google. Setelah agak lama browsing, memilah memilih, melihat menu, kebersihan tempat, ulasan dan harga tentunya, saya putuskan untuk menuju di Rumah Makan Noroyono, Purwodadi.
Narayana (dibaca Noroyono), adalah nama saat remaja dari Kresna. Tokoh wayang yang sangat populer di kalangan anak muda. Bagi penyuka Film India berjudul Mahabharata, pasti sangat ingat dan terpesona dengan tokoh Kresna ini. Wajahnya ganteng, sikapnya bijaksana juga sakti mandraguna. Sepertinya sang pemilik warung (yang saya tahu belakangan bernama Pak Djamin), pasti orang Jawa tulen yang mengidolakan Sri Kresna.