Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perang Bubat, Cerita Rakyat yang Tumbuhkan Dendam Kesumat

10 Januari 2021   22:04 Diperbarui: 10 Januari 2021   22:07 4188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iring-iringan (kuwaluhan.com)

Konteks Masa Kini

Peristiwa Bubat yang sudah kadung jadi cerita rakyat telah menimbulkan dendam kesumat bagi masyarakat Sunda. Itulah salah satu alasan, mengapa di kota-kota Jawa Barat tak pernah dijumpai nama Majapahit. Apalagi Gajah Mada yang dianggap biang kerok tragedi Bubat. 

Maka dalam konteks kekinian, perlu upaya nyata agar generasi muda menyikapi cerita rakyat ini dengan bijak dan cerdas.  Peristiwa sejarah, sepahit apapun memang tak bisa dilupakan. Namun, generasi milenial tidak boleh terjebak dalam dendam masa lalu. Terbelenggu oleh kebencian secara terus menerus tanpa penah putus.

Tidak berlebihan kiranya jika beberapa waktu yang lalu, Gubernur Jawa Timur, Gubernur Jawa Barat, Sultan Yogyakarta memberikan teladan agar kita semua bisa memahami bahwa cerita Perang Bubat tak lebih sebagai bagian perjalanan bangsa. Terpenting adalah generasi muda bisa memaafkan peristiwa tragis yang terjadi (jika memang itu nyata sebagai peristiwa sejarah), sehingga kita tidak terkungkung oleh masa lalu.

Dari disitulah sekarang mulai bermunculan Jl Siliwangi dan Jl. Sunda di kota-kota di Jawa Tengah dan Timur. Serta muncul pula nama Majapahit serta Gajah Mada di Jawa Barat.  Ini sebagai pijakan awal melunturkan dendam dan membangun kesatuan.

Epilog

Begitulah,  ternyata memang  ada cerita rakyat yang dikarang (ya memang dikarang dan ditulis) dengan tujuan-tujuan untuk menyesatkan atau memecah belah. Tidak mengajarkan nilai-nilai kebaikan tapi malah sebaliknya. Jika, cerita-cerita yang demikian ini berkembang di masyarakat, tenunya sangat berbahaya bagi generasi selanjutnya.  

Seburuk apapun cerita Perang Bubat, masih terdapat pesan moral agar kita semua tetap mengedepankan kejujuran, menghindarkan diri jadi seorang pengkhianat. Malah,  jangan jadi manusia yang bisanya hanya memprovokasi atau membangun konspirasi untuk menjatuhkan orang/ kelompok lain. Karena akibat semua itu adalah dendam kesumat yang berkepanjangan tiada putus. Mari belajar dari tragedi...... Perang Bubat.

Itulah Diary dari masa lalu yang perlu kita ambil hikmahnya........

Kaki Welirang, 10 Januari 2021 21:50 WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun