Sepenggal cerita di atas, termasuk salah satu cara pak Effendi  menyampaikan buah pikirnya dan kisah masa lalunya  di Kompasiana. Begitu jujur. terang benderang, apa adanya. Bloko Suto, kata orang Jawa. Kejadian pahit, getir, susah dan senang selalu mewarnai artikel-artikel beliau. Dari situlah, Pak Effendi menyampaikan pesan-pesan moral tanpa bermaksud menggurui.
Pak Effendi banyak menuliskan kisah perjalanan hidupnya. Bermula dari seorang penjual kelapa di pasar kumuh dengan penghasilan tak seberapa.  Untuk makan sehari-hari kadang harus ngutang. Bahkan, saat masa kecilnya yang pahit, dimana  ibu beliau harus rela makan karak, agar Pak Effendi dan saudara-saudaranya bisa makan nasi. Pernah juga sakit dan tak berani membawa ke dokter karena tak ada biaya.  Namun,  dengan perjuangan tak kenal lelah akhirnya menjadi pengusaha sukses.Â
"Saya seorang pengusaha. Tepatnya eksportir hasil perkebunan. Ada Kopi, Kulit Manis (Kayu Manis?), Gambir, Â Cengkeh dan Pala," ungkap Pak Effendi. Dari hasil perdagangan ekspor inilah, kehidupan beliau menjadi makmur dan sejahtera.Â
Bersama Bu Lina, istri tercintanya, pak Effendi mengarungi bahtera rumah tangga yang naik turun, seperti  diayun gelombang. Kadang di atas. Kali lain di bawah.
Kehidupan Pak Effendi dan B Lina seperti Gelombang Transversal, begitu saya melihatnya
Pak Effendi gabung Kompasiana sejak 14 Oktober  2012. Sampai hari ini (saat artikel ini ditulis) tak kurang dari 5.259 artikel sudah beliau tayangkan. Saya tentu tak sempat membaca semuanya. Namun, saya sangat salut dan hormat dengan prestasi dan kehebatan beliau ini.Â
Produktifitas menulis Pak Effendi  begitu tinggi. Energinya seperti tak pernah habis. Ide untuk tulisannya selalu mengalir. Tak tertandingi.  Luar...biasa!
Selain produktif menulis, satu hal yang mungkin tak bisa diikuti Kompasianer lain adalah, beliau selalu menyempatkan untuk memberikan apresiasi dan berkomentar di artikel sesama Kompasianer. Saya tidak tahu dan tak bisa menghitung. Dalam satu hari, berapa artikel yang beliau klik , baca dan komentari. Â Itulah bukti dari kerendahan hati seorang Tjiptadinata Effendi dan Rosselina.
Beliau benar-benar menerapkan Tagline Kompasiana masa lalu: Sharing & Connecting. Sungguh, tak berlebihan kiranya jika beliau saya sebut sebagai Guru Literasi sekaligus Guru Kehidupan. Pengalaman yang beliau bagikan lewat Kompasiana, tidak hanya pesan konten-nya yang membangkitkan semangat, namun proses interaksinya juga patut diikuti dan diteladani.
Begitulah, Pak Effendi adalah pemenang anugerah Kompasianer Of The Year, yang tetap konsisten menulis dan eksis di Kompasiana. Â
Resep Sehat dan Bugar Ala Pak Effendi