Dengan mesin-mesin itu pekerjaan menarik sling yang dulunya memerlukan 6-10 orang, sekarang cukup dikerjakan 2 orang. Satu sebagai operator mesin, lainnya menunggu di bibir lubang sumur untuk menghentakkan timba agar minyaknya tumpah ke kolam.. Lebih hemat tenaga dan bisa menambah bagi hasil.
Minyak mentah ini oleh masyarakat Wonocolo disebut Lantung. Setelah Lantung ini terkumpul cukup banyak dalam kolam penampungan, maka langkah pertama adalah memisahkan air, lumpur dan minyak. Caranya sangat sederhana.
Campuran minyak yang baru keluar dari sumur., dibiarkan mengalir ke sebuah area terbuka. Lalu diaduk-aduk sehingga terpisah antara minyak, air dan lumpur. Lumpur mengendap. Air posisinya di bawah minyak.
Maka, minyak mentah dialirkan ke area sebelahnya. Baru kemudian minyak mentah tersebut diambil dan dikumpulkan dalam wadah jurigen kemudian dikirim ke penyulingan. Istilahnya diciduki pakai alat sederhana....
Dari kegiatan penambangan yang sarat risiko ini, sebenarnya tak banyak yang bisa diharapkan. Suplai minyak demikian kecil. Risiko kebakaran ada di depan mata. Penggunaan solar juga memakan biaya. Tapi Ernawan serta Suyono tak punya pilihan lain.
"Penting ada sedikit uang untuk dibawa pulang, Mas. Buat beli beras!" timpal Suyono sambil tersenyum getir.
Â
Teksas Wonocolo
O.. iya, sebagai areal pertambangan minyak, lokasi Wonocolo ini memang mirip seperti tempat penambangan minyak di Texas Amerika Serikat. Maka untuk menarik wisatawan, mereka menyebutnya kawasan bukit Wonocolo ini sebagai Teksas Wonocolo. Singkatan dari Tekad Selalu Aman dan Sejahtera.