Upayanya ternyata tak sia-sia. Di tahun pertama sebagai kepala sekolah, beliau mampu  menambah jumlah siswa jadi 57 siswa. Sungguh pencapaian yang luar biasa! Ini tak berhenti sampai di sini. Inovasi-inovasi lain makin membuat masyarakat Malang terperangah. Sehingga tiap tahun animo masyarakat pun mulai meningkat secara signifikan. Tahun kedua jumlah murid jadi dari 96 lalu tahun ketiga jadi 150 anak. Terakhir muridnya jadi 400 anak!
Mengembalikan Anak pada Fitrahnya
Keunikan lain di sekolah ini adalah dalam pengelolaan kurikulumnya. Secara umum tetap menggunakan acuan kurikulum yang berlaku secara nasional.Â
Tapi bedanya, SMA Nasional Malang sangat menghargai bakat, minat dan kemampuan seorang anak. Setiap anak adalah unik. Tidak melulu anak harus pandai secara akademik. Tapi pasti punya kemampuan-kemampuan lain di luar akademik.
Tak heran, jika sekolah ini mampu menghasilkan anak-anak yang berprestasi di berbagai bidang karena semua kemampuan siswa dipantau dan diasah. Maka Cak Rus selalu mewanti-wanti gurunya agar tidak satupun yang menganggap siswa itu bodoh! Jika tidak bisa Matematika bukan berarti bodoh di mata pelajaran lain. Bisa jadi anak tersebut punya kelebihan di bidang lain.Â
"Keberhasilan seorang anak ditentukan oleh knowlegde 20%,  skills 30%, attitude 50%," terang Drs Rusdi. Artinya, agar sukses, maka kita harus mempunyai akhlak dan perilaku yang baik. Punya kemauan yang keras untuk maju. Maka tak heran setiap hari di sekolah ini, sebelum pembelajaran, setiap hari minimal 15 menit, dilantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an lalu disambung dengan tausiah dan motivasi.Â
"Saya mengizinkan anak tidur di kelas saat pelajaran yang dia memang tidak mampu. Tapi, dia harus hebat dan berhasil di bidang yang benar-benar diminatinya!" Sebuah pernyataan yang membuat saya dan teman-teman yang sedang melakukan studi tiru di sekolah ini jadi terperangah. Ternyata, Cak Rus benar-benar memodifikasi kurikulum sekolahnya jadi kurikulum anti mainstream. Tapi hasilnya benar-benar cespleng.Â
Cak Rus mengajak yang hadir siang itu untuk benar-benar mengembalikan anak pada fitrahnya. Pada jatidirinya. Maka, anak yang berbakat olahraga harus diberi peluang mengembangkan bakat olahraganya. Anak yang berbakat dalang, harus diberi kesempatan juga mengembangkan bakat dalangnya. Termasuk yang minat dan bakat di mata pelajaran Fisika, Kimia atau Matematika, harus diberi pengayaan lebih di bidang yang diminatinya. Niscaya, semua itu akan membawa keberhasilan pada mereka, kata Cak Rus.Â
Ternyata, Cak Rus dengan SMA Nasional-nya sudah melakukan Merdeka Belajar, seperti yang didengungkan oleh Nadiem Makarim